Pagi ini semua sudah siap untuk berkunjung ke panti asuhan. Panti tersebut berada di perbatasan kota, lumayan dekat dengan desa orang tua Alina yang ada di pinggiran kota. Setiap bulan, Ayah Ahmad akan mengalokasikan kebutuhan pokok dan Alina menyalurkan zakat pendapatannya ke panti tersebut. Sebelum menuju lokasi, mereka mampir ke supermarket untuk membeli aneka camilan dan buah untuk anak-anak.
Melihat mobil mereka beriringan memasuki pelataran panti asuhan, anak-anak yang sudah hafal dengan mobil mereka pun menyambutnya dengan riang. Mendengar keributan anak-anak, beberapa pengurus panti pun keluar dan ikut serta menyambut mereka.
Setelah menyerahkan zakat, Ayah Ahmad dan Ibu Azizah tetap tinggal untuk berdiskusi masalah Pembangunan hunian baru khusus untuk menampung bayi. Beberapa bulan ini, panti mendapatkan penghuni baru yang masih bayi. Dengan keterbatasan tempat, terpaksa bayi-bayi tersebut tinggal dengan pemilik panti asuhan dan rencananya mereka akan menggalang dana untuk membangun hunian khusus untuk bayi dan balita.
Karena orang tua Alina sekalian kembali ke desa, Alina dan Bagas kembali ke kota. Rencananya, mobil Alina akan dibawa Bagas kembali ke asrama untuk acara Field Trip. Jadi, Bagas mengantarkan Alina ke butik terlebih dahulu. Alina sempat menawarkan, agar Bagas membawa mobil SUV Alina yang ada di butik, tetapi Bagas menolaknya karena terkesan mewah. Bagas lebih nyaman membawa mobil city car Alina yang merupakan generasi pertama pada zamannya, sehingga tidak terlihat mencolok.
Sampai di butik, Alina memastikan lagi apakah Bagas berubah pikiran untuk menukar mobil, tetapi jawaban Bagas tetap sama. Sebelum pergi, Bagas berpesan agar sang kakak tidak memakai jasa taksi untuk saat ini. Lebih aman
menggunakan mobil sendiri, karena beberapa teman kuliah Bagas telah mengalami pelecehan seksual yang di lakukan oleh oknum taksi online. Bagas mengkhawatirkan Alina yang suka menaiki taksi dibandingkan dengan berkendara sendiri, baik itu taksi konvensional maupun online. Alina mengiyakan pesan adiknya, mulai hari ini ia akan membiasakan diri membawa mobil ke mana pun ia pergi dan tak lupa berpesan agar Bagas berhati-hati selama Field Trip.
"Assalamu'alaikum Alina..." pesan teks masuk dari nomor baru. Alina mengabaikannya karena tidak jelas dari
siapa, dilihat dari foto profilnya hanya memperlihatkan tangan dengan jam tangan merek terkenal.Ia Kembali fokus
dengan laporan keuangan dan aliran kasnya di laptop.
10 menit kemudian, ada panggilan masuk dari nomor yang sama. Alina mengabaikannya sampai telepon masuk yang ketiga, barulah Alina mengangkatnya.
"Assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikumsalam Alina, apa saya mengganggu?" Tanya seseorang di ujung sana, suaranya terdengar akrab ditelinganya.
"Kak Brian?" Tanya Alina memastikan.
"Ya, apa kamu tidak menyimpan nomor ku?" Tanya Brian dengan nada sedikit kecewa.
"Maaf kak, lupa."
"Oke tak apa, apakah kamu sibuk?"
"Tidak kak, saya sedang bersantai." jujur Alina, yang baru saja menutup jurnalnya.
"Dimana?"
"Di butik kak."
"Apakah kamu sedang berbelanja? Dimana?"
"Di butik Azzahra, Jl. Puri Indah ..."
