Matahari telah terbenam Rayanza dan Raina terus menanyakan Dinda, Irma pun merasa khawatir karena Dinda tidak kunjung pulang ke rumah, pasalnya tidak pernah Dinda pergi tanpa kabar. Akan tetapi, beberapa kali Irma mencoba menghubungi Dinda, nomor ponsel ibu dua anak itu tidak bisa dihubungi.
“Tante … ibu pergi kemana? kenapa ibu tidak pulang-pulang?” tanya Rayanza pada Irma.
Irma terlihat cemas. “Ibu lagi kerja, Ray … mungkin sebentar lagi pulang,” jawab Irma, wanita itu berbohong demi kedua anak kecil itu tidak cemas.
“Tapi, ibu tidak pernah lama kalau kerja, aku kangen ibu,” Raina mulai merengek. Kedua anak Dinda memang sulit dibohongi, pasalnya anak kembar Dinda itu sangat jenius.
Irma merasa kebingungan, wanita itu pun mencoba menghubungi Satria. Namun, nomor ponsel pria itu pun tidak bisa dihubungi.
Akhirnya Irma mencoba menghubungi Abi, untung saja gadis itu sudah menyimpan nomor ponsel Abi.
Irma: Halo Tuan Abi aku Irma.
Abi: Iya ada apa Irma?
Irma: Apa kak Dinda sedang bersama Tuan?
Abi: Bukannya dia ada di rumah?
Irma: Kak Dinda sejak tadi siang pergi dan sampai sekarang masih belum pulang ke rumah, saya sudah menghubungi nomornya tapi tidak aktif, nomor dokter Satria juga tidak bisa dihubungi, saya kira kak Dinda sedang bersama dengan Tuan!
Abi: Jaga anak-anak, saya akan mencarinya.
Abi memutuskan panggilan telepon. Pria itu merasa cemas pasalnya Abi tahu jika Dinda akan menemui Satria.
“Din … kamu kemana?” Abi mulai menghubungi orang suruhannya untuk mencari keberadaan Dinda.
***
Satria tersenyum melihat Dinda yang sudah berganti pakain dengan gaun putih yang indah. Kedua mata Dinda terpejam. Wanita itu masih belum sadar jika wajahnya sedang dirias oleh seorang wanita yang disewa oleh Satria untuk mendandani Dinda.
“Bagaimana … calon istriku sangat cantik bukan?” tanya Satria pada wanita yang sedang merias wajah Dinda.
Wanita itu mengangguk ragu. “Ca-cantik … sangat cantik, Tuan!” jawabnya dengan sedikit terbata. Wanita itu tahu jika pria yang menyewa jasanya itu sangat aneh dan terlihat menakutkan.
“Din … kamu tidak usah khawatir karena malam ini, kita akan melangsungkan pernikahan dan ketika kamu terbangun, pasti kamu sangat bahagia karena kita sudah menjadi sepasang suami istri,” bisik Satria tepat di telinga Dinda. Namun, wanita yang dia ajak bicara tetap bergeming karena pengaruh obat yang Satria masukan ke dalam minuman Dinda.
“Su-sudah selesai Tuan!” kata wanita yang merias wajah Dinda.
Satria berbalik menatap wajah wanita itu. “Baiklah … ini bayaran atas jasamu
…,” jawabnya.
Wanita itu pun langsung bergegas merapikan peralatannya dengan langkah cepat dia pergi dari rumah itu.
“Din … akhirnya kita bisa bersama … kita akan segera mengucapkan janji suci pernikahan. Aku tidak sabar menghabiskan setiap malam berdua denganmu, Din … sungguh aku sangat bahagia!” ungkap pria itu dengan mengangkat tubuh Dinda dan berjalan ke arah ruangan yang sudah disiapkan sebelumnya.
Dinda mengerjap wanita itu akhirnya telah sadar, Dinda sangat terkejut karena tubuhnya seperti melayang, dan yang lebih membuatnya takut. Saat ini Dinda sedang di dalam gendongan Satria, pria itu tersenyum melihat ke arah depan, sedangkan Dinda menilik seluruh tubuhnya yang sudah berganti pakaian.
“Sa-satria … apa yang kamu lakukan? lepaskan aku!” Dinda mulai memberontak setelah seluruh kesadaran kembali.
Satria menunduk melihat Dinda yang sedang bergetar ketakutan. “Din … jangan takut, sebentar lagi, kita akan resmi menjadi suami istri,” jawab Satria dengan menampilkan senyumnya. Namun, melihatnya Dinda semakin takut.
“Aku mohon, Sat. Sadarlah … lepaskan aku, kita tidak bisa bersama … aku tidak mencintaimu, Sat!” Dengan tatapan menghiba, Dinda memohon dilepaskan berharap Satria sadar bahwa apa yang sedang pria itu lakukan sangatlah tidak benar.
“Din, aku tidak mau kamu kembali dengan mantan kekasihmu … kamu hanya milikku, tidak boleh ada yang memilikimu selain aku!” ungkap Satria dengan tangannya yang semakin erat mendekap Dinda. Pria itu pun mengeluarkan sesuatu dari kantongnya dan menyuntikkannya kepada Dinda.
Mendadak tubuh Dinda seperti kehilangan tenaga, wanita itu tidak bisa memberontak Dinda tidak bisa melepaskan diri dari Satria kepalanya pun mulai berdenyut kembali. “Sa-satria apa yang kamu lakukan kenapa dengan tubuhku?.” tanya Dinda dengan deraian air mata yang sudah membasahi kedua pipinya.
“Jangan menangis, Dinda … nanti make-up di wajahmu luntur, kamu jangan khawatir … aku hanya menyuntikan sedikit obat penenang, tidurlah ….”
Setelah Dinda menutup matanya Satria pun langsung menidurkan tubuh wanita itu di atas kasur yang sudah dihiasi bunga-bunga mawar di dalam ruangan itu.
“Mari kita lakukan pernikahan ini sekarang juga, aku tidak mau menyentuhnya sebelum mengucapkan janji suci pernikahan!” perintah Satria pada pria paruh baya yang dia sewa.
“Ta-tapi … pengantin wanita harus bangun baru kita bisa melaksanakannya Tuan,” jawab pria itu.
“Cepat lakukan kalau kau tidak mau, aku akan menghabisimu sekarang juga!” ancam Satria.
Pria itu pun langsung mengangguk patuh, baru saja berdiri. Satria dikejutkan dengan pintu yang dibuka dengan paksa.
“Brak …!”
“Diam di tempat. Jangan bergerak …!” perintah sosok yang muncul dari arah pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments