Selesai memperbaiki lampu bersama Bagas, Brian segera mencari Alina. Ibu Azizah yang melihat BRian sedang mencari istrinya pun memberitahukan jika Alina berada di kamar.
Ketika memasuki kamar dan melihat Alina yang berdiri membelakanginya, Brian segera memeluk istrinya dari belakang. Alina yang sedang memasukkan pakaian ke dalam lemari pun terkejut dengan perlakuan Brian yang tiba-tiba. Meskipun ia sudah bisa menebak itu adalah Brian, tetap saja ia belum terbiasa dengan kontak fisik.
"Kamu mengejutkan ku Mas." kata Alina sambil berusaha melepaskan pelukan Brian dengan lembut.
"Biarkan seperti ini sebentar sayang." pinta Brian yang semakin mengeratkan pelukannya.
Beberapa menit kemudian, barulah Brian melepaskan pelukannya dan membuat posisi keduanya berhadapan. Tetapi kini pandangan Brian tertuju pada kotak hadiah dengan warna mencolok yang ada di belakang Alina, seperti bukan gaya Alina yang lebih menyukai warna-warna kalem.
"Apa ini sayang?" tanya Brian yang kemudian mengambil kotak tersebut.
"Itu hadiah pernikahan yang diberikan oleh Mbak Ayu, tapi aku belum sempat buka Mas." Brian menggandeng Alina menuju tempat tidur dengan satu tangan masih memegang kotak hadiah dan meminta Alina untuk membukanya sekarang.
Yang ada Alina merasa malu setelah tahu isi dari kotak hadiah yang diberikan oleh Ayu. Kotak hadiah berwarna merah dengan aksen pita di tutupnya tersebut berisi gaun malam dengan bahan satin lengkap dengan kimono berenda. Brian tersenyum melihat Alina yang buru-buru menutup kotak tersebut karena malu. Ia pun menggoda istrinya dengan membisikkan sesuatu di telinga Alina, yang semakin membuat Alina menunduk malu.
Brian mendongakkan pandangan Alina, ia mengubah topik mereka dengan menanyakan apakah Alina selalu mengenakan hijabnya di dalam rumah. Karena ia baru melihat istrinya tersebut membuka hijab saat malam dan subuh tadi. Sang mama yang juga berhijab seperti Alina terkadang tidak mengenakan hijabnya jika di dalam rumah sedang ada papa.
Alina pun menjelaskan jika sejak SMA, ia sudah membiasakan membuka hijabnya hanya saat mandi atau di dalam kamar sendirian atau hanya saat bersama sang ibu. Terlebih lagi saat ia tinggal sendiri di apartemen, Alina bahkan tidur masih dengan hijab yang menempel.
Brian mengagumi keteguhan Alina, ia merasa bersyukur bisa menikmati sesuatu yang di jaga oleh sang istri di ikatan yang di halalkan. Ia pun meminta sang istri untuk tetap mempertahankan keteguhannya dalam mengenakan hijab, akan tetapi ia meminta agar disaat mereka hanya berdua untuk melepaskan hijabnya.
Alina tidak keberatan dengan permintaan Brian, karena memang pahala baginya untuk menyenangkan suaminya. Ia juga memikirkan kata-kata yang dibisikkan oleh suaminya, ia menjadi ingat dengan pembelajaran bab berumah tangga. Alina akan mulai menerapkan ilma yang pernah ia pelajari untuk mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya dalam pernikahannya.
Tak lama, adzan maghrib berkumandang, Brian segera membersihkan dirinya untuk melaksanakan sholat berjamaah di masjid bersama dengan Ayah Ahmad dan Bagas. Alina telah menyiapkan perlengkapan untuk sang suami, dan mulai membantu Ibu Azizah menyiapkan makan malam sambil menunggu suaminya pulang dari masjid.
Setelah makan malam, baik Ayah Ahmad, Ibu Azizah dan Bagas mencari alasan untuk meninggalkan Alina dan Brian berdua. Mereka memilih masuk ke dalam kamar masing-masing untuk memberikan waktu pada keduanya.
Brian yang mengerti maksud mereka pun tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia pun mengajak Alina ke halaman belakang dimana terdapat kebun apotik hidup dan kolam ikan. Di sana terdapat gazebo dengan peralatan pemanggang. Keduanya duduk disana menikmati alunan suara jangkrik.
