9. Sakit

Pagi itu Alina tidak dapat bangun tepat waktu, ia juga melewatkan sholat subuh. Saat akan bangun, ia merasa badannya lemas dan nyeri di sekujur tubuhnya.

Pelan-pelan Alina mencoba duduk, meraih ponselnya di nakas. Dilihatnya jam yang sudah menunjukkan pukul 07.00, ada beberapa panggilan masuk dari Lili dan Ayah Ahmad.

Pertama, Alina menghubungi Lili mengabarkan ia tidak bisa ke butik dan meminta Lili mengawasi butik. Tidak lupa berpesan jika mesin baru ada di mobil yang di bawa Veri. Kedua, Alina menelepon Veri agar tidak perlu menjemputnya. Barulah ia menelepon ayah Ahmad, mengatakan ia tidak tahu jika ayah Ahmad menghubunginya.

Ayah Ahmad hanya ingin mengetahui kabar Alina, ia mengatakan jika dirinya baik-baik saja. Alina juga mengatakan jika ada beberapa masalah di butik, tetapi sudah terselesaikan agar Ayah Ahmad tidak khawatir.

Karena doa dan ridho orang tua merupakan pelancar langkahnya. Ayah Ahmad merasa lega dan berpesan agar Alina menjaga kesehatan. Alina mengiyakannya dan kemudian menutup sambungan telepon.

Alina meraih gelas air yang ada di nakas dan meminumnya, kemudian ia berjalan pelan menuju kamar mandi. Ia merasa segar setelah membersihkan diri dengan air hangat. Alina menuju dapur untuk membuat sarapan, ia hanya membuat telur mata sapi dan roti bakar serta segelas teh hangat. Selesai makan, Alina meminum obat penurun panas dan merebahkan tubuhnya di sofa.

Ia tidak mengatakan jika dirinya sakit agar kedua orang tuanya tidak khawatir. Ia merasa dengan meminum obat dan beristirahat akan membuatnya sehat kembali.

Alina perlahan membuka matanya, melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 15.00. Ia masih merasa tubuhnya lemas hanya untuk berjalan mengambil minum ke dapur. Di tegukan ketiga, barulah Alina merasa ada sedikit tenaga. Ia masuk ke kamar untuk membersihkan diri dan menjalankan kewajiban. Ketika selesai salam, terdengar suara bel dari luar. Alina berpikir sejenak, mungkinkah Field Trip Bagas sudah selesai? Ia pun pergi membukakan pintu tanpa melepas mukenanya.

"Assalamu'alaikum Alina." seketika Alina mendongak melihat sosok tersebut dan menjawab salam. Tetapi Alina tetap diam membatu di depan pintu. Ia tidak menyangka jika Brian yang datang berkunjung.

"Kamu tidak mempersilahkan aku masuk?" tanya Brian yang menyadarkan Alina.

"Tapi.. " Alina belum menyelesaikan kalimatnya, tetapi sudah dipotong oleh Brian.

"Aku tahu, aku tidak akan macam-macam. Kamu sedang sakit Alina." Brian merasa miris melihat wajah pucat Alina.

Alina pun mengizinkan Brian untuk masuk. Brian izin menggunakan dapur dan menyuruh Alina untuk duduk di sofa. Beberapa menit kemudian, ada pengunjung lain yang datang. Brian segera membukakan pintu, yang memperlihatkan seorang perempuan dengan jas putih.

Brian memperkenalkan dokter Ani kepada Alina, dan memintanya berkenan diperiksa. Alina hanya mengangguk, tubuhnya terasa tidak nyaman saat ini. Dokter segera memeriksa Alina dan menanyakan jika Alina memiliki riwayat lambung, ia hanya menggeleng. Kemudian dokter meminta izin untuk memasangkan infus agar memudahkan pemberian vitamin. Alina hanya mengangguk, dan memejamkan matanya.

Brian datang dengan membawa nampan ditangannya. Melihat Alina yang memejamkan mata, ia pun bertanya kepada Ani.

"Bagaimana keadaannya?"

"Dia baik-baik saja, hanya kelelahan, dehidrasi dan kurang asupan makanan. Kelihatannya ia hanya tidur sedari pagi. Pindahkan ke kamar, posisinya tidak nyaman." perintah Ani.