"10 menit lagi aku sampai. Tetap di sana. Assalamu'alaikum." Brian menutup teleponnya, Alina terkejut bahkan ia belum menyelesaikan kata-katanya, akhirnya ia pun menjawab salam dengan lirih.
10 menit kemudian, Niar masuk ke dalam ruangan Alina. Mengatakan jika ada laki-laki mondar-mandir di butik seperti mencari sesuatu tetapi tidak ada karyawan yang berani mendekat karena penampilannya yang tidak biasa, mereka takut menyinggung orang tersebut. Alina pun mengikuti Niar, untuk melihat apa yang sedang dicari laki-laki tersebut.
"Maaf bapak, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Alina, ketika laki-laki tersebut berbalik justru Alina yang
terkejut.
"Kak Brian?" Brian tersenyum dengan mengangkat kedua tangannya yang memegang paper bag.
"Maaf ponsel ku lowbat, jadi hanya bisa berputar mencarimu. Tapi, apakah aku setua itu hingga kamu memanggilku bapak?"
“Maaf.” Jawab
Alina dengan menangkupkan tangannya di depan dada. Salahnya juga tidak memberitahu Brian jika ini adalah butiknya sehingga memudahkannya bertanya pada karyawan. Bukan salah Alina sepenuhnya, Brian yang menyela Alina saat belum menyelesaikan perkataannya.
Alina mengatakan jika ia mengenal laki-laki tersebut dan meminta Niar membuatkan minuman. Alina merasa tidak enak dengan pandangan beberapa pengunjung di sana, sehingga mengajak Brian keteras samping. Tempat
karyawan bersantai saat makan siang.
"Silahkan duduk kak. Maaf saya tidak memberitahu kakak kalu saya tidak belanja disini…"
“Melainkan pemilik butik?” cekal Brian. Ia tahu dari gerak-gerik karyawan yang sangat menghormati Alina. Alina yang tidak sempat melanjutkan kata-katanya hanya mengangguk menanggapi Brian.
"Ini ada titipan dari Mama." Brian menyerahkan beberapa paper bag yang dibawanya. Alina menerima paper bag
tersebut dan menanyakan dalam rangka apa mama Brian memberikannya.
Brian menjelaskan jika mamanya baru saja pulang liburan dari kota B dan sengaja membelikan oleh-oleh untuk Alina dan keluarganya. Alina menganggukkan kepala dan berterima kasih. Brian memberi tahukan paper bag untuk masing-masing keluarga Alina. Kemudian Niar yang datang membawa minuman pun menyuguhkannya di depan Brian dengan piring berisi muffin coklat. Alina mengucapkan terima kasih kepada Niar dan mempersilahkan Brian
untuk menikmatinya. Brian tanpa sungkan mulai meminum es teh yang disajikan.
Sembari menunggu Brian yang sedang menikmati es teh, Alina membuka paper bag yang diperuntukkannya. Shawl dengan motif khas kota B dan perpaduan warna gradasi yang memukau. Alina tersenyum dan mengucapkan terima kasih, ia sangat menyukai oleh-oleh dari mama Brian. Brian ikut tersenyum dan mengatakan ia akan menyampaikkannya kepada mama.
Ketika Veri melewati teras, Alina memanggilnya dan meminta tolong untuk mengantarkan 2 paper bag yang
diberikan Brian ke tempat orang tuanya. Ia juga meminta Veri untuk menyampaikan jika itu adalah oleh-oleh dari mama Brian.
"Kamu tidak tinggal satu rumah?" Brian terkejut melihat Alina meminta seseorang mengirimkan oleh-oleh tersebut.
"Iya kak, ibu sama ayah tinggal di desa. Saya di sini tinggal di apartemen, sedangkan Bagas di asrama kampusnya. Saya tidak tahu kapan bisa berkunjung, jadi saya kirimkan saja agar Amanah dari mama Kak Brian sampai tepat waktu." Jawab Alina jujur, karena Brian pun sudah tahu alamat apartemennya.
