Saat Brian yang menunggu kepergian Ibu Azizah bersama kedua orang tuanya, meminta maaf kepada Ayah Ahmad atas kejadian hari ini. Ayah Ahmad tidak menerima permintaan maaf Brian justru menggelengkan kepalanya dan berkata jika yang berhak menerima permintaan maaf bukanlah dirinya tetapi pemilik acara. Brian merasa malu dengan sikapnya, rasionalitasnya seperti tidak bekerja dengan baik.
Ketika Ibu Azizah kembali ke tempat semuanya berkumpul, beliau mengatakan jika Alina belum memberikan keputusan. Kemudian mengajak Brian menemui Alina untuk memberi mereka kesempatan berbicara. Brian pun mengikuti Ibu Azizah ke tempat Alina berada. Ia tidak menyangka jika Alina berada di dalam mobil dengan masker menutupi wajahnya. Ibu Azizah menjelaskan jika Alina terserang flu tetapi tidak mau pulang terlebih dahulu, sehingga hanya bisa beristirahat di dalam mobil.
Ditemani Ibu Azizah, Brian menanyakan keadaan Alina sebelum mengutarakan keinginannya untuk menikahi Alina. Brian juga meminta maaf jika waktu yang dipilih tidak tepat. Ia menceritakan apa yang ia rasakan setelah melakukan sholat istikharah dan mengapa sampai ia berbuat konyol hari ini.
Alina tersenyum di dalam masker, ia tidak menyangka jika Brian yang terkenal dingin kepada perempuan bisa berbuat konyol dan terlihat kacau seperti sekarang. Jika Lili mendengar hal ini, ia yakin Lili tidak akan mempercayainya.
Lalu, ia bertanya dengan suara paraunya apakah benar Brian bersedia menerima kekurangan maupun kekurangan dirinya. Brian menjawab pertanyaan Alina tanpa keraguan sama sekali, membuatnya menganggukkan kepalanya tanda setuju.
Seketika Brian berteriak "Yes!" Untung saja mereka ada di dalam mobil, jika tidak akan menjadi tontonan warga desa dan tamu undangan yang hadir di acara Pakdhe Wira. Ibu Azizah hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Brian yang kontras dengan perawakannya. Beliau pun menegurnya untuk mengucapkan hamdalah, Brian yang sadar dengan sikapnya hanya tersenyum seraya mengucapkan hamdalah.
Masalah yang di hadapi Brian saat ini adalah penghulu. Setelah Ayah Ahmad menjelaskan kepada Pakdhe Wira dan tamu yang hadir bahwa sebenarnya Brian sudah mempunyai niatan untuk melamar Alina tetapi salah sangka jika Alina menikah Hari ini. Seluruh tamu undangan pun memaklumi hal tersebut dan mendukung Ayah Ahmad untuk segera menikahkan mereka. Karena niat baik, lebih baik disegerakan.
Salah satu tamu menanyakan dimana keberadaan Alina saat ini, yang dijawab Ayah Ahmad jika Alina sedang beristirahat di mobil karena sedang terserang flu. Karena rukun perkawinan sudah terpenuhi, yaitu yang terdiri dari calon suami dan calon istri, wali nikah, dua orang saksi. Tersisa ijab dan Kabul yang akan dilakukan oleh Ayah Ahmad.
Di depan penghulu, Brian seperti akan pergi berperang. Ia lebih memilih menandatangani proyek milyaran rupiah dibandingkan berhadapan dengan penghulu. Tetapi, wibawanya sebagai CEO membuatnya tetap tenang meskipun jantungnya kini sedang berpacu. Pengalaman sekali seumur hidup, ia bertekad akan menghadapinya tanpa gentar.
Penghulu menjelaskan jika pernikahan yang dilaksanakan hari ini sah. Tetapi akan lebih baik untuk mencatatkan pernikahan mereka di Kantor Urusan Agama agar pernikahan mereka sah secara agama dan negara. Penghulu akan membuatkan surat pengantar untuk memudahkan mereka dalam mencatatkan pernikahan mereka nantinya.