Posisi Brian yang memeluk Alina dari belakang, membuat Alina merasakan kenyamanan. Ia menjadi teringat dengan genggaman tangan Brian pertama kalinya ketika membantunya lepas dari sarkas Ega. Rasa nyaman yang sama dengan yang saat ini ia rasakan. Alina bersyukur di dalam hati dengan jalan yang dipilihkan Allah untuknya dalam bertemu dengan jodohnya.
Cukup lama keduanya larut dalam lamunan mereka masing-masing sambil meresapi kehangatan mereka. Akhirnya Brian membuka suara, ia mengutarakan kegelisahannya perihal perempuan yang mengaku tersesat tadi. Ia menjelaskan jika selama ini banyak perempuan yang mendekatinya tetapi Brian merasa tidak nyaman. Maksud Brian mengungkapkan hal ini adalah agar sang istri tidak salah paham kepadanya. Brian juga tidak ingin menyakiti perasaan Alina terkait isu tersebut.
Alina berpikir sejenak, ia mengingat kata-kata Lili mengenai banyaknya perempuan yang mendambakan Brian sebagai suami. "Ini yang Lili maksud dengan lalat yang mengerubungi Brian." Ia pun menenangkan suaminya dengan memberikan usapan lembut pada lengan suaminya yang kini berada di perutnya.
Alina tidak bisa berjanji jika dirinya tidak akan sakit hati, tetapi satu yang yaitu ia mempercayai Brian. Alina juga mengutarakan akan menyiapkan mentalnya untuk menghadapi perempuan-perempuan yang datang mendekati suaminya.
Mendengar penuturan sang istri, Brian merasa lebih tenang. Walaupun ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, paling tidak ia sudah mengutarakan semuanya dan tidak ada yang ia sembunyikan dari Alina. Karena komunikasi sangatlah penting dalam berumah tangga. Karena malam yang semakin larut, mereka memutuskan untuk masuk ke dalam rumah.
Di dalam kamar, Brian dikejutkan dengan penampilan Alina yang baru saja keluar dari kamar mandi. Alina mengenakan dress kutung dengan rambut terurai setengah basah. Jantung Brian mulai berpacu, tetapi ia berusaha menenangkannya. Mereka memang sudah halal dan ladang pahala bagi mereka melakukan hubungan suami istri, tetapi Brian tetap teguh dengan pendiriannya untuk menunggu waktu yang tepat untuk mereka menjadi satu. Seperti malam sebelumnya, mereka hanya menikmati penyatuan bibir mereka dan merajut mimpi bersama dalam hangatnya pelukan.
Ketika Alina terbangun tengah malam, ponsel Brian berdering dan memperlihatkan nama Regis di sana. Ia pun membangunkan sang suami dengan lembut agar tidak membuatnya kaget. Setelah Brian bangun dan sudah fokus dengan Alina, barulah ia menyampaikan jika Regis telah meneleponnya beberapa kali.
Brian segera menerima ponsel yang di berikan Alina, ia membuka chat dan email yang masuk. Ternyata Regis menghubunginya karena menanyakan perihal kontrak kerja yang di simpan Brian. Kontrak tersebut akan di tanda tangani besok siang, ia pun segera menghubungi Regis dan mengatakan jika kontrak tersebut ia bawa pulang, Regis bisa mengambilnya ke rumah besok pagi. Ia meletakkannya di laci meja kerjanya.
Selesai menelepon, ia pun menoleh ke arah sang istri dan tersenyum. Ia kemudian mengajak Alina untuk melaksanakan sholat malam bersama.
Alina mengungkapkan jika suaminya ingin kembali ke kota untuk mengurus perusahaannya, ia akan ikut. Ia merasa telah menunda pekerjaan suaminya dengan tinggal di desa. Mereka bisa kembali ke desa lain waktu.
Mendengar hal itu, Brian meminta Alina untuk tidak khawatir. Ada Regis yang akan menggantikannya di sana, pekerjaannya bisa menunggu, ia yang ingin menghabiskan waktu di desa untuk mengenal keluarga Alina. Brian juga mengutarakan jika sebaiknya Alina juga mencari asisten untuk membantu pekerjaannya. Karena selama dua hari ini, Brian melihat jika sang istri masih sibuk dengan laporan butik. Mengapa tidak menjadikan teman Alina sebagai asisten seperti dirinya dan Regis.
Alina mengatakan jika ia belum menemukan kandidat yang tepat untuk posisi tersebut. Adapun Lili, sahabatnya tersebut tidak mahir dalam manajemen sehingga Alina hanya bisa menitipkan pengawasan, laporan tetap ia yang menghandle.
