Terjerat Cinta Pengasuh Si Kembar
...HAI TEMAN-TEMAN SEMUA TERIMA KASIH SUDAH MAMPIR MEMBACA KARYA AUTHOR YANG BARU...
********************************************
Berulang kali pengasuh baru itu memohon ampun. Akan tetapi erangan permintaannya di abaikan oleh dua bocah yang asyik berlari saling berkejaran. Sesekali mereka menembak pengasuh baru itu dengan pistol air sampai membuat pengasuh itu basah kuyup dan kedinginan. Tak puas mengerjai, pengasuh itu di lempar mainan yang berserakan di lantai.
Ya, dua bocah yang masih suci tanpa dosa tak sadar jika kenakalannya telah membuat Papanya pusing tujuh keliling yang setiap satu minggu sekali harus berganti pengasuh baru. Mereka berhenti dari pekerjaannya lantaran tak kuat menghadapi nakalnya dua bocah manis dan cerdik seperti kancil.
“Sudah Tuan Muda, Nona muda.” Pengasuh itu meminta sembari ke dua telapak tangannya menghadang mereka yang terus maju menyerang bersama pistol mainan kesayangannya.
Mereka tidak berhenti mempermainkan pengasuh itu yang sudah kedinginan. Pada akhirnya pengasuh itu mencoba berdiri melangkahkan kaki pelan menuju Pria tampan yang sedang memakai sepatu kulit berwarna hitam di ruang keluarga.
“Tuan besar, saya sudah tidak sanggup lagi menjadi pengasuh Tuan muda dan Nona muda. Saya ingin mengundurkan diri saja. Saya tidak tahan dengan kenakalan mereka, Tuan,” pinta pengasuh itu sambil melipat kedua tangan di depan dadanya memohon.
Pria tampan itu menghela nafas pelan sambil meneruskan mengikat tali sepatu. Wajahnya tampak datar dengan tubuh membungkuk ke bawah.
Pengasuh yang ke dua puluh empat juga tak bertahan lama mengasuh Aksa dan Kiara batin pria tampan itu.
Pria tampan itu menegapkan punggung sembari jari telunjuk membetulkan kacamata yang turun sedikit kebawa dari hidungnya. Dia menggenggam ke dua tangannya tepat di depan dada bidang yang seperti roti sobek, mengamati pengasuh itu yang gemetaran dengan baju yang basah seperti tersiram air satu kolam penuh.
“Ck. Kamu aku ambil dari yayasan sudah senior juga dalam menjaga anak-anak! Hanya dua anak kecil saja kamu tidak mampu!” cibir Pria tampan itu sembari membuka dompetnya. Dia mengeluarkan uang beberapa lembar dari dalam dompet kemudian menyodorkan pada pengasuh itu. “Kemasi semua barang-barang kamu jangan sampai ada yang tertinggal. Aku rasa uang itu sangat pantas untuk gaji kamu selama satu minggu!” gumam Pria tampan itu kemudian berdiri dari tempat duduknya.
Pria itu melangkahkan kaki mencari keberadaan Aksa juga Kiara. “Bik Jumi!” teriak Pria itu.
Wanita paruh baya datang menghampiri Tuan besar dengan celemek yang masih menempel di badannya. “Iya Tuan besar, ada apa memanggil saya?” tanya Bik Jumi seraya sedikit membungkukkan badannya.
“Ganti pakaian Tuan muda dan Nona muda sekarang, akan aku bawa mereka bersamaku ke kantor,” titah pria tampan itu sambil membetulkan jas hitam.
Bik Jumi segera mengganti pakaian si kembar, Aksa Federico dan Kiara Federico. Anak kembar yang tampan dan cantik. Meskipun mereka nakal, tetapi saat pria itu memberi perintah mereka segera mematuhinya.
Ya, Arthur Dario Federico, pria tampan, gagah juga kaya raya pujaan setiap kaum wanita. Dia terlahir dari pasangan Albert Federico dan Rossa. Keluarga mereka sangat di segani di ibu kota karena memiliki kekayaan yang cukup fantastis, sebagai CEO di perusahaannya, Arthur mempunyai sikap yang dingin dan angkuh. Akan tetapi sebagai seorang Ayah dua anak