Pertanyaan penghulu sekarang adalah mahar nikah. Penghulu menjelaskan jika mahar adalah pemberian dari mempelai laki-laki kepada mempelai Perempuan sebagai bukti kejujuran ia ingin menikahinya serta bukti perlakuan baiknya kepada calon istri.
Ayah Ahmad yang melihat ketegangan di wajah Brian pun membuka suara. Beliau menanyakan ada berapa banyak uang cash yang Brian bawa saat ini, atau ada benda yang bisa Brian gunakan sebagai mahar. Brian segera mengeluarkan dompetnya, ia ingat membawa uang cash sebesar Rp1.000.000,00. Sayangnya ia lupa, jika telah memberikan kepada pekerja yang ia mintai tolong tadi sebagian.
Papa Rajasa berniat memberikan sejumlah uang kepada anak semata wayangnya tersebut untuk mahar, namun di cegah oleh Mama Humaira karena Brian harus bertanggung jawab dengan segala perbuatan dan keputusan yang di buatnya.
Dengan sungkan, Brian mengeluarkan uangnya dan sebuah kotak beludru berisi cincin yang memang ia siapkan untuk Alina. Ayah Ahmad memintanya keikhlasannya untuk dijadikan mahar, karena sesungguhnya pernikahan yang besar barakahnya adalah yang paling mudah maharnya. (HR. Imam Ahmad)
Brian merasa sungkan sekaligus bersyukur, calon mertuanya selain menerima dirinya dengan baik juga tidak memberatkannya.
Penghulu segera mencatat mahar tersebut dan memberikan beberapa nasihat terkait pernikahan sebelum mengatakan jika proses ijab dan Kabul dapat dilakukan.
“Saya nikahkan dan kawinkan engkau saudara Brian Ghazali Bin Rajasa dengan anak saya yang Bernama Alina Azzahra Binti Ahmad dengan maskawin berupa uang tunai sebesar Rp800.000,00 dan cincin berlian seberat 5 gram, Tunai.” Ucap Ayah Ahmad dengan sedikit menghentakkan jabatan tangannya.
“Saya terima nikah dan kawinnya Alina Azzahra Binti Ahmad dengan maskawin tersebut, tunai.” Penghulu menanyakan kepada para saksi yang langsung dijawab sah dan tepukan meriah seluruh tamu undangan.
Tanpa adanya sunah yang dilakukan oleh sepasang mempelai, setelah penghulu membacakan doa dan menyerahkan surat pengantar pamit untuk kembali ke kantor.
Acara kini dilanjutkan dengan resepsi pernikahan Ayu dan Arkan yang sempat tertunda. Brian dan kedua orang tuanya meminta maaf kepada keluarga Pakdhe Wira dan pihak keluarga Arkan atas kejadian yang menyebabkan acara mereka tertunda. Mereka juga berterimakasih karena sudah diizinkan untuk melangsungkan ijab dan Kabul di sana.
Baik keluarga Pakdhe Wira maupun keluarga Arkan, menerima permintaan maaf Brian dan keluarganya. Karena bagi mereka yang telah mengenal Alina sejak kecil, pendamping yang bertanggung jawab seperti Brian itu sudah cukup.
Setelah berpamitan kepada semua, barulah Brian izin untuk menghampiri Alina di mobil ia ingin melihat keadaannya. Alina yang masih terlelap dengan maskernya, tidak sadar jika Brian memegang keningnya untuk melihat apakah Alina demam. "Alhamdulillah tidak demam." gumam Brian.
Bagas membuka pintu belakang dan duduk di sana. Sesuai amanat Ayah Ahmad, Bagas diminta untuk mengantarkan Brian dan Alina pulang ke rumah agar Alina bisa beristirahat dengan nyaman di rumah. Brian yang berada di kursi kemudi segera menjalankan mobil sesuai arahan Bagas.
