Kegiatan Brian sebagai CEO yang akan melebarkan sayap perusahaannya, menyebabkan waktu yang ia punya untuk menemui dan berkomunikasi dengan Alina terbatas. Ia ingin sebelum melanjutkan hubungannya dengan Alina, ia sudah menyelesaikan semua agar waktunya kelak bisa ia gunakan untuk Alina sepenuhnya.
Ketika ada waktu luang, Brian segera berkunjung ke apartemen Alina. Secara tidak sengaja Brian mendengar seorang pemuda menyebut nama Alina di sambungan telepon. Meski penasaran, Brian mengabaikannya dan menunggu lift terbuka di samping pemuda tersebut.
“Anda tinggal di unit berapa?” tanya pemuda tersebut yang tidak lain adalah Bagas.
“Tidak, saya hanya datang mengunjungi kenalan.” Jawab Brian.
“Sama, saya juga mau mengunjungi saudara saya.” Brian yang sedari tadi sudah penasaran, akhirnya bertanya.
“Saudara? Di unit berapa kalau boleh tahu?"
“Unit 17.” Jawab Bagas singkat.
“Oh, kebetulan saya juga akan mengunjungi kenalan di unit tersebut. Perkenalkan, nama saya Brian Ghazali.”
“Bagas Abimanyu.” Bagas yang memang sudah mengetahui kakaknya di perkenalkan dengan laki-laki bernama Brian, tidak sungkan untuk mengajak Brian untuk naik bersama-sama.
Diperjalan menuju unit Alina, Bagas memberanikan diri untuk bertanya apakah Brian pernah berkunjung sebelumnya. Brian menjawab dengan jujur, jika dirinya pernah berkunjung saat Alina saki dan itupun karena emergency. Brian juga menjamin jika dirinya tidak ada niat buruk terhadap Alina.
Melihat penampilan Brian, Bagas bisa tahu jika Brian mengatakan hal yang sebenarnya. Apalagi ia percaya sang kakak tidak akan melampaui batas. Bagas merasa bahwa laki-laki yang ada di depannya ini bukanlah laki-laki biasa. Dari kharisma yang dipancarkan, Brian merupakan sosok pemimpin yang bijaksana dan menurutnya bukanlah type yang akan mempermainkan kakaknya. Sehingga ia bisa tenang untuk membiarkan Brian mendekati sang kakak.
Brian ingin tertawa saat melihat wajah keterkejutan Alina. Ia bisa menebak jika Alina tidak menyangka jika dirinya bisa Bersama dengan Bagas. Ketika melihat Alina merapikan pakaian yang tergantung, Brian pun penasaran. Terakhir kali ia berkunjung, tidak ada rak pakaian di sana, ia pun bertanya dan Alina justru meminta pendapatnya.
Bagas sangat memahami sang kakak, Brian juga setuju karena pendapatnya sama dengan yang diutarakan oleh Bagas. Bahkan Brian sempat membayangkan jika dirinya bisa berolahraga Bersama Alina.
Ia semakin mengagumi Alina, sebagai pemilik butik Alina merupakan sosok yang mumpuni dalam mengatur karyawannya. Dari sisi design, Alina memiliki kepekaan dan pandangan luas dalam designnya. Yang membuat Brian semakin jatuh cinta adalah masakan Alina yang terasa sangat pas di lidahnya. Ia semakin ingin melanjutkan perkenalan ini ke jenjang yang lebih serius atas izin Allah.
Beberapa minggu kemudian, Brian menyempatkan untuk mengunjungi Alina di butik. Ia ingin membahas rencana ke depannya agar hubungan mereka tidak menggantung tanpa kepastian seperti sekarang ini. Ia pun sudah menyiapkan cincin dan kata-kata untuk mengutarakan maksudnya.
Akan tetapi, yang ia lihat adalah Alina yang tersenyum dan berinteraksi dengan laki-laki. Jantungnya berpacu, ia merasakan nyeri melihat senyuman Alina ditujukan kepada laki-laki lain.
“Astagfirullah.. Ya Allah, hamba telah merasakan cemburu kepada ciptaan-Mu.” Brian merasa tidak berdaya. Memang Brian belum memiliki hak sedikit pun atas Alina. Di masa depan jika ia adalah imam Alina, ia juga tidak berhak membatasi interaksi Alina dengan lawan jenis. Hal tersebut sama saja mengurung kebebasan Alina, yang ia bisa adalah meminta Alina menjaga Batasan.
Walaupun pertemuannya dengan Alina tergolong singkat, rasa sayang dan ingin melindungi serta memiliki di dalam hatinya sangatlah dalam. Brian menghembuskan nafasnya kasar, mungkin hari ini bukanlah hari yang tepat untuk menemui Alina.Ia pun melajukan mobilnya Kembali tanpa diketahui oleh Alina.
Hari berikutnya, Brian justru disibukkan dengan permasalahan perusahaan yang mengalami gejolak. Harga saham perusahaannya di BEI (Bursa Efek Indonesia) anjlok disebabkan oleh salah satu dewan direksinya menjual saham ke kompetitor Brian. Hal ini menyebabkan perusahaan Brian tidak dapat menutupi piutang perusahaan dan tuntutan pemegang saham untuk segera mengembalikan keadaan. Hingga akhirnya Brian mengeluarkan dana pribadi untuk menutupi piutang Perusahaan.
Selain dana pribadinya, untuk menenangkan tuntutan pemegang saham Brian juga mencari beberapa investor untuk menstabilkan harga saham perusahaannya. Termasuk meminta tolong kepada Papanya untuk melakukan investasi di perusahaannya.