Brian berpikir sejenak, akhirnya ia masuk ke kamar Alina mengambil bantal dan selimut. Dibukanya sofa bed, menata bantal dan memindahkan Alina diatas sofa bed. Dokter Ani merasa aneh dengan hal yang dilakukan Brian, namun tak berkomentar.

"Setelah 30 menit, aku akan melepas infusnya. Pastikan dia makan, anak orang ini." dokter Ani tiba-tiba merasa kesal dengan Brian.

"Hei, aku juga tidak tahu jika dia sakit." Brian tidak mau Ani salah paham.

"Baiklah, jika tidak aku tidak akan mendengar nada panik dari seorang Brian." Alina seperti terusik dalam lelapnya. Brian pun mengisyaratkan Ani untuk diam.

Setelah 30 menit, Ani melepaskan infus dan pamit kembali ke klinik. Mendengar suara pintu tertutup, Alina membuka matanya melihat Brian berjalan menghampirinya.

"Duduk perlahan dan minum ini." Brian menyerahkan segelas air putih. Alina hanya menurut meminum air tersebut.

"Makanlah ini, apa perlu aku hangatkan lagi dan menyuapkannya?" Alina menggeleng, ia menerima mangkuk dari tangan Brian.

Ia merasa tenaganya sudah pulih, tetapi makanan tersebut terasa hambar di mulutnya. Meskipun begitu, Alina tetap memakannya sampai 3/4 bagian. Selebihnya ia sudah tidak sanggup lagi. Brian mengerti dan tidak berkomentar.

Brian mulai menceritakan jika dirinya sempat melihat Alina di kota S. Kebetulan saat itu, ia juga sedang dalam perjalanan kembali ke kota Y. Sore ini ketika urusannya sudah selesai, ia baru sempat mencari Alina ke butik. Akan tetapi, karyawan butik mengatakan jika Alina tidak datang ke butik. Seorang perempuan mengatakan jika Alina sedang tidak enak badan, dan memberikan alamatnya kepada Brian. Brian pun bergegas menelepon dokter Ani dan pergi kesini.

Dalam hati, Alina tahu siapa perempuan yang dimaksud Brian, Lili.

Alina mengucapkan terima kasih kepada Brian, ia juga meminta maaf sudah merepotkan nya. Brian tidak keberatan, ia meminta Alina masuk kedalam kamar. Setelah merapikan dapur, ia akan pulang. Tetapi, saat Alina hendak berdiri ia kehilangan keseimbangan. Brian dengan sigap menangkap Alina, ia meminta maaf kepada Alina dan mengangkat tubuh Alina berjalan ke arah kamar.

Perlahan meletakkan Alina ke ranjang, ia keluar kembali mengambil selimut dan memakaikannya. Setelah memastikan Alina nyaman, Brian berkata agar Alina istirahat saja dan keluar dari kamar.

Beberapa menit kemudian, ada pesan masuk di ponsel Alina. Brian mengatakan jika dirinya sudah menyiapkan makan malam untuk Alina, tinggal dihangatkan saja nanti dan pamit pulang. Alina tersenyum seraya membalas pesan dengan stiker terima kasih. Keluar dari aplikasi pesan teks, Alina membuka notifikasi yang penuh dengan panggilan tidak terjawab. Lili, Veri, Bagas, dan Brian. Ia tidak lantas memberi kabar tetapi meletakkan kembali

ponselnya di nakas dan kembali memejamkan matanya. Ia perlu istirahat, agar besok dapat beraktifitas seperti biasa.

Malamnya, Alina bangun dengan tubuh yang terasa ringan. Ia pun melepas kan mukena dan membersihkan diri. Setelah itu menuju dapur, melihat tudung saji di meja bar. Ia melihat ada note di sana:

"Hangatkan di microwave, ada nasi di penanak. Jangan lupa minum vitaminnya."

