Seorang Perempuan sedang merasa kesal dengan kedua orang tuanya. Ia merasa sedang ditelantarkan karena orang tua mereka mengirimkannya ke desa untuk merawat nenek yang sedang sakit di waktu cutinya. Perempuan tersebut Bernama Siska, ia bekerja sebagai asisten manajer bagian pemasaran di salah satu Perusahaan yang ada di kota.
Selama ini yang ia tahu adalah keluarga dari pihak ayah, ia tidak mengetahui jika ibunya merupakan gadis desa sebelum menikah dengan sang ayah. Ia baru mengetahuinya saat ibu dari sang ibu dikabarkan sedang sakit, sedangkan orang tuanya sedang berada di luar kota menghadiri kegiatan kampanye. Orang tuanya meminta Siska untuk mengambil cuti menggantikan mereka merawat nenek sementara Bersama dengan pembantu mereka.
Siska yang terbiasa hidup di kota tentu saja menolak, akan tetapi orang tuanya mengancam akan mengambil seluruh fasilitasnya jika Siska menolak. Mau tak mau, Siska menurut dengan kedua orang tuanya karena ayahnya adalah seorang politisi yang selalu memegang kata-katanya. Lagi pula hanya seminggu, ia merasa bisa bertahan.
Harapannya hancur Ketika ia sampai di desa. Rumah neneknya bukan rumah yang ia bayangkan akan memiliki fasilitas AC dan sebagainya, rumah neneknya hanya rumah kayu tanpa adanya fasilitas elektronik. Dengan kesal ia meninggalkan rumah dan menyusuri jalan di desa. Sampai ia melihat seseorang yang mirip dengan CEO Mitra Ghazali Group yang menjadi idola setiap Perempuan karir di kota, sedang berjalan menuju sebuah pondok di Tengah sawah Bersama seorang Perempuan berpakaian tertutup.
Siska memutuskan untuk mengikuti mereka diam-diam. Ia merasa tidak percaya dengan penglihatannya sehingga ia ingin memastikan jika laki-laki tersebut adalah orang yang ia maksud. Memang benar jika laki-laki yang dilihatnya adalah Brian, CEO Mitra Ghazali Group. Tetapi yang membuatnya terkejut adalah penampilan Brian saat ini. Meskipun pakaian yang dikenakan Brian adalah pakaian bermerk, tetapi bagi orang desa yang tidak memahami fashion akan mengira Brian adalah pemuda desa biasa dengan penampilan diatas rata-rata.
Brian yang mengenakan kaos oblong dan celana Panjang berbahan kain tersebut semakin membuat Siska terpesona. Baru kali ini ia melihat Brian dengan penampilan selain setelan jas dan kemeja. Siska semakin terperangah dengan Brian yang melepaskan sandal dan mulai melipat celana panjangnya sampai di bawah lutut yang kemudian berjalan menuju ladang dan berjongkok disana.
“Apa yang sedang Pak Brian lakukan di sana?” Siska bermonolog.
Siska mulai berpikir, apakah sawah tersebut milik keluarga Brian. Tetapi menurutnya hal tersebut tidak mungkin, karena orang tua Brian merupakan pemilik Perusahaan manufaktur yang juga bekerjasama dengan Perusahaan tempat ia bekerja. Siska bahkan dikejutkan dengan senyuman Brian, pasalnya Brian adalah laki-laki yang jarang tersenyum apalagi kepada lawan jenis.
Melihat perempuan berpakaian tertutup yang mengikuti Brian sedari tadi dan keharmonisan yang terjalin di sana, membuatnya bertanya-tanya. “Siapa Perempuan itu?” Siska yang semakin penasaran akhirnya memilih untuk kembali kerumah neneknya karena hari sudah semakin Terik. Ia akan menanyakan kepada pembantunya nanti, karena pembantunya juga dari desa ini.
Ketika makan siang, Siska menanyakan apakah di desa ini ada laki-laki Bernama Brian yang seumuran dengannya kepada pembantunya. Tetapi pembantunya mengatakan jika ia tidak tahu, karena rata-rata nama pemuda yang ia kenal di desa tidak ada nama sekeren itu.