Papa Brian memiliki bisnis manufaktur yang mana telah bekerja sama dengan Consumer Retail Brian. Papa Brian dengan senang hati juga merekomendasikan beberapa kenalannya untuk berinvestasi ke Perusahaan anaknya.
Dewan direksi yang mengkhianati Perusahaan Brian langsung dijebloskan ke dalam penjara dengan tuduhan menggelapkan dana perusahaan. Sedangkan saham yang terlanjur di beli oleh pihak kompetitor, Brian berencana menggadaikan asset yang dimilikinya untuk mengakuisisi perusahaan kompetitor tersebut dengan. Perusahaan
yang sama-sama bergerak di industry Consumer Retail, akan dapat menggandakan keuntungan Perusahaan Brian di masa depan.
Di setiap cobaan yang Allah berikan, pasti terkandung hikmah yang dapat di petik. Itulah yang sedang di alami oleh Brian. Ketika perusahaannya sedang mengalami krisis, hikmah yang ia dapatkan adalah mengakuisisi perusahaan kompetitor. Selain menghilangkan kompetitor di bidangnya, dengan akuisisi Perusahaan Brian akan cemerlang secara finansial di masa mendatang.
Taruhan yang ia buat untuk menggadaikan seluruh asetnya terbayarkan dengan terakuisisinya perusahaan tersebut yang sekarang ada di bawah naungan Mitra Ghazali Group, Perusahaan Brian. Dengan kesepakatan yang telah dilakukan, saham Perusahaan Brian yang awalnya 45% kini menjadi 55% milik Brian pribadi, sisanya saham milik beberapa investor dan dewan direksi.
Semua proses tersebut berlangsung selama 3 bulan, dalam kurun waktu tersebut Brian mengesampingkan perasaannya Karena prioritas utamanya adalah perusahaan. Jika perusahaannya kolaps, ia akan menghancurkan jerih payahnya selama ini dan yang pasti ia tidak akan bisa memberikan nafkah untuk keluarganya kelak. Dengan rasionalitas seperti inilah, ia bisa bertahan untuk tidak menghubungi dan menemui Alina.
Selama itu pula, Brian mulai menata hatinya agar tidak merasa cemburu kepada Alina. Ia menyadari, jika perasaan cemburu dapat menggerogoti hatinya dan akan mengaburkan nalarnya. Di mana hal tersebut dapat membuatnya tidak dapat membedakan mana benar dan salah.
Ia mencintai Alina karena Allah, maka Brian menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah. Semoga Allah meridhoi semua yang ia lakukan untuk bisa lebih dekat dengan Alina dan memudahkan jalannya untuk menghalalkan Alina.
Akan tetapi, perasaannya seperti hancur lebur ketika mendengar kedua orang tuanya akan menghadiri pernikahan di Desa Makmur, tempat tinggal Alina. Brian yang mengetahui jika hanya orang tua Alina satu-satunya kenalan orang tuanya di sana, berpikir jika Alina yang akan menikah.
Melihat kepribadian Alina, mungkin sekali jika Alina menikah dengan orang yang datang mengkhitbahnya atas izin orang tuanya. "Apakah laki-laki waktu itu?" Brian teringat senyuman Alina bersama laki-laki di teras butik siang itu. Jika melihat perawakan laki-laki tersebut tingginya hampir menyamai dirinya, saat bersanding dengan Alina akan terlihat serasi. Dan dari interaksi keduanya, laki-laki tersebut sangat menghormati Alina.
Brian tidak tahu jika dirinya telah salah paham kepada Alina. Faktor lelah tubuh dan pikirannya menyebabkan Brian tidak menyadari jika dirinya tidak menanyakan dengan jelas kepada sang mama siapa yang akan menikah. Dan kata-kata Mama Humaira selanjutnya hanya didengarnya secara sepihak tanpa memberikan tanggapan apapun.
Mama Humaira menanyakan apakah Brian ingin ikut serta, tetapi Brian tidak menjawab. Sehingga Mama Humaira hanya mengatakan jika acara akad nikah akan diadakan pada hari Kamis pukul 11.00. Mama dan papanya akan pergi kesana pukul 08.00 karena ingin singgah ke suatu tempat terlebih dahulu. Mama Humaira berpesan, jika Brian memutuskan untuk datang bisa langsung menuju Desa Makmur dan mencari rumah yang mengadakan acara, atau menghubungi Mama Humaira terlebih dahulu.
Setelah mendengar kabar dari Mama Humaira, Brian merenungkan diri. Apakah dirinya akan melanjutkan perasaannya kepada Alina yang sebentar lagi akan menjadi istri orang, atau mengubur perasaannya. Pada saat itulah, ia mengingat pesan sang mama untuk sholat meminta petunjuk kepada Allah. Segera Brian membersihkan tubuh dan melaksanakan sholat maghrib terlebih dahulu sebelum melakukan sholat istikharah.
Dalam doanya, Brian meminta petunjuk kepada Allah. Apakah Alina memang jodohnya, atau Allah telah menyiapkan jodoh lain untuknya. Jika Alina jodohnya, maka ia memohon untuk didekatkan dan diberi kemudahan. Jika tidak, ia meminta agar Allah meluaskan hatinya untuk dapat menghapus rasa cinta dan kasih sayangnya untuk Alina.
Selesai melakukan sholat istikharah, Brian memutuskan untuk pergi keluar mencari angin segar. Berharap hati dan pikirannya dapat teralihkan. Ia tidak tahu jika nantinya akan ada salah paham lain yang akan terjadi.
Qadarullah..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Bilqies
Mmm kasihan Brian huhuhu
2024-05-04
1