Jelas Brian yang menuliskannya. Alina tersenyum, ia kagum dengan Brian yang perhatian kepadanya tanpa melanggar batas. Justru Brian menghormati dan menghargainya. Tetapi ia tidak bisa berharap lebih, berharap kepada manusia hanya akan menimbulkan kepahitan. (Ali bin Abi Thalib)

Alina telah selesai makan, kini lidahnya bisa merasakan masakan enak. Udang tanpa kulit berbumbu saus padang, Brian masih mengingat makanan kesukaan Alina.

"Apa bubur siang tadi tidak benar-benar hambar?" Tanyanya dalam hati.

Ketika Alina selesai membersihkan bekas makanan, ponselnya berdering memperlihatkan Ayah Ahmad yang menghubunginya. Tetapi saat dibuka, terlihat Ibu Azizah dengan muka sedikit murung.

"Bagaimana keadaan kamu sekarang nak? Bagian mana yang sakit? Apa perlu ibu kesana?" Tanpa salam Ibu Azizah langsung membombardir Alina dengan pertanyaan.

"Mengapa tidak mengabari ibu? Ibu baru saja mendengar dari Mbak Maira kalau Brian menanyakan resep bubur karena ingin membuatkan kamu bubur." Alina menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan sang ibu.

Alina mengatakan jika dirinya sudah membaik, ia pun menceritakan semua yang Brian lakukan tetapi menutupi bagian Brian yang menggendongnya masuk ke dalam kamar. Jika orang tuanya tahu, bisa-bisa mereka akan membawakan penghulu sekarang juga.

Ibu Azizah merasa tenang, lagipula raut wajah Alina sudah kembali normal tidak terlihat sakit. Akhirnya Ibu Azizah berpesan agar Alina tidak ke butik dulu sampai benar-benar sehat. Alina mengiyakan pesan Ibu Azizah, ia memang berencana untuk istirahat sehari lagi. Begitu sambungan telepon ibu Azizah ditutup, panggilan baru masuk dari Brian. Alina menggeser ikon jawab dan menampilkan wajah Brian.

Brian menanyakan bagaimana keadaan Alina sekarang, sudah makan apa belum. Alina hanya tersenyum, justru kembali bertanya apakah Brian baik-baik saja karena wajah Brian terlihat lelah.

Brian menjawab jika ia saat ini sedang berada di kota Y dan baru saja selesai meeting kemungkinan urusannya disini akan memakan waktu lama. Kemudian menanyakan kembali pertanyaan yang belum dijawab Alina. Alina menjawab jika dirinya baik-baik saja dan baru saja selesai makan. Ia juga berterimakasih atas masakan Brian, setelah tahu jika Brian sendiri yang memasaknya.

Brian meminta maaf, ia tidak bermaksud membuat orang tua Alina khawatir. Ia juga tidak menyangka mamanya akan mengatakan hal tersebut kepada ibu Alina.

Alina tidak keberatan sama sekali, ia bersyukur atas bantuan Brian. Justru ia menjadi merasa berhutang budi karena beberapa kali harus merepotkan Brian. Brian mengatakan ia dengan senang hati membantu Alina, jadi tidak perlu sungkan. Brian pamit menutup sambungan teleponnya karena ia sudah ditunggu Regis untuk

istirahat di hotel.

Alina meletakkan ponselnya di nakas dan merebahkan tubuhnya. Tetapi ia tidak dapat memejamkan matanya, ia pun mengambil buku untuk di baca. Entah kapan Alina tertidur, ia terbangun saat sudah masuk waktu subuh.

Karena tidak ke butik, Alina menghabiskan waktu di rumah dengan memasak dan membuat kue. Sambil menunggu kue matang, Alina melihat iklan produk olahraga, ia pun berpikir untuk mulai berolahraga. Selain bisa menjaga stamina, olahraga juga baik untuk kesehatannya.

Alina mulai membuka aplikasi video untuk mencaritahu olahraga yang cocok untuknya dan bisa dilakukan sendiri di rumah. Ia pun menyimpan beberapa video latihan ringan yang dapat ia lakukan sendiri. Ia akan mulai sore nanti, dan menambahkan jadwal pagi dan sore untuk berolahraga.

Sorenya, Alina membongkar isi walk in closetnya mencari pakaian yang nyaman untuk olah raga. Ia menemukan tunik berbahan kaos dan celana jogger, dipadukannya dengan jilbab pendek.

