"Niar, tolong segera packing dan serahkan ke kurir baju keluarga yang ini yaa. " kata Alina yang telah menyiapkan baju pesanan paman Wira. Niar mengangguk dan segera melaksanakan tugasnya.
"Kebaya kurung warna putih kamu simpan di mana Al? " tanya Lili.
"Aku kirim ke paman Wira Li, hadiah untuk mbak Ayu. Aku tidak bisa hadir si acara mereka soalnya." jawab Alina tanpa melihat kearah Lili.
Lili yang mendengar jawaban Alina bersungut2, pasalnya harga baju keluarga kemarin sudah diskon 20%. Lebih banyak dari diskon yang seharusnya hanya 10% untuk pemesanan di bawah 10 set. ditambah kebaya yang harganya setengah dari nilai pembayaran baju mereka. Terkadang Lili merasa geram dengan sikap Alina seperti ini, memang tidak rugi tetapi sangat disayangkan. Tetapi ia juga tidak bisa mengubah keputusan Alina, ia pun meninggalkan Alina dengan gerakan kasar mencerminkan kekesalannya.
Alina tahu pemikiran Lili saat ini, tetapi ia memilih untuk mengabaikannya. Karena menurutnya membahagiakan orang-orang di sekitarnya juga termasuk ladang pahala baginya.
"Mbak, semua kebaya dan gamis yang mau dibawa sudah siap semua. Dinda, Ratih, dan Veri juga sudah dapat izin dari keluarga mereka untuk ikut mbak Alin." kata Niar sembari menyerahkan list barang.
"Terima kasih Niar, kita berangkat malam ini karena ada pemotretan yang perlu dilakukan di sana."
"Iya mbak, sudah saya sampaikan. Ini koper mbak Alin saya masukkan ke bagasi sekalian ya? "
"Terima kasih."
"Sama-sama mbak." Niar membawa koper Alina menuju mobil yang terparkir di depan butik. Mobil milik Alina pribadi tetapi jarang digunakannya, karena ia lebih memilih naik taksi dan mobil pemberian ayah Ahmad.
Alina mencari Lili di ruangannya yang sekaligus berfungsi sebagai tempat istirahat, ternyata Lili sedang menyuapi anaknya di sana. Meskipun memiliki pengasuh, Lili tetap menyuapi dan menyusui anaknya sendiri. Pengasuh hanya bertugas menjaga anaknya saat tidur atau saat Lili tinggal bekerja. Karena Alina membebaskan Lili dengan catatan pekerjaan tetap beres.
"Li, aku titip butik sama gudang ya. Bisa sekitar 2 minggu aku di sana, aku kira hanya acara fashion show tapi
ternyata schedulenya padat." kata Alina sambil merapikan laptop ke dalam tas ranselnya.
"Aman Al, yang penting bonusnya ditambah. " jawab Lili sambil terbahak.
"Asal penjualan naik, gampang Li." jawaban Alina sukses membuat manyun mama muda tersebut.
"Al, nanti kalau ketemu designer Sungkar minta tanda tangannya ya?"
"Untuk apa Li?"
"Aku penggemarnya Al, jangan lupa ya? "
"Maksa.. Aku tidak janji, karena aku belum tahu bisa bertemu apa tidak."
"Harus pokoknya."
Perbincangan mereka terhenti karena Kayla, anak Lili menangis merasa diabaikan oleh mamanya. Lili pun sibuk menenangkan anaknya, sedangkan Alina mulai membaca novel yang baru di belinya. Ia tertarik membeli karena ada kesamaan nama di sana dan juga minatnya yang tergelitik saat membaca blurb novel tersebut.
Tak terasa sudah masuk waktu ashar, selesai melaksanakan kewajiban Alina mengecek kembali barang yang akan dibawanya. Setelah merasa semuanya lengkap, Alina mengajak karyawannya untuk segera berangkat agar perjalanan mereka bisa lebih santai. Setelah berpamitan kepada Lili, mereka pun meninggalkan area butik menuju jalur kota J.