Sampai di rumah, Brian dengan hati-hati mengangkat tubuh Alina dan mengikuti di belakang Bagas untuk membawanya ke kamar. Setelah memastikan Alina tidur dengan nyaman, Brian melepaskan masker Alina agar tidak pengap, kemudian ia keluar kamar menemui Bagas.
Ia mengatakan jika mobilnya masih berada di dekat pengerjaan jalan, ia meminta bantuan Bagas untuk menemaninya mengambil mobil. Tetapi, Bagas hanya meminta kunci mobil Brian dan memintanya untuk tetap di rumah menemani sang kakak. Ia yang akan mengambil mobil Brian Bersama dengan sepupunya. Sebelum itu Bagas menjelaskan denah rumah terlebih dahulu.
Rumah Ayah Ahmad merupakan rumah joglo yang secara keseluruhan berbahan kayu jati. Di bangunan utama terdapat ruang tamu, ruang keluarga, empat kamar utama dan ruang makan. Di bangunan kedua yang di sekat dengan halaman tengah yang memiliki gazebo di pojok kiri dan beberapa rak pot bunga terdapat dua kamar tamu, Gudang dan dapur di sebelah kanan. Ada pula pekarangan belakang yang di isi dengan berbagai jenis tanaman apotik
hidup.
Brian mengagumi rumah mertuanya yang masih kental dengan budaya khas Jawa. Ukiran-ukiran yang terpahat di hampir seluruh ruangan memberikan kesan mewah dan sederhana secara bersamaan.
Bagas sudah berangkat Bersama sepupunya menggunakan motor, tinggallah Brian sendiri di ruang tamu rumah Alina. Ia pun memutuskan untuk mencuci mukanya dengan air keran yang ia lihat saat memasuki pekarangan rumah pertama kali. Ketika ia memasuki kamar, Alina sudah duduk di tempat tidur.
“Bagaimana keadaan kamu sekarang?” tanya Brian yang berjalan mendekati Alina. Tetapi, Ketika tangan Brian ingin menyentuh kening Alina, ia justru menggeser duduknya tanpa sadar.
“Maaf kak.” Ucap Alina menunduk masih dengan suara paraunya.
Brian tersenyum, mungkin Alina masih perlu waktu untuk menyesuaikan diri. Ia tidak tersinggung, ia justru meminta maaf atas kekonyolannya hari ini yang berimbas pada pernikahan dadakan mereka. Ia pun mengeluarkan cincin dan uang yang ia maharkan untuk Alina.
Dengan ragu, Alina menerima pemberian Brian dan mengucapkan terima kasih. Ia juga memberanikan diri mencium punggung tangan Brian. Dimana sunah sebagai pasangan suami istri tersebut dilakukan setelah ijab kabul tadi. Gerakan Alina membuat Brian terkejut sekaligus gembira, ia pun mengecup puncak kepala Alina yang masih menunduk dan mulai memanjatkan doa.
Mendengar doa yang dipanjatkan oleh Brian, Alina merasa terharu. “Semoga Allah meridhoi pernikahan kami, aamiin.” Batin Alina yang mengaminkan doa Brian.
Brian mengutarakan jika dirinya ingin membersihkan diri, tetapi ia tidak membawa baju ganti. Alina mengerti, ia pun izin untuk mengambilkan pakaian Bagas yang masih baru mengingat perawakan mereka yang mirip. Yang jadi masalah adalah, tidak ada celana dalam yang bisa di gunakan Brian.
Alina pun mengutarakan hal tersebut kepada Brian dengan malu-malu. Brian tersenyum, ada niatan untuk menggoda Alina tetapi ia urungkan dan mengatakan jika ia sudah meminta Regis untuk mengirimkan pakaian gantinya. Sementara ia hanya akan mengganti pakaiannya untuk melaksanakan sholat.