Meskipun didalam rumah sendiri, Alina tetap menutup auratnya. Hal ini dilakukan untuk menjaga adab dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi akan lebih praktis ketika ada tamu berkunjung tanpa harus sibuk mencari hijab terlebih dahulu.

Setelah mengenakan setelannya, Alina mulai memutar video. Mulai dari pemanasan, dilanjutkan dengan  gerakan duduk-berdiri, wall-sit, push-up, squat dan lari ditempat. Karena ini adalah pertama kalinya, Alina hanya melakukan 1x8 hitungan dan di tutup dengan pendinginan. Itu saja sudah membuatnya kelelahan. Ia akan mulai membiasakan diri dengan berolahraga, agar bisa memperbaiki staminanya.

Begitu keringatnya sudah kering, Alina segera membersihkan diri. Ketika keluar dari kamar dan hendak ke dapur, Alina justru kembali ke kamar mengambil buku sketnya. Ia mendapatkan ide pakaian olahraga untuk muslimah.

Ia mulai mencari gambar di internet sebagai referensi, dan menggambar beberapa design, mulai dari tunik, rok-celana, crop top dengan setelan, hoodie. Ia perlu pertimbangan Lili nanti, tentunya ia juga harus survey bahan yang nyaman untuk bergerak dan menyerap keringat. Banyak yang harus dilakukan nantinya.

...~~...

Alina baru saja selesai membuat sarapan paginya, tumis sayuran dengan sosis dan menggoreng daging empal yang ia buat kemarin. Ketika akan mulai makan, ada suara bel pintu. Alina membukakan pintu, terlihat Bagas dengan mata pandanya. Setelah meletakkan tas di sofa, Alina mendorong Bagas untuk segera mandi dan sarapan

bersama. Bagas dengan langkah gontainya tetap menuruti sang kakak. Alina menyiapkan piring dan kopi susu untuk adiknya. Ketika Bagas selesai mandi, ia segera menghampiri sang kakak di meja bar. Mereka pun mulai sarapan bersama.

Setelah selesai, barulah Bagas membuka suara. Ia menceritakan jika Field Trip yang dilakukannya sangat melelahkan. Ia juga mengetahui jika kakaknya sakit dari sang ibu. Jadi, begitu Field Trip berakhir ia bergegas kembali ke kota Y. Alina mengacak rambut adik laki-lakinya, mengatakan jika dirinya sudah sehat dan hari ini sudah kembali bekerja.

"Mengapa kakak tidak mencari asisten saja untuk meringankan pekerjaan kakak. Paling tidak, dengan adanya asisten pekerjaan pembukuan dan kesana-kemari bukan kakak yang mengerjakannya. Kakak cukup approval, mengawasi dan terima beres." Kata Bagas yang khawatir jika kakaknya jatuh sakit lagi.

Bukan tidak mencari, Alina sempat berpikiran sama dengan Bagas. Tetapi, ia belum menemukan seseorang yang  cocok di posisi itu. Awalnya ia mempertimbangkan agar Lili menjadi asistennya, tetapi Lili tidak menguasai manajemen. Ia juga telah menimbang beberapa karyawannya sebagai kandidat, tetapi tidak ada yang bisa mengimbangi kerjanya. Sehingga Alina menyerah dengan pilihan asisten.

"Kalau kamu khawatir, mengapa bukan kamu saja yang menjadi asisten kakak?" Gurau Alina.

"Kakak jangan bergurau. Yang ada pekerjaan kakak 2x lipat bertambah berat." Jawab Bagas sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Nanti kakak pikirkan lagi dik, posisi asisten tidak bisa sembarang diisi. Takutnya malah jadi bumerang seperti yang kamu katakan." Bagas menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan sang kakak.

Bagas menawarkan diri mengantarkan sang kakak ke butik. Setelah mengantar sang kakak, ia pun izin tidur di apartemen. Alina berpesan jika ingin makan siang, masih ada daging empal dan ayam katsu yang siap goreng di kulkas. Bagas mengacungkan jempolnya dan meninggalkan Alina di depan butik.

