15. Kekonyolan Brian

Begitu turun dari mobil, Alina segera memeluk sang ibu yang menyambutnya di teras, seolah meminta kekuatan. Ia tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaannya. Hanya pelukan hangat sang ibu yang dapat menenangkannya saat ini.

Ibu Azizah yang heran dengan sikap Alina, melirik ke arah Bagas yang hanya ditanggapi dengan gelengan. Ayah Ahmad pun meminta semuanya untuk masuk ke dalam rumah agar kedua anaknya dapat segera membersihkan diri terlebih dahulu.

Seusai membersihkan diri, Alina menyapa beberapa keluarga yang berkumpul di ruang tamu. Kebetulan ada beberapa keluarga jauh yang menginap di sana untuk menghadiri acara pernikahan besok. Rumah Ayah Ahmad semakin ramai dengan kedatangan Alina dan Bagas.

Di dapur, Ibu Azizah menyiapkan minuman untuk Alina berupa rebusan rempah-rempah untuk menghilangkan lelah. Begitu Alina memasuki dapur, Ibu Azizah segera memintanya untuk meminum air rebusan tersebut selagi hangat.

Alina sudah terbiasa dengan minuman tersebut, setelah mengucapkan basmalah ia meminumnya sampai habis. Ibu Azizah yang memperhatikan anaknya sedari tadi ingin buka suara namun ia urungkan. Beliau takut semakin membuat anaknya diam, ia akan menunggu sampai anaknya mau terbuka.

"Ini kak." Bagas datang membawa tas berisi family set yang Alina siapkan.

"Apa itu nak?" Tanya Ibu Azizah.

"Family set yang Alina siapkan untuk acara besok bu." Jawab Alina sembari membuka isi tas tersebut.

"Cantik nak." Puji Ibu Azizah yang telah membuka lipatan gamis berwarna putih.

Tetapi, Ibu Azizah menjelaskan jika besok mereka akan mengenakan seragam batik pemberian Ayu. Ibu Azizah menyarankan agar Alina dan Bagas saja yang mengenakan pakaian putih tersebut. Alina dan Bagas mengangguk bersamaan menyetujui saran sang ibu.

Sehabis subuh, rumah Ayah Ahmad semakin ramai. Saudara jauh yang akan menghadiri acara pernikahan Ayu berdatangan dan singgah di sana. Sedangkan Alina di dalam kamarnya sedang mencari-cari minyak aroma terapi yang biasa ia gunakan untuk meredakan hidungnya yang mampet, sepertinya ia terserang flu. Ibu Azizah yang sadar anak perempuannya tidak ada keluar kamar pun mengetuk pintu kamar Alina.

Ketika Alina membukakan pintu, Ibu Azizah terkejut melihat hidung anak perempuannya yang memerah. Alina menjelaskan jika hidungnya mampet dan sedang mencari minyak aroma terapinya. Ibu Azizah segera mencarikan minyak kayu putih untuk Alina. Setelah membantu membalurkan di punggung, Ibu Azizah pergi ke dapur membuatkan teh serai untuk membantu meredakan flu Alina.

"Apa tidak sebaiknya kamu di rumah saja nak?" Kata Ayah Ahmad yang kini ikut berkumpul di kamar Alina.

"Alina tidak apa-apa yah, ini sudah tidak mampet lagi."

"Benar kata ayah, kamu di rumah saja. Nanti ibu sampaikan ke Ayu kalau kamu sedang tidak enak badan."

Alina mengatakan jika dirinya ingin melihat prosesi akad. Ia meyakinkan orang tuanya untuk tenang, karena ada Bagas yang menjaganya. Kedua orang tuanya pun setuju. Mereka meminta Bagas untuk membawa mobil untuk ke rumah pakdhe mereka, agar Alina bisa istirahat di mobil sampai acara akad dimulai. Karena banyaknya saudara yang hadir, tidak memungkinkan bagi Alina untuk meminjam kamar di sana.