Brian termenung sejenak, ia terpikirkan untuk mencarikan sang istri seorang asisten yang terpercaya dan yang pasti haruslah perempuan. Ia pun teringat dengan dua sekretarisnya, kemudian ia mengirimkan pesan teks kepada Regis perihal pemikirannya tersebut. Perbincangan mereka seputar asisten dan pekerjaan harus terhenti karena telah terdengar adzan subuh. Mereka pun melaksanakan sholat berjamaah.
Hari ini adalah hari senin, rencananya Brian akan mengurus buku nikah mereka di Kantor Urusan Agama. Dengan ditemani Ayah Ahmad, mereka pergi bertiga dengan membawa semua persyaratan yang telah di beritahukan oleh penghulu. 3 jam lamanya mereka mengurus buku nikah di kantor urusan agama dan akhirnya resmi mendapatkan buku nikah. Pernikahan mereka sudah resmi tercatat di Kantor Urusan Agama, ketiganya pun kembali ke rumah.
Sampai di rumah, ternyata sedang ada tamu dan tamu tersebut adalah Siska. Ibu Azizah mengatakan jika Siska berkunjung untuk mengucapkan terima kasih atas kebaikan keluarga Ibu Azizah yang menolongnya di saat tersesat. Brian tidak menghiraukan Siska dan masuk ke dalam kamar, sedangkan Ayah Ahmad segera pamit untuk pergi ke sawah bersama Bagas. Dan Alina sendiri bergabung dengan Ibu Azizah dan Siska.
Siska bercerita mengenai alasan ia ada di desa ini, kemudian cerita seputar pekerjaannya dan bagaimana ia bisa mengenal Brian. Ibu Azizah dan Alina hanya mendengarkan dan menjawab seperlunya. Kemudian Siska menanyakan ada keperluan apa Brian di rumah ini. Meskipun Siska mengatakan jika ia hanya penasaran, Ibu Azizah dan Alina sudah bisa menangkap maksud dari pertanyaan Siska. Dengan tenang, Alina mengatakan jika Brian adalah suaminya, mereka baru saja menikah tiga hari yang lalu.
Mendengar hal tersebut seperti petir sedang menyambar angan-angan Siska. Ia yang ingin mendekati Brian karena merupakan kesempatan tanpa adanya pengganggu, justru mendengar kabar yang mengejutkan. Brian yang selama ini dingin terhadap perempuan telah menikah dengan gadis desa yang tidak modis sama sekali menurut Siska. Apa kelebihan perempuan di hadapannya yang membuat Brian mau menikahinya. Ia mencoba tenang dan tidak memperlihatkan keterkejutannya.
Siska mengucapkan selamat atas pernikahan Alina dan kemudian pamit pulang karena sebentar lagi waktunya makan siang. Ibu Azizah menawarkan agar Siska makan siang bersama mereka, tetapi di tolaknya karena ia tidak lagi memiliki minat untuk lebih lama di sana.
Seperginya Siska, Ibu Azizah hanya memberikan usapan lembut di pundak anak perempuannya. Alina paham dan menganggukkan kepalanya, ia sudah merasakan rasanya mengahadapi perempuan yang mendambakan suaminya. Ia akan lebih menyiapkan diri kedepannya.
Sedangkan Siska, sesampainya ia ke rumah ia segera melihat profil Brian. Disana masih tertera jika Brian masih berstatus single, tetapi perkataan Alina yang mengatakan mereka baru saja menikah tiga hari yang lalu membuatnya berasumsi jika Alina menjebak Brian. Hal itu diperkuat dengan adanya Brian tanpa asisten yang selalu berada di sampingnya. Bisa jadi Alina tidak mengetahui jika Brian adalah seorang CEO yang terkenal, bahkan mereka saja tidak peduli dengan mobil Brian yang berharga fantastis. Kira-kira begitulah pemikiran Siska.
Dengan cepat Siska mengabarkan kepada rekan kerjanya jika Brian telah menikahi gadis desa. Sontak kabar tersebut segera tersebar di kalangan karyawan perempuan, banyak tanggapan yang di dapat. Ada yang merasa iri, ada yang memberikan selamat, ada pula yang tidak terima seperti Siska. Tinggal menunggu waktu kabar tersebut sampai ke telinga Regis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Okto Mulya D.
Siska kompor mbledukk
2024-07-04
1
Bilqies
kepo banget siska
2024-05-14
1
Bilqies
kasihan Brian Thor yang hanya bisa menelan ludah ngeliat Alina seperti itu
2024-05-14
1