Mendengar jawaban pembantunya, Siska mendengus. Ia tidak mungkin salah mengenali Brian meskipun laki-laki tersebut mengenakan topi. Karena dalam beberapa tahun terakhir ini, wajah Brian selalu muncul di majalah bisnis yang mana menjadi dambaan setiap perempuan di perusahaannya yang masih single seperti dirinya.
Siska mengganti pertanyaannya menjadi, siapa pemilik sawah yang ada di sebelah Selatan desa. Pembantunya pun menjawab jika sawah tersebut milik Ayah Ahmad, mereka memang memiliki anak laki-laki Bernama Bagas bukan Brian dan masih sekolah jika pembantunya tidak salah ingat.
“Apakah mereka memiliki anak Perempuan berjilbab?”
“Iya non, namanya Mbak Alina dengan khasnya mengenakan hijab lebar.” Jawab pembantu Siska yang kemudian pamit untuk menyuapi nenek makan siang.
“Jadi, Perempuan tadi Namanya Alina. Apa hubungannya dengan Pak Brian?” tanya Siska dalam hati.
Setelah selesai makan siang, Siska menghubungi temannya yang bekerja di Perusahaan Brian. Ia berbasa-basi dan sedikit menyinggung Brian. Tetapi temannya yang ada di ujung sambungan mengatakan jika dirinya tidak bersemangat karena tidak melihat CEO mereka selama dua hari ini. Tidak ada keterangan pasti, Regis selaku asistennya hanya mengatakan jika CEO mereka sedang ada urusan sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Siska semakin yakin jika laki-laki yang ia lihar benar Brian setelah mendengar perkataan temannya. Puas mendapatkan informasi berharga, Siska memutuskan sambungan teleponnya. Ia akan memastikannya sore nanti dengan mendatangi jalan itu lagi.
Sesuai tekadnya, sore itu Siska kembali menyusuri jalan desa yang ia lewati tadi. Ia pun melihat sebuah rumah kayu dengan empat mobil terparkir disana. Sungguh pemandangan yang baru ia lihat selama ia berada di desa. Ia menebak jika rumah tersebut adalah orang terkaya didesa. City car warna putih, mobil keluarga, mobil pick-up dan
satu mobil yang membuatnya terkejut yaitu City car keluaran Negeri Bir.
Bagi orang desa mungkin hal tersebut biasa saja, tetapi bagi Siska yang terbiasa hidup di kota hal tersebut sangatlah kontras. Bagaimana tidak, city car keluaran Negeri Bir tersebut memiliki harga yang fantastis. Tidak mungkin sekelas orang desa bisa membeli mobil tersebut. Ia pun berasumsi jika mobil tersebut milik Brian, karena yang ia tahu Brian juga memiliki mobil keluaran Negeri Bir tersebut. Hanya saja ia tidak tahu pasti type dan plat mobilnya.
“Maaf mbak, mbaknya cari siapa?” tanya Alina yang kebetulan sedang menyiram tanaman.
“Oh, saya sedang tersesat mbak.” Jawab Siska asal.
Alina melihat penampilan Perempuan yang ada di depannya cukup modis, sudah pasti bukan penduduk desa. Apalagi Perempuan tersebut mengatakan jika dirinya tersesat, ia pun mempersilahkannya duduk di teras terlebih dahulu, sementara Alina masuk ke dalam untuk memanggil sang ibu yang hafal seluk-beluk desa.
Tak lama Ibu Azizah keluar Bersama Alina dengan nampan di tangannya. Alina mempersilahkan Perempuan tersebut untuk minum dan meninggalkannya Bersama Ibu Azizah. Kemudian Ibu Azizah menanyakan nama dan dari mana asal Perempuan tersebut dan mengapa bisa tersesat.
Siska yang memang bekerja di bidang pemasaran, menjawab pertanyaan Ibu Azizah dengan tenang membuat Ibu Azizah tidak menaruh curiga. Mendengar penjelasan Siska, Ibu Azizah pun mengatakan jika beliau mengenal ibu dari Siska, beliau menyarankan Siska untuk menunggu anaknya sebentar lagi agar dapat mengantarkan Siska kembali ke rumah sang nenek.