Pukul 08.00, semuanya sudah bersiap untuk berangkat ke rumah Pakdhe Wira yang hanya berjarak 50 meter. Sebagian saudara ada yang berjalan kaki, ada yang menggunakan motor dan mobil. Sedangkan rombongan Ayah Ahmad menggunakan mobil untuk kenyamanan Alina.

Sebenarnya sudah dari seminggu yang lalu, Ayah Ahmad dan Ibu Azizah pulang pergi rumah Pakdhe Wira untuk membantu menyiapkan acara. Tetapi karena ada Alina dan Bagas serta saudara yang datang, Ayah Ahmad dan Ibu Azizah tidak dapat membantu. Maka dari itu mereka berangkat pagi untuk membantu persiapan menyambut pihak mempelai laki-laki dan para tamu undangan.

Ayah Ahmad, Ibu Azizah dan Bagas meninggalkan Alina sendiri di mobil untuk membantu persiapan. Alina memejamkan matanya, pusing baru saja menyergapnya. Ia tidak bisa memaksakan diri, kini dirinya pun sudah mulai sering bersin-bersin.

Di lain sisi, Brian sedang bimbang melihat kepergian mobil kedua orang tuanya. Ia masih mengira jika Alina lah yang menikah. Ia pun memutuskan untuk pergi ke butik untuk memastikan.

Ia menunggu sampai butik buka, tetapi yang ia tunggu tidak ada menampakkan diri sampai pukul 09.00. Brian memberanikan diri bertanya ke salah satu karyawan butik, apakah ia bisa bertemu dengan Alina. Karyawan tersebut menjawab jika Alina ada acara di rumah orang tuanya.

Brian yang sudah kacau tidak menanyakan dengan jelas acara apa yang dimaksud. Ia tetap berasumsi jika Alina benar-benar akan menikah. Padahal jika di logika, mengapa disaat pemilik butik menikah butiknya masih buka?

Segera Brian melajukan mobilnya menuju desa Alina. Ia juga menelepon Regis untuk membatalkan semua jadwalnya hari ini. Sayangnya, ia tidak tahu jika akses jalan menuju desa Alina ditutup. Ia bisa sampai di sini karena menggunakan GPS, jika ia harus memutar ia tidak yakin bisa menemukan rumah Alina. Akhirnya, ia pun meminta tolong kepada salah satu pekerja untuk mengantarkannya ke tempat yang sedang ada acara pernikahan.

Sampai di tempat, acara akad sudah di mulai.

"Saya terima nikahnya Ayusita Dewi Binti Wira Kusuma dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Ucap Arkan dengan mantap.

Penghulu menanyakan pada saksi, yang dijawab sah dan ucapan hamdalah seluruh tamu yang hadir.

Brian yang berlari mendekati meja akad, tiba-tiba berhenti dan termenung di dekat meja akad. Ia tersadar setelah mendengar ijab yang diucapkan oleh mempelai laki-laki. Mengapa nama yang diucapkan bukan Alina Azzahra melainkan Ayusita Dewi.

"Siapa dia? Apakah aku salah tempat?" Tanya Brian di dalam hati. Tetapi, menurut pekerja yang ia mintai tolong tadi memang benar ada salah satu warga yang sedang melangsungkan pernikahan hari ini.

Tamu undangan sedang berbisik, mereka mulai bertanya-tanya siapakah laki-laki yang tiba-tiba muncul di tengah acara.

Mama Humaira dan Papa Rajasa yang sadar jika laki-laki tersebut adalah anak mereka pun segera menghampiri Brian. Mereka segera menyeret Brian keluar dari acara dan menanyakan mengapa kedatangannya seperti seseorang yang hendak menggagalkan pernikahan orang.

Brian tidak menjawab, ia justru bertanya kepada kedua orang tuanya mengapa yang menikah bukan Alina. Kedua orang tuanya menggelengkan kepala mereka tidak percaya dengan pertanyaan Brian. Anak mereka ternyata bodoh jika berhubungan dengan perempuan. Mereka pun menjelaskan memang bukan Alina yang menikah melainkan sepupu Alina.