Lili mengikuti Alina menuju ruangan untuk memberikan laporan. Selama 2 hari Alina tidak ke butik, Lili sudah mengatur semuanya. Mesin pemotong kain yang di beli Alina lebih bagus dibandingkan yang lama, sehingga sangat membantu dalam pemotongan bahan. Dan mesin yang telah dibelikan dinamo sudah bisa digunakan mulai hari ini. Produksi berjalan lancar kembali dan produk baru akan segera di posting di e-commerce dan akun media sosial butik.

Alina berterimakasih kepada Lili, dan menyerahkan beberapa amplop untuk menggaji karyawan butik minggu ini. Sedangkan untuk gaji Lili, Alina mengatakan akan mentransfernya segera. Lili mengangguk dan meninggalkan ruangan. Tetapi, belum sempat membuka pintu Alina menghentikannya. Alina mengeluarkan buku sketnya dan meminta pendapat Lili. Lili bertanya dari mana ide pakaian olahraga tersebut muncul, Alina menjawab apa adanya. Karena ia memerlukan pakaian yang nyaman untuk berolahraga dan mungkin banyak pelanggan diluar sana yang mencari pakaian olahraga muslimah.

Lili setuju dengan ide tersebut, ia akan mulai survei bahan dan keinginan pelanggan akan pakaian olahraga muslimah. Ia juga izin untuk membuat penyesuaian pada design Alina nantinya. Alina menyerahkan semua ke Lili, karena Lili yang paling memahami keinginan fashion pelanggan.

Dalam industri fashion, pembajakan sangat gampang terjadi. Yang bisa Alina lakukan adalah dengan mencatatkan design baju custom nya kepada pihak berwenang untuk mendapatkan perlindungan hukum maksimal. Sedangkan untuk design lain, tidak tercatat tetapi secara hukum sudah memiliki perlindungan.

Sehingga jika produk selain custom dibajak, Alina tidak mempermasalahkannya. Karena menurutnya, jika design yang ia buat dapat bermanfaat untuk orang lain secara ekonomi merupakan amal jariyah baginya.

Source:

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014. Hukum online.com

Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase termasuk Ciptaan yang dilindungi.[1]

Yang dimaksud dengan hak cipta adalah hak eksklusif atas suatu ciptaan timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.[2] Dengan demikian, sejak suatu ciptaan itu dilahirkan dan dideklarasikan, hak ciptanya sudah dilindungi.

Hak Cipta merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.[3]

Terpopuler

Comments

Nabilah

Nabilah

antre di igd cm buat ini😅

2024-01-25

0

lihat semua
Episodes
1 1. Merasa Familiar
2 2. Kembali ke Aktivitas Normal
3 3. Bersisian Yang Tidak Terduga
4 4. Cinta Pertama
5 5. Kembali ke Kota Y
6 6. Bertemu
7 7. Berkunjung ke Butik
8 8. Menjemput
9 9. Sakit
10 10. Pendapat
11 11. Mama Brian
12 12. Brian
13 13. Merasa Cemburu
14 14. Salah Sangka
15 15. Kekonyolan Brian
16 16. Nikah Dadakan
17 17. Mertua
18 18. Pacaran Halal
19 19. Menggoda Brian
20 20. Lalat yang Dimaksud Lili
21 21. Gosip
22 22. Menginap
23 23. Meredam Amarah
24 24. Naik / Turun ranjang?
25 Maaf...
26 25. Kabur
27 26. Apakah itu Karma?
28 27. Digrebek?
29 28. Resepsi
30 29. Hamil
31 30. Anda Siapa?
32 31. Anita
33 32. Mie Gelas
34 33. Di Pinggir Sungai
35 34. Bau Parfum
36 35. Kembali dari Desa
37 36. Prematur
38 37. Membawa Pulang Baby Aby
39 38. Pesan untuk Brian
40 39. Keturunan Bangsawan
41 40. Alisa?
42 41. Figurine yang Hilang
43 42. Dia Bukanlah Dia
44 43. Kebenaran yang Diungkapkan
45 44. Sementara Memilih untuk Diam
46 45. Bertemu dengan Pangarep
47 46. Pabrik Diselamatkan
48 47. Segera Mengambil Alih
49 48. Bertemu Pengacara
50 49. Tanda Tangan
51 50. Pangarep Menggila
52 51. Membuatku Cemburu
53 52. CEO Kecil
54 53. Menemukan Album
55 54. Pangarep Kabur
56 55. Pingsannya Alina
57 56. Pencarian Baby Aby
58 57. Keduanya Dirawat
59 58. Operasi Alina
60 59. Perusahaan Alina
61 60. Brian Kecewa
62 61. Kabar Duka
63 62. Indri Minta Bantuan
64 63. Pemakaman
65 64. Kehamilan Kedua
66 65. Masalah Bubur
67 66. IUFD
68 67. Bodyguard Cantik
69 68. Kembung
70 69. Turning One
71 70. Waktu yang Singkat
72 71. Tidak Usah Pulang
73 72. Tidak Sebanding
74 73. Kabar Kehammilan
75 74. Tidak Ingin Kecewa
76 75. Gara-gara Kesemek
77 76. Bersemangat
78 77. Baby Aby Cemburu
79 78. Syukuran
80 79. Taman Bermain
81 80. Puasa Seminggu
82 81. Orang Gila
83 82. Mulas
84 83. Bayi Kembar
85 84. Syukuran di Rumah Sakit
86 85. Ending
Episodes