Selesai melaksanakan sholat berjamaah, Alina segera menyambut uluran tangan Brian untuk mencium punggung tangan laki-laki yang telah berstatus suaminya sekarang. Seperti candu, Brian pun mengecup puncak kepala Alina. Memang ada kecanggungan di antara mereka, tetapi entah mengapa semuanya mengalir begitu saja.
Brian menanyakan apakah Alina ingin makan, Alina menganggukkan kepalanya. Mereka pun menuju dapur, tetapi bukan Alina yang akan memasak melainkan Brian. Brian meminta Alina untuk menunggunya di gazebo dan dirinya izin menggunakan dapur. Brian membawa dua porsi nasi goreng telur dan teh hangat ke tempat Alina menunggu.
Bersamaan dengan Bagas yang datang dan menyerahkan kunci mobil kepada Brian. Ia bertanya apakah ada jatah untuknya. Brian mengatakan jika ia menyisakan porsi Bagas di dapur. Segera Bagas berlari ke dapur untuk mengambil makanannya. Mereka pun menyantap makan siang bersama.
Selesai makan, Brian bertanya apa tidak sebaiknya Alina periksa ke dokter, tetapi Alina menggelengkan kepalanya. Ia hanya ingin beristirahat di rumah saja, sehingga Brian tidak memaksa. Alina juga menjelaskan, jika di desa hanya terdapat puskesmas dengan jam pelayanan mulai dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 14.00. Adapun praktek dokter, hanya buka pukul 17.00 sampai dengan pukul 20.00.
Bagas menimpali, jika kakaknya terserang flu memang seperti itu. Karena sang kakak memiliki alergi dingin yang kambuh di waktu tertentu. Ia juga mengingatkan Brian agar tidak panik jika badan sang kakak nanti timbul bentol-bentol. Hal tersebut terjadi karena alergi dingin atau yang sering disebut biduran oleh orang Jawa.
Brian menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan adik iparnya. Sedikit demi sedikit ia akan memahami istri yang baru dinikahinya. Sedangkan Alina, hanya duduk bersandar mendengarkan celotehan Bagas dan suaminya.
Sebelum adzan asar, kedua orang tua Alina dan kedua orang tua Brian kembali dari acara Pakdhe Wira. Mereka pun mengumpulkan semua orang di ruang tamu. Mereka membahas syukuran yang akan dilakukan malam ini bakda isya’. Mama Humaira dan Papa Rajasa sudah memesan catering dan dekorasi yang akan datang setelah asar. Sedangkan undangan sudah disampaikan saat mereka berada di acara Pakdhe Wira.
Acara malam ini sebagai syukuran atas pernikahan mereka, sedangkan resepsi pernikahan akan disiapkan di tempat keluarga Brian 2 bulan dari sekarang.
Brian mengangguk setuju, kebetulan Regis juga akan sampai bakda ashar. Selain meminta Regis membawakannya pakaian ganti, Brian meminta Regis menyiapkan hadiah untuk Alina dan keluarganya seperti semacam seserahan.
Semua perhatian kini tertuju pada Alina yang duduk menyender di bahu Brian. Alina yang terlihat pucat tersebut membuat semua orang di sana mengkhawatirkannya. Mereka meminta Brian untuk membawa Alina beristirahat di kamar, biarkan mereka yang mengurus semuanya. Dengan senang hati Brian meninggalkan ruang tamu dengan membawa Alina dalam gendongannya.
Hal tersebut membuat seluruh orang yang ada di ruang tamu menggelengkan kepala mereka, terutama Bagas yang merasa kesan pertama tentang Brian berbeda jauh dengan Brian hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Okto Mulya D.
Brian langsung gerak cepat sat set tanpa ditunda, bagus itu daripada nanti2 dan tidak jadi.. untungnya bawa cincin berlian.
2024-07-04
1