Seluruh kejadian tersebut tidak luput dari tanya kapan ponsel Bagas. Alina tidak ada di sana karena dibiarkan tidur di dalam mobil, setelah meminum obat yang di dapatkan Bagas dari dokter puskesmas yang kebetulan menghadiri acara. Ia merekam semuanya untuk sang kakak sambil menahan tawanya. Ayah Ahmad dan Ibu Azizah yang ada didekatnya pun kompak menjewer telinga Bagas. Mereka kemudian mendekat kearah Brian dan kedua orang tuanya, sedangkan tamu undangan yang penasaran segera memasang pendengaran mereka dengan seksama.

Ayah Ahmad menyarankan mereka untuk masuk ke dalam rumah salah satu karyawannya yang kebetulan bersebelahan dengan rumah kakaknya. Tidak baik jika berbicara di pinggir jalan seperti sekarang ini. Kedua orang tua Brian setuju dan mengikuti Ayah Ahmad menuju rumah di sebelah Pakdhe Wira, tak terkecuali Brian dan Bagas yang masih dengan ponsel merekam.

Setelah semuanya berkumpul di ruang tamu, Bagas masih senantiasa dengan ponselnya merekam. Sedangkan Papa Rajasa menjelaskan kekonyolan Brian kepada kedua orang tua Alina. Dan meminta maaf kepada Ayah Ahmad atas kejadian tersebut.

Mendengar penjelasan tersebut, Ayah Ahmad tampak berpikir sejenak. Beliau melirik Ibu Azizah yang menanggapinya dengan anggukan. Ayah Ahmad pun membisikkan sesuatu kepada Bagas yang ditanggapi dengan anggukan dan bergegas menjalankan perintah sang ayah tanpa bertanya alasannya. Sebelum pergi, Bagas meletakkan ponselnya di tempat yang dapat merekam dengan jelas.

"Nak Brian, apakah kamu serius dengan anak ayah?" Pertanyaan Ayah Ahmad seketika membuat tegang, baik itu Brian maupun kedua orang tuanya.

Brian yang menyadari kebodohannya tadi, segera menjawab pertanyaan Ayah Ahmad dengan mantap. Ia tidak mau melewatkan kesempatan ataupun menyia-nyiakannya.

"Ya, demi Allah saya serius." Jawaban tersebut sangat mantap dan membuat puas, baik itu kedua orang tua Alina maupun kedua orang tuanya.

"Sejak pertemuan saya dengan Alina pertama kali di reuni almamater, saya sudah mencintai anak anda. Ditambah dengan pengaturan pertemuan yang di buat mama, saya menjadi semakin yakin untuk menjadikan Alina pendamping saya. Izinkan saya untuk membahagiakan anak anda, saya berjanji akan menjaga dan menyayanginya sepenuh hati saya. Karena Alina adalah satu-satunya wanita yang mampu membuat saya berkomitmen." imbuh Brian.

Mama Humaira dan Papa Rajasa menghembuskan nafas lega, anak mereka dapat mengutarakan keinginannya dengan lantang, tidak konyol seperti tadi.

"Apakah kamu sanggup jika menikah hari ini juga?" tanya Ayah Ahmad dengan penekanan.

"Saya siap atas izin Allah." jawab Brian tanpa ada keraguan sedikit pun.

Ayah Ahmad mengangguk dan menjelaskan jika dirinya telah meminta Bagas untuk menahan penghulu untuk menikahkan mereka sekarang juga. Keputusan tersebut beliau ambil untuk menghindari salah paham dan untuk kebaikan semuanya. Meskipun nantinya tetap akan ada yang menggunjing, Ayah Ahmad tidak mempermasalahkannya.

Sekarang tersisa bagaimana keputusan Alina, karena Alina lah yang akan menikah. Mereka perlu mendengarkan pendapat Alina tentang pernikahan tersebut.

