Bab 16

Wilona terlihat murung setelah mengetahui jika Ratna tidak berhasil merebut kedua anak kembar Dinda. Wanita itu merasa usahanya hanya sia-sia saja, karena Ratna sudah turun tangan pun masih tidak membuahkan hasil. 

“Mommy … kenapa Mommy nggak rebut paksa saja, Dinda itu wanita licik Mom … kenapa Mommy melepaskannya?” tanya Wilona dengan wajah masam. 

Ratna tersenyum melihat Wilona merajuk. “Tenanglah … Wil, Mommy sudah mengancam wanita miskin itu. Dia pasti sedang ketakutan dan bersiap untuk pergi jauh dan menghilang dari kehidupan Abi!” jawabnya. 

Wilona mengangkat sebelah alisnya. “Ancaman … bukankah dulu Mommy juga melakukannya? tapi, lihat sekarang Dinda malah melahirkan anak Abi. Bahkan, Abi tega menceraikanku tanpa belas kasih hanya karena Dinda …!” Sungguh Wilona sangat kesal karena rencananya tidak berjalan sesuai keinginannya. 

“Untuk kali ini, Mommy rasa dia pasti sedang ketakutan  … karena Mommy akan menghabisinya dan merebut kedua anak Abi dengan paksa. Tapi, jika dia mau pergi ke luar negeri dan membawa kedua anaknya menghilang dari kehidupan Abi … Mommy akan melepaskan wanita murahan itu.” Ratna pun langsung memberitahu Wilona. 

Wilona terdiam. “Semoga rencana Mommy kali ini berhasil … tapi, aku merasa Abi tidak akan membiarkan wanita itu pergi,” balasnya. 

Ratna memeluk tubuh Wilona. “Tenanglah Wil, Mommy pastikan Dinda tidak akan pernah berani merusak hubunganmu dengan Abi ….” 

“Tapi, Abi sudah menceraikan aku, Mom … sangat mudah baginya untuk bersama kembali dengan wanita miskin itu …!” Wilona meradang Wanita itu merasa sudah tidak punya harapan lagi untuk bersama dengan Abi. 

“Tenanglah … Abi tidak akan pernah membantah perintah Mommy!” Sekali lagi Ratna mencoba meyakinkan Wilona. 

***

Di kamar hotel, Abi sedang menuntaskan hasrat yang selama 4 tahun pria itu pendam. Abi menjadi pria paling egois karena telah memaksa Dinda untuk menerimanya kembali. Bahkan, pria itu tidak memberi celah untuk Dinda melawan. Alhasil, Dinda pun akhirnya menyerah dan pada akhirnya pertahanannya runtuh oleh Abi. Kedua anak manusia yang masih memendam rasa cinta yang begitu dalam itu akhirnya saling terbuai dengan apa yang mereka lakukan. 

Bahkan Abi tidak memberi waktu untuk Dinda beristirahat. Hingga pergulatan mereka diakhiri ketika fajar sudah menampakkan cahayanya. 

Dinda mengerjap. Wanita itu baru saja terjaga dari tidurnya. Seluruh tubuhnya terasa remuk redam karena semalaman Abi tak membiarkannya untuk tidur. Dinda melirik pria yang sedang terlelap dalam tidurnya.

“Apa yang harus aku lakukan? bahkan saat ini saja aku tidak bisa menolak pesonamu, Abi.” Dinda bergumam, wanita itu baru menyadari jika rasa cintanya pada Abi tidak pernah pudar. 

Dinda bangkit dari pembaringannya dan memunguti pakaian yang sudah berserakan. Dinda memasuki kamar mandi. Wanita itu mengguyur seluruh tubuhnya. 

“Baiklah … sekarang tekadku sudah bulat, karena semuanya sudah terjadi … maka aku akan berusaha untuk memperbaiki hubungan ini, demi kedua anakku … demi pria yang aku cintai … walaupun nyawa sebagai taruhannya, aku tidak akan pernah pergi lagi … aku akan menghadapi badai yang siap menerjang … walaupun pada akhirnya aku dikalahkan oleh takdir, aku tidak akan pernah menyesalinya …!” gumam wanita itu meyakinkan diri. 

Abi terbangun dari tidurnya pria itu langsung menyapu setiap sudut ruangan, mencari keberadaan wanita yang paling dia cintai. 