Sambil menunggu Ibu Azizah menanyakan kabar perihal kedua orang tuanya. Siska menjawab semua pertanyaan Ibu Azizah dengan santai, sambil menekan rasa penasarannya tentang mobil yang ada di hadapannya.
Tak lama kemudian, motor Bagas memasuki halaman rumah. Siska seketika berdiri melihat laki-laki yang menumpang di motor tersebut. Laki-laki yang sama yang ia lihat pagi tadi, yaitu Brian. Sebisa mungkin Siska menyembunyikan kegembiraannya agar tidak terlihat jika ia sengaja mencari tahu.
Bagas dan Brian baru saja pulang dari toko elektronik. Mereka berdua membeli kabel dan lampu untuk memperbaiki instalasi lampu halaman belakang yang putus karena di makan tikus. Melihat Brian yang berjalan kerahnya, Siska segera membungkuk hormat dan menyambut Brian dengan uluran tangan.
“Halo Pak Brian, saya Siska asisten manajer pemasaran Global Estetika.” Brian hanya menganggukkan kepalanya, mengabaikan Siska untuk mencium punggung tangan ibu mertuanya dan langsung masuk ke dalam rumah menemui istrinya tanpa memperdulikan keberadaan Siska.
Melihat hal tersebut, Siska tidak malu sama sekali. Karena Brian memang terkenal dingin dengan lawan jenis. Saat ia melihat perlakuan Brian kepada Ibu Azizah, ia menyimpulkannya sebagai hormat kepada orang yang lebih tua.
Ibu Azizah bertanya kepada Siska, apakah dirinya mengenla Brian. Siska menjawab jika ia mengenal Brian sebagai CEO Mitra Ghazali, tetapi tidak mengenal secara pribadi. Beliau menganggukkan kepalanya dan meminta Bagas untuk mengantarkan Siska pulang ke rumah Nenek Iyah karena Siska baru saja datang dari kota dan ia tersesat.
Bagas yang sudah mendengar perintah sang ibu segera memutar balik motornya Bersiap mengantarkan Siska. Setelah berpamitan, Siska membonceng Bagas dan diantarkan sampai rumah.
Ibu Azizah hanya berharap jika firasat beliau salah saat melihat pandangan Siska terhadap menantunya, beliau menepis prasangka buruknya dan masuk ke dalam rumah.
Ketika Brian dan Bagas sedang memperbaiki kabel, Bagas menanyakan perihal Perempuan yang ia antar pulang tadi. Brian hanya menjawab jika ia tahu Global Estetika, tetapi tidak mengenal asisten manajernya. Karena yang berhubungan dengannya setiap kali ada pertemuan atau acara hanyalah manajer eksekutif dan direktur dari Perusahaan tersebut. Bagas hanya manggut-manggut mendengar jawaban Brian.
Kemudian Bagas menceritakan perihal Siska yang bertanya padanya saat mengantarkan perempuan tersebut. Siska menanyakan ada hubungan apa dirinya dengan Brian dan mengapa Brian ada disini tanpa ditemani asistennya. Bagas menjelaskan jika dirinya hanya menjawab jika Brian adalah keluarga dan ia tidak mengetahui perihal asisten Brian.
Seketika Brian seperti mendapatkan sinyal bahaya. Selama ini, jika ada perempuan yang menanyakan perihal dirinya sudah bisa dipastikan jika perempuan tersebut tertarik dengannya. Jika dulu ia tidak merasa terganggu, namun sekarang berbeda. Ada hati yang harus ia jaga dan itu adalah istrinya. Ia tidak ingin istrinya merasa tersakiti dengan perempuan-perempuan yang mendekatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Bilqies
jangan bilang kalau Siska akan jadi pelakor dalam rumah tanggan Brian dan Alina Thor....
nyesek jadinya Thor 😭😭😭
kasihan Alina
2024-05-10
1