Tanpa aba-aba, Ibu Azizah pergi meninggalkan mereka menuju mobil tempat Alina beristirahat.

"Sudah bangun nak." Sapa Ibu Azizah yang melihat Alina sudah menegakkan kursinya.

"Iya bu, sudah mendingan. Apakah acaranya sudah selesai?"

"Sudah. Tapi..."

"Tapi?" Alina penasaran mengapa sang ibu menghentikan kalimatnya.

"Apakah kamu bersedia menikah dengan Brian?"

Alina merasa ada yang salah dengan pendengarannya. Tetapi melihat wajah serius sang ibu, Alina tahu jika pertanyaan tersebut nyata. Akan tetapi, bukankah sang ibu menegaskan jika tidak akan memaksanya? Alina diam menundukkan kepalanya.

"Dengarkan ibu nak.."

Ibu Azizah mulai menceritakan kejadian yang baru saja terjadi. Alina menatap tidak percaya

jika Brian yang ia kenal bisa salah sangka seperti itu. Dan mendengar jawaban Brian atas pertanyaan Ayah Ahmad dari sang ibu, Alina merasakan jantungnya berpacu. Brian menginginkannya atas nama Allah.

"Tetapi bagaimana dengan perempuan yang dilihatnya kemarin?" Tanyanya dalam hati.

Ibu Azizah menyarankan, jika Alina masih ragu mereka berdua bisa berbicara terlebih dahulu sebelum memutuskan. Tetapi beliau berharap, keputusan yang mereka ambil tidak mengecewakan karena mereka berdua sudah sama-sama dewasa untuk menyikapi masalah ini.

Terpopuler

Comments

Okto Mulya D.

Okto Mulya D.

Waduuhhh, ini sih benar2 numpang nikah yaa

2024-07-04

1

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Gak modal banget nikah di majlis nikahan orang,surat2 nya gimana coba..cuman dlm novel yg bisa mikah dadakan kek gini 😂

2024-06-24

1

Bilqies

Bilqies

aku mampir Thor /Smile/

2024-05-08

1

lihat semua
Episodes
1 1. Merasa Familiar
2 2. Kembali ke Aktivitas Normal
3 3. Bersisian Yang Tidak Terduga
4 4. Cinta Pertama
5 5. Kembali ke Kota Y
6 6. Bertemu
7 7. Berkunjung ke Butik
8 8. Menjemput
9 9. Sakit
10 10. Pendapat
11 11. Mama Brian
12 12. Brian
13 13. Merasa Cemburu
14 14. Salah Sangka
15 15. Kekonyolan Brian
16 16. Nikah Dadakan
17 17. Mertua
18 18. Pacaran Halal
19 19. Menggoda Brian
20 20. Lalat yang Dimaksud Lili
21 21. Gosip
22 22. Menginap
23 23. Meredam Amarah
24 24. Naik / Turun ranjang?
25 Maaf...
26 25. Kabur
27 26. Apakah itu Karma?
28 27. Digrebek?
29 28. Resepsi
30 29. Hamil
31 30. Anda Siapa?
32 31. Anita
33 32. Mie Gelas
34 33. Di Pinggir Sungai
35 34. Bau Parfum
36 35. Kembali dari Desa
37 36. Prematur
38 37. Membawa Pulang Baby Aby
39 38. Pesan untuk Brian
40 39. Keturunan Bangsawan
41 40. Alisa?
42 41. Figurine yang Hilang
43 42. Dia Bukanlah Dia
44 43. Kebenaran yang Diungkapkan
45 44. Sementara Memilih untuk Diam
46 45. Bertemu dengan Pangarep
47 46. Pabrik Diselamatkan
48 47. Segera Mengambil Alih
49 48. Bertemu Pengacara
50 49. Tanda Tangan
51 50. Pangarep Menggila
52 51. Membuatku Cemburu
53 52. CEO Kecil
54 53. Menemukan Album
55 54. Pangarep Kabur
56 55. Pingsannya Alina
57 56. Pencarian Baby Aby
58 57. Keduanya Dirawat
59 58. Operasi Alina
60 59. Perusahaan Alina
61 60. Brian Kecewa
62 61. Kabar Duka
63 62. Indri Minta Bantuan
64 63. Pemakaman
65 64. Kehamilan Kedua
66 65. Masalah Bubur
67 66. IUFD
68 67. Bodyguard Cantik
69 68. Kembung
70 69. Turning One
71 70. Waktu yang Singkat
72 71. Tidak Usah Pulang
73 72. Tidak Sebanding
74 73. Kabar Kehammilan
75 74. Tidak Ingin Kecewa
76 75. Gara-gara Kesemek
77 76. Bersemangat
78 77. Baby Aby Cemburu
79 78. Syukuran
80 79. Taman Bermain
81 80. Puasa Seminggu
82 81. Orang Gila
83 82. Mulas
84 83. Bayi Kembar
85 84. Syukuran di Rumah Sakit
86 85. Ending
Episodes