“Din? kamu ada di dalam?” tanya Abi sambil mengetuk pintu kamar mandi.

Dinda langsung memakai pakaiannya dan keluar dari kamar mandi. 

“Din … aku kira kamu pergi,” bisik Abi sambil memeluk tubuh Dinda. 

“Setelah memikirkannya … aku sudah memutuskan untuk memberimu kesempatan, Abi … tolong buktikan … kamu bisa menjagaku dan kedua anak-anakku … karena ancaman orang tuamu sungguh membuatku sangat takut!” jelas Dinda pada Abi. 

Abi semakin mengeratkan pelukannya pria itu sangat senang mendengar jawaban Dinda. Ya, semalam di sela-sela pergulatan mereka. Abi terus meminta Dinda untuk kembali kepadanya. Pria itu berjanji akan menjadi suami dan ayah yang baik untuk kedua anak kembarnya. 

“Terima kasih … terima kasih sudah mau memberi aku kesempatan, aku berjanji akan menjagamu dan kedua anak kita … aku berjanji tidak akan ada satu orang pun yang berani menyakitimu lagi, Din …!” bisiknya tepat di telinga Dinda. 

Dinda melepas pelukannya. Wanita itu menatap lekat manik Abi dengan intens. 

“Aku akan menemui Satria … dialah yang selama ini membantuku … pria itu sangat baik, bahkan aku tidak tega melukai hatinya … tapi, demi kebahagiaan Rayanza dan Raina … aku akan membatalkan pernikahanku dengannya.” 

Abi semakin menyunggingkan senyumnya. Pria itu sangat bahagia mendengar penuturan Dinda. “Baik … sayang, aku akan menemanimu untuk menemuinya,” jawab Abi.

 

Dinda menggeleng. “Tidak perlu, biarlah aku sendiri yang menemuinya!” sahut Dinda. 

***

Satu hari telah berlalu, Dinda sudah membuat janji dengan Satria, wanita itu merasa tidak enak hati karena perkataan nya pasti akan melukai hati Satria. 

Namun, Dinda tidak punya pilihan lain, wanita itu harus mengatakannya. Dinda pun pergi ke rumah Satria, karena hari ini Satria sedang libur bekerja. 

Dinda menekan bel pintu rumah Satria, tidak berselang lama. Pria itu pun membuka pintu menampilkan senyum tampannya. 

“Din … padahal aku baru mau jemput kamu,” ungkap pria itu. 

“Sat … aku ingin berbicara denganmu, mengenai pembatalan pernikahan ….” Dinda tidak melanjutkan kata-katanya karena Satria langsung merangkul pinggangnya dan mengajak wanita itu masuk ke dalam rumahnya. 

“Mau minum apa Din? kita bicarakan hal itu setelah aku membuat minuman dulu ya?” tanya Satria pada Dinda. 

Dinda mengangguk setuju. 

“Minum dulu, Din,” Dinda pun meraih gelas dihadapannya. Wanita itu meneguk minuman yang sudah di siapkan Satria. 

“Sat … aku minta maaf, aku tidak bisa melanjutkan pernikahanku denganmu … maaf, aku salah … aku juga egois, tapi ini demi kebaikan bersama!” jelas Dinda pada Satria, sungguh dia sangat merasa bersalah saat ini. Namun, Dinda harus tetap mengatakannya pada Satria. 

Satria terdiam sebelum menjawabnya. “Apakah kamu akan kembali dengan pria itu? benarkah itu, Din” tanya Satria sambil menatap intens kedua netra Dinda. 

Dinda menunduk wanita itu tidak berani menjawabnya. Namun, dia langsung menganggukan kepalanya mengiyakan pertanyaan Satria. 

“Din, apa kurangnya aku?” tanya Satria lagi. 

Dinda memberanikan diri menatap Satria. “Kamu begitu sempurna, Sat … kamu sangat baik, semoga kamu mendapat wanita yang tulus mencintai kamu … maaf, aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini,” jawab Dinda. 

Namun, ada yang salah dengan tubuhnya. Tiba-tiba Dinda merasa pusing pandangannya pun terlihat buram. 

“Sa-satria … kamu memberiku minuman apa?” tanya Dinda dengan terbata, kesadarannya sudah mulai menghilang. 

“Maaf, Din … aku tidak akan membiarkanmu bersama pria itu lagi, kamu hanya milikku, Din!” gumam Satria. 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!