Selama perjalanan, karyawan yang sudah lelah pun tertidur. Tersisa Alina yang masih terpaku dengan novelnya dan Veri yang menyetir. Awalnya ia ingin menyewa jasa travel, tetapi Niar menyarankan untuk membawa Veri yang pernah bekerja di kota J. Alina sendiri belum pernah ke kota J, apalagi jaraknya yang lumayan jauh sekitar 8 jam perjalanan, ia hanya bisa mengandalkan Veri. Saat melihat jam ditangan, Alina meminta Veri untuk berhenti di masjid untuk melaksanakan sholat magrib. Mereka pun melaksanakan kewajiban dan setelahnya mencari tempat untuk makan malam. Veri yang memang sudah terbiasa dengan jalur kota J, dengan lihai mengemudikan mobil dan tahu tujuan yang layak untuk mereka makan malam sebelum masuk area jalan tol.
Tepat pukul 03.00 dini hari, mobil mereka memasuki parkiran hotel yang telah dipesan sebelumnya. Veri tidak mau dipesankan kamar dengan alasan bisa tidur di mobil dan akomodasi kamar bisa ia cairkan. Ia sedang membutuhkan banyak uang untuk modal pernikahannya. Tetapi Alina tetap memesan 3 kamar, 1 untuknya, 1 untuk
dua karyawan perempuannya Nani dan Tatik, dan 1 lagi untuk Veri. Setelah masuk ke kamar masing2, mereka pun beristirahat karena besok pagi mereka harus pergi ke tempat pemotretan.
Pukul 06.30, semuanya sudah berkumpul di resto hotel untuk sarapan. Selesai sarapan, Alina memberikan alamat yang harus dituju kepada Veri yang langsung tancap gas. Satu jam kemudian mereka pun sampai di sebuah gedung bertingkat. Alina menuju lobi dan diarahkan untuk naik ke lantai 3. Alina diikuti ketiga karyawannya yang membawa barang masuk ke dalam lift untuk naik ke lantai 3.
Keluar dari lift, mereka disambut salah satu staf penanggung jawab dan mengarahkan mereka ke ruang pemotretan. Di sana sudah berkumpul beberapa model dan fotografer serta staf penanggung jawab. Sesi pemotretan dijadwalkan untuk setiap peserta fashion week agar tidak bertabrakan dan efisien. Setelah semua model mengenakan baju yang telah dibawa dan make up sesuai tema, Alina mengarahkan gaya agar saat pemotretan dilakukan dapat menonjolkan design baju. Sesi pemotretan selesai sebelum jam makan siang. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, Alina berpamitan dan berterima kasih kepada seluruh staf atas kegiatan hari ini. Jadwal selanjutnya adalah menuju gedung pertunjukan, di sana ada both pameran yang perlu disiapkan. Tetapi sebelum itu, mereka akan mampir untuk makan siang.
Ketika sampai dilobi, Alina mengambil foto selfie untuk dikirimkan kepada ibu Azizah sesuai pesan beliau. Sekalian mengabari bahwa proses pemotretan berjalan dengan lancar.
Kini mereka sudah berada di dalam gedung pertunjukan. Setelah konfirmasi dengan pihak penyelenggara, Alina membuat konsep untuk bothnya. Tidak lupa meminta saran dari Lili melalui video call. Nina dan Tarik membantu Alina untuk merapikan meja dan kursi, sedangkan Veri berperan sebagai kameramen dokumentasi. Konsep sudah tersusun, Alina meminta Veri mengantarnya ke toko kain dan perlengkapan untuk menghias both. Mereka pun bergegas berbelanja agar besok mereka segera bisa menyiapkan both.
"Untungnya mbak Alina memilih pakai mobil ini, kalau mobil yang satunya bisa-bisa tidak muat barang-barangnya." seru Tatik yang kedua tangannya penuh dengan barang bawaan.