Updated 86 Episodes

1
1. Merasa Familiar
2
2. Kembali ke Aktivitas Normal
3
3. Bersisian Yang Tidak Terduga
4
4. Cinta Pertama
5
5. Kembali ke Kota Y
6
6. Bertemu
7
7. Berkunjung ke Butik
8
8. Menjemput
9
9. Sakit
10
10. Pendapat
11
11. Mama Brian
12
12. Brian
13
13. Merasa Cemburu
14
14. Salah Sangka
15
15. Kekonyolan Brian
16
16. Nikah Dadakan
17
17. Mertua
18
18. Pacaran Halal
19
19. Menggoda Brian
20
20. Lalat yang Dimaksud Lili
21
21. Gosip
22
22. Menginap
23
23. Meredam Amarah
24
24. Naik / Turun ranjang?
25
Maaf...
26
25. Kabur
27
26. Apakah itu Karma?
28
27. Digrebek?
29
28. Resepsi
30
29. Hamil
31
30. Anda Siapa?
32
31. Anita
33
32. Mie Gelas
34
33. Di Pinggir Sungai
35
34. Bau Parfum
36
35. Kembali dari Desa
37
36. Prematur
38
37. Membawa Pulang Baby Aby
39
38. Pesan untuk Brian
40
39. Keturunan Bangsawan
41
40. Alisa?
42
41. Figurine yang Hilang
43
42. Dia Bukanlah Dia
44
43. Kebenaran yang Diungkapkan
45
44. Sementara Memilih untuk Diam
46
45. Bertemu dengan Pangarep
47
46. Pabrik Diselamatkan
48
47. Segera Mengambil Alih
49
48. Bertemu Pengacara
50
49. Tanda Tangan
51
50. Pangarep Menggila
52
51. Membuatku Cemburu
53
52. CEO Kecil
54
53. Menemukan Album
55
54. Pangarep Kabur
56
55. Pingsannya Alina
57
56. Pencarian Baby Aby
58
57. Keduanya Dirawat
59
58. Operasi Alina
60
59. Perusahaan Alina
61
60. Brian Kecewa
62
61. Kabar Duka
63
62. Indri Minta Bantuan
64
63. Pemakaman
65
64. Kehamilan Kedua
66
65. Masalah Bubur
67
66. IUFD
68
67. Bodyguard Cantik
69
68. Kembung
70
69. Turning One
71
70. Waktu yang Singkat
72
71. Tidak Usah Pulang
73
72. Tidak Sebanding
74
73. Kabar Kehammilan
75
74. Tidak Ingin Kecewa
76
75. Gara-gara Kesemek
77
76. Bersemangat
78
77. Baby Aby Cemburu
79
78. Syukuran
80
79. Taman Bermain
81
80. Puasa Seminggu
82
81. Orang Gila
83
82. Mulas
84
83. Bayi Kembar
85
84. Syukuran di Rumah Sakit
86
85. Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!