Updated 86 Episodes

1
1. Merasa Familiar
2
2. Kembali ke Aktivitas Normal
3
3. Bersisian Yang Tidak Terduga
4
4. Cinta Pertama
5
5. Kembali ke Kota Y
6
6. Bertemu
7
7. Berkunjung ke Butik
8
8. Menjemput
9
9. Sakit
10
10. Pendapat
11
11. Mama Brian
12
12. Brian
13
13. Merasa Cemburu
14
14. Salah Sangka
15
15. Kekonyolan Brian
16
16. Nikah Dadakan
17
17. Mertua
18
18. Pacaran Halal
19
19. Menggoda Brian
20
20. Lalat yang Dimaksud Lili
21
21. Gosip
22
22. Menginap
23
23. Meredam Amarah
24
24. Naik / Turun ranjang?
25
Maaf...
26
25. Kabur
27
26. Apakah itu Karma?
28
27. Digrebek?
29
28. Resepsi
30
29. Hamil
31
30. Anda Siapa?
32
31. Anita
33
32. Mie Gelas
34
33. Di Pinggir Sungai
35
34. Bau Parfum
36
35. Kembali dari Desa
37
36. Prematur
38
37. Membawa Pulang Baby Aby
39
38. Pesan untuk Brian
40
39. Keturunan Bangsawan
41
40. Alisa?
42
41. Figurine yang Hilang
43
42. Dia Bukanlah Dia
44
43. Kebenaran yang Diungkapkan
45
44. Sementara Memilih untuk Diam
46
45. Bertemu dengan Pangarep
47
46. Pabrik Diselamatkan
48
47. Segera Mengambil Alih
49
48. Bertemu Pengacara
50
49. Tanda Tangan
51
50. Pangarep Menggila
52
51. Membuatku Cemburu
53
52. CEO Kecil
54
53. Menemukan Album
55
54. Pangarep Kabur
56
55. Pingsannya Alina
57
56. Pencarian Baby Aby
58
57. Keduanya Dirawat
59
58. Operasi Alina
60
59. Perusahaan Alina
61
60. Brian Kecewa
62
61. Kabar Duka
63
62. Indri Minta Bantuan
64
63. Pemakaman
65
64. Kehamilan Kedua
66
65. Masalah Bubur
67
66. IUFD
68
67. Bodyguard Cantik
69
68. Kembung
70
69. Turning One
71
70. Waktu yang Singkat
72
71. Tidak Usah Pulang
73
72. Tidak Sebanding
74
73. Kabar Kehammilan
75
74. Tidak Ingin Kecewa
76
75. Gara-gara Kesemek
77
76. Bersemangat
78
77. Baby Aby Cemburu
79
78. Syukuran
80
79. Taman Bermain
81
80. Puasa Seminggu
82
81. Orang Gila
83
82. Mulas
84
83. Bayi Kembar
85
84. Syukuran di Rumah Sakit
86
85. Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!