"Iya, sekalian merasakan mobil baru." Nina menimpali.
"Kalian ini bisanya gosip." cekal Veri yang sontak mendapat ejekan dari keduanya. Sedangkan Alina hanya tersenyum melihat kegaduhan mereka.
Sebenarnya mobil ini bukan keinginannya, Lili yang memaksanya membeli mobil SUV. Karena menurutnya mobil Alina hanya bisa untuk jalan santai. Setelah membelinya pun hanya beberapa kali ia gunakan untuk menghadiri acara di luar kota. Tetapi setelah seperti sekarang, Alina baru merasakan manfaatnya.
Mengabaikan ketiga karyawannya yang masih sibuk menata barang belanjaan, Alina membuka ponselnya. Ibu Azizah membalas pesannya, tetapi fokus yang ibu Azizah bahas bukanlah pemotretan melainkan laki-laki yang ada di belakang Alina. Alina pun memperhatikan kembali fotonya, ternyata memang ada laki-laki lewat di belakangnya. Dan wajah laki-laki tersebut tidak asing, itu adalah Brian. Jantung Alina seketika berdebar, ia tidak menyangka bisa bersisian jalan dengannya. Satu bulan berlalu sejak pertemuan kebetulan mereka, Alina mengira jika dirinya sudah lupa. Ternyata ia salah, hanya melihat dari samping saja ia sudah tahu jika itu adalah Brian. Anehnya kesan Brian begitu mendalam di benaknya. Alina menepis Pikirannya, dan membalas pesan ibu Azizah.
Alina: Hanya orang lewat bu, Alina juga tidak tahu jika ikut terfoto.
Ibu: Ya Allah Alin, orang ganteng seperti kamu lewatkan.
Alina: Ibu mau anak ibu jadi cewek kecentilan?
Ibu: Tidak begitu juga Lin. Maaf ibu hanya pengen nimang cucu.
Alina tidak membalas pesan ibu Azizah, ia memilih untuk memejamkan matanya. Saat membuka mata kembali, mobil sudah memasuki area hotel tempat mereka menginap.
"Mbak Alin baik-baik saja? " tanya Veri.
"Iya Ver baik, mungkin kelelahan. Setelah ini kalian bebas mau apa, mobil kalau mau dibawa jalan juga boleh, asal barang-barangnya aman. Saya mau istirahat dikamar saja." kata Alina. Ketiga karyawannya pun langsung sumringah. Mereka ingin melihat-melihat kota J yang terkenal dengan sebutan kota metropolitan. Tetapi mereka tidak mau menggunakan mobil, mereka memilih untuk jalan kaki karena letaknya hotel tidak terlalu jauh dengan pusat perbelanjaan dan taman kota. Veri menyerahkan kunci mobil kepada Alina dan berpamitan.
Alina berjalan sendiri menuju kamar hotel yang berada di lantai 3. Saat akan masuk kedalam lift, Alina berpapasan dengan beberapa orang berpakaian rapi yang keluar dari lift. Alina menunduk dan memberi mereka ruang, setelahnya barulah Alina masuk ke dalam lift. Ada bau parfum yang mengusik hidungnya, bau yang sama dengan jas Brian yang pernah ia kenakan.
Alina masih tidak mengerti dengan perasaannya, siluet nya, bau parfumnya, ia masih ingat dengan jelas. Padahal pertemuan mereka hanya singkat dan setelahnya mereka tidak ada berhubungan. "Ya Allah, engkau lah Yang Maha Membolak-balikkan hati manusia. Bimbinglah hamba menuju ridho-Mu, jauhkanlah hamba dari murka-Mu." doa Alina didalam hati dan hatinya pun kembali tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Okto Mulya D.
Thor, saya suka alur ceritanya..
2024-07-04
1
Bilqies
ceritanya bagus Thor..
1 🌹 untukmu Thor, semangat terus
2024-04-29
1
Aghnira A
suka Thor..lanjutkan
2024-01-08
1