Brian meminta maaf, jika saja ia tahu mereka tidak tinggal bersama, ia bisa mengantarkannya langsung kepada orang tua Alina. Alina hanya tersenyum, "Bagaimana ia bisa tahu, mereka saja baru saling kenal?" batin Alina.
Mereka pun mulai berbincang ringan. Mulai dari membahas butik Alina, sampai dengan pekerjaan Brian. Sampai Niar datang menghampiri Alina jika sudah waktunya untuk makan siang, Niar sudah menutup butik dan pamit untuk membeli makan siang. Alina pun mempersilahkannya, kemudian Brian menawarkan untuk makan bersama tetapi Brian mengatakan jika mobilnya dibawa oleh asistennya. Alina pun izin sebentar untuk mengambil tas
dan kunci mobil di dalam ruangannya.
Alina sudah mengunci pintu samping butik dan hendak mengeluarkan mobil. Akan tetapi, Brian mencegahnya mengatakan jika dirinya yang akan mengemudi. Alina menyerahkan kunci mobil, dengan sigap Brian membukakan pintu penumpang untuk Alina. Mobil pun melaju ke restoranyang pernah mereka kunjungi pertama kali. Kali ini Brian menanyakan apa yang ingin Alina makan, Alina memilih nasi goreng spesial dan jus alpukat sedangkan Brian memesan ikan pedas manis dan es buah.
Mereka menikmati makan siang dengan tenang. Selesai makan, Brian meminta Regis untuk menjemputnya di resto. Alina yang mendengarkan pun menawarkan untuk mengantarkannya, sekalian Alina kembali ke butik karena jalan mereka searah, meskipun jika ke butik Alina harus berputar arah.
Brian menolak, karena tidak ingin membuat Alina menempuh perjalanan 2x lipat untuk kembali ke butik. 30 menit kemudian, mobil Brian datang. Ia pun berpamitan kepada Alina, mereka berpisah di parkiran restoran.
Alina kembali ke butik, sedangkan Brian kembali ke perusahaannya bersama Regis.
Sekembalinya Alina, Niar menyampaikan jika ada masalah di pabrik menyebabkan pengiriman barang ke butik tertunda. Alina segera menghubungi Awi selaku penanggung jawab gudang. Awi menjelaskan jika ada perselisihan di antara penjahit tetap dengan paruh waktu, mereka mempermasalahkan gaji sedari pagi. Tetapi mereka belum berseteru, siang ini ketika makan siang mereka mulai mengejek satu sama lain. Karena permasalahan tersebut, pekerja paruh waktu tidak ada yang mengerjakan finishing pakaian menyebabkan pakaian tertumpuk. Sedangkan
pengiriman e-commerce dan butik harus tetap berjalan.
Mau tak mau Alina harus turun tangan. Ia pun melaju menuju gudang yang jaraknya hampir satu jam dari butik bersama Tatik. Sedangkan Niar bertanggung jawab atas butik menggantikan Lili yang sedang izin imunisasi anaknya. Di depan gudang, Awi sudah menunggu Alina dan segera membawa Alina ke rest area karyawan dimana semua karyawan berkumpul. Awi sengaja mengumpulkan mereka di sana.
Kedatangan Alina sontak membuat semua karyawan diam tak bersuara. Meskipun Alina terlihat lembut, Alina tegas dalam menyikapi karyawannya.
"Jadi, siapa yang ingin mengeluh?" Tanya Alina berdiri di depan seluruh karyawan. Para karyawan saling melirik, hingga salah satu karyawan paruh waktu membuka suara.
"Mengapa gaji kami berbeda mbak Alina?" salah satu
karyawan paruh waktu bersuara.
"Ada lagi?" Tanya Alina memastikan semua keluhan tertampung barulah ia menyelesaikannya.
"Gaji saja Mbak Alina, karena untuk perlakuan lain sama."
Alina berpikir sejenak. Ia harus bisa menyelesaikan masalah ini dengan bijak.
"Saya sangat meyayangkan perselisihan ini menyebabkan kemacetan produksi. Lain kali jika ada masalah, langsung sampaikan kepada saya. Minimal sampaikan pada Awi atau Niar supaya mereka menyampaikannya kepada saya. Dan mengenai keluhan gaji kalian yang berbeda, saya memang membedakannya sesuai aturan
yang berlaku atau lebih tepatnya peraturan pemerintah tentang penggajian karyawan. Untuk karyawan tetap, saya membayar mereka sesuai dengan UMR yang ditetapkan pemerintah kota Y dan intensif diberikan bergantung pada jam yang mereka habiskan setiap lembur. Sedangkan untuk kerja paruh waktu, saya membayar upah per-jam yang saya konversi dari UMR dan tentunya penghitungan uang lembur saya samakan dengan karyawan tetap, yaitu upah per jam siang dikalikan 1,5 dan malam 2,5. Sedangkan uang bonus hanya diberikan ketika target
tercapai atau ada event tertentu." Alina mengerti mereka tidak paham dengan penjelasannya karena rata-rata karyawan yang ia serap adalah lulusan SMA, dan ibu rumah tangga. Sehingga Alina menuliskan simulasi gaji di papan informasi.
Dengan simulasi yang Alina berikan secara rinci,para karyawan baru paham mengapa penghitungan gaji mereka berbeda. Ternyata gaji mereka sama saja, yang membedakan adalah jam kerja mereka. Akhirnya masalah terselesaikan dengan tenang. Para karyawan pun meminta maaf Kepada Alina karena telah menyebabkan
kendala produksi. Mereka juga saling meminta maaf satu sama lain. Mereka sepakat untuk tidak menerima gaji hari ini, karena kendala murni diakibatkan oleh mereka sendiri.
Alina mengapresiasi keinginan karyawannya dan berterimakasih. Walaupun di dalam hati, Alina akan tetap membayarkan gaji mereka karena sudah merupakan hak atas kerja keras mereka.
Dengan transparansi gaji yang ia lakukan, Alina berharap tidak akan ada masalah yang sama di kemudian hari. Karena Ia juga sudah menekankan jika pengupahan gaji disesuaikan dengan tingkat kesulitan dan tanggung jawab
yang dibebankan, sehingga perbedaan penerimaan gaji tetap akan terjadi di masa depan. Apalagi dengan adanya audit yang dilakukan oleh pemerintah, Alina harus memastikan kesehatan keuangannya, system gaji dan kesejahteraan karyawan terpebuhi.
Jika di masa depan industri kecil Alina berkembang besar, ia perlu merencanakan slip gaji agar karyawannya tahu penghitungan gaji mereka dengan tepat.
Alina tidak langsung kembali ke butik, melainkan mengawasi proses di pabrik dan gudang. Ia meminta Tatik untuk kembali ke butik diantarkan Veri. Alina memastikan keterlambatan pengiriman dapat dikejar hari ini juga. Karena Alina tidak ingin ada keterlambatan yang akan mengakibatkan rating e-commerce nya turun. Hal tersebut bisa mempengaruhi penjualannya kelak. Alina sampai meminta waktu tambahan kepada kurir ekspedisi untuk penjemputan paket. Untungnya kurir bagian penjemputan mau berkompromi, akhirnya tepat pukul 11.00 malam semua paket pesanan dari e-commerce sudah diangkut oleh jasa ekspedisi. Alina dapat bernafas lega untuk saat ini, karena stock yang butik sudah di bereskan dan akan dikirim ke butik besok pagi.
10 karyawan gudang yang bekerja lembur bersama Alina segera berpamitan pulang kecuali Awi yang memang tinggal di sana. Alina juga pulang ke apartemen dengan meminta Veri mengemudikan mobilnya, ia merasa sudah tidak ada tenaga lagi untuk mengemudikan mobilnya. Ia juga meminta Veri untuk membawa mobilnya supaya bisa menjemputnya besok pagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments