Bab 6

Abi memasuki rumahnya, tubuhnya seperti remuk redam karena hampir tidak tidur dalam dua hari terakhir. Setelah mengetahui keberadaan Dinda, pria itu mengalami insomnia dan waktu istirahatnya dia habiskan untuk mengawasi aktivitas Dinda dan kedua anak kembarnya. Walaupun Abi belum menerima hasil tes DNA. Akan tetapi pria itu sangat yakin bahwa kedua anak Dinda adalah darah dagingnya. Pria itu memasuki kamarnya dengan langkah gontai. 

“Abi … kau darimana saja tidak pulang kerumah selama berhari-hari?” tanya Wilona pada pria yang berstatus suaminya. 

Bukannya menjawab, Abi malah menghiraukan pertanyaan Wilona dan berlalu memasuki kamar mandi. 

Wanita itu mendengus. “Bahkan, hampir empat tahun menjadi istrimu, kau masih tidak menganggapku ada ….” Wilona bergumam dengan senyum kecutnya. 

Melihat Abi sudah berganti pakaian dan hendak keluar dari kamar mereka, Wilona langsung mencegahnya. 

“Kita perlu bicara, Bi. Aku ini istrimu bukan patung! Kau tidak pernah bersikap manis selayaknya seorang suami kepada istri,  aku ingin dicintai oleh suamiku sendiri apa itu salah?” 

Wilona mulai mengutarakan beban dalam hatinya, wanita itu merasa putus asa karena semenjak menikah, Abi tidak pernah mau tidur bersamanya. Pria itu lebih memilih menghabiskan malamnya di ruang kerja daripada dengan Wilona.

“Pernikahan ini terjadi karena keinginan Mommy dan kau Wilona, dari awal aku tidak setuju, tapi kau terus memaksa Mommy. Jadi, maaf sampai kapanpun hatiku hanya untuk Dinda!” jawab Abi, dengan wajah dinginnya. Pria itu pun langsung melenggang meninggalkan Wilona yang sedang berkaca-kaca. 

Rasanya sangat sakit diperlakukan seperti orang asing oleh suami sendiri, Wilona sadar jika dirinya sudah egois memisahkan Abi dan Dinda. Akan tetapi apa salahnya dia menuntut untuk dicintai, karena selama ini dia sudah berusaha sebaik mungkin menjadi istri dan menantu kebanggaan keluarga. 

Wilona mengepalkan kedua tangannya wanita itu bersumpah tidak akan melepaskan Abi walaupun selama ini pria itu tidak pernah mencintainya. 

“Abi … haruskah aku singkirkan mantan kekasihmu itu?” gumamnya dengan mata memerah menahan amarah. 

Abi merebahkan dirinya di atas sofa yang sudah menemani tidurnya selama kurang lebih empat tahun itu. setelah menikah dengan Wilona, dia lebih memilih tidur di ruangan kerjanya. 

Rasa lelah yang pria itu rasakan semakin bertambah karena Wilona menyulut emosi pria itu. Sebenarnya Abi pun merasa kasihan kepada Wilona. Akan tetapi wanita itu tidak sebaik yang dilihat orang tuanya, Abi sangat tahu seperti apa Wilona sebenarnya. . 

“Sepertinya aku harus bergerak cepat, lebih baik aku tinggal di luar kota sampai Dinda mau memaafkanku!” gumam pria itu sambil menatap langit-langit ruangan tersebut. 

Pria itu pun berniat menetap lebih lama di kota tempat Dinda berada. 

Namun, Abi harus bersabar karena hasil tes DNA membutuhkan waktu beberapa hari. 

***

Di kota lain, sepasang anak kembar  dengan wajah polos dan menggemaskan sedang bercerita kepada ibu mereka. 

“Ibu … kata teman-teman di sekolah, mereka setiap akhir pekan berlibur dengan ibu dan ayahnya … Ayah Lay dan adik kenapa tidak pernah pulang ke rumah?” tanya Rayanza pada Dinda. 

Dinda menghela napas dalam sebelum menjawab pertanyaan Rayanza. “Ayah kalian sedang bekerja di tempat yang sangat jauh … kan Ibu sudah pernah bilang, kalau Ray dan adik ingin berlibur kita akan mengajak Paman Satria, bagaimana?” 

Raina menggeleng. “Tapi paman Satria bukan ayah kita, Bu. Aku mau bertemu ayah!” jawabnya dengan tatapan mengiba. 

Dinda tertegun mendengar jawaban putrinya, wanita itu merasa bersalah, entah sampai kapan Dinda akan terus membohongi kedua anaknya. 

“Apakah keinginan kami membuat Ibu sedih?”  Rayanza melihat perubahan wajah Dinda, anak laki-lakinya itu langsung mendekat dan memeluk tubuh Dinda. 

Dinda langsung tersenyum. “Tidak, Ibu tidak sedih … hanya saja, Ayah kalian memang berada di tempat yang sangat jauh,” jawabnya sambil merengkuh kedua tubuh mungil anak kembar itu. 

“Bu, Paman baik yang menolong lay waktu itu, aku dan Adik, suka bertemu dengan Paman itu, Bu.” celetuk Rayanza pada Dinda. 

“Aku juga, Bu … aku suka bertemu Paman baik itu,” sahut Raina. 

“Deg …!” 

“Ka-kalian bertemu dengan paman itu?” tanya Dinda memastikan dengan suara terbata, rasa was-was langsung menghinggapi nya. 

Raina dan Rayanza mengangguk. “Paman itu sering melewati depan rumah dan bermain bersama aku dan Adik,” jawab Rayanza dengan polosnya. 

Dinda semakin takut jika Abi telah mencurigai bahwa anak-anaknya itu adalah darah daging pria itu. 

“Sejak kapan? enapa kalian tidak langsung memberi tahu, bukankah Ibu selalu mengingatkan untuk jangan terlalu dekat dengan orang asing?” tanyanya lagi. 

Raina menjawab. “Tapi Paman itu sangat baik Bu, Paman sering ikut bermain bersama aku dan Kakak kalau Ibu sedang mengantarkan pesanan, dan tante Irma sedang sibuk di dalam!” jawab Raina dan itu semakin membuat Dinda panik. 

“Kalian berdua … mulai besok tidak boleh main di luar lagi!” perintah Dinda dengan penuh penekanan. 

***

Hari yang Abi tunggu-tunggu pun akhirnya tiba, saat ini pria itu sedang menunggu dokter. Dengan perasaan yang tidak tenang, Abi terus saja mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja. 

“Bagaimana hasilnya, Dok …?” tanya Abi setelah dokter memasuki ruangannya. 

“Hasilnya 99% bahwa Anda adalah Ayah biologis dari anak kembar ini!” jawab Dokter dengan senyum ramahnya. 

Jantung Abi berdetak sangat cepat, pria itu sangat bahagia mendengar pernyataan dokter, ternyata benar selama ini Dinda telah mengandung anaknya. Pria itu tidak mau membuang waktu, setelah berpamitan dengan dokter. Abi langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi, pria itu hendak mengemasi pakaiannya dan pindah keluar kota dimana kedua anaknya tinggal, pria itu bertekad akan membuat Dinda kembali padanya demi masa depan kedua anak-anaknya. 

Sesampai di rumah, Abi langsung memasukan beberapa pakaiannya ke dalam koper. Wilona yang melihatnya, wanita itu dengan cepat langsung mencegahnya. 

“Kau mau kemana, Bi … kenapa mau pergi dinas keluar negeri? Aku akan ikut bersamamu!”

 Wilona berniat mengambil alih koper Abi. Namun, Abi langsung mencekal tangan wilona dengan kuat. 

“Aku akan pergi dari rumah ini, jangan pernah mencampuri urusanku … kau mengerti …?” Dengan sekali hentakan Abi langsung menghempaskan tangan Wilona dengan kasar dan pergi meninggalkan rumah mereka. 

Melihat sikap Abi yang semakin berubah, Wilona langsung menghubungi seseorang dalam panggilan telepon. 

“Halo … ada pekerjaan untukmu, awasi Abi, laporkan semua aktivitasnya tanpa ada yang terlewat!” perintah Wilona dengan wajah memerah menahan amarah. 

Terpopuler

Comments

Agung R

Agung R

si abi ini mau nya apa sih repot bener,si wilona mau di taruh dimana

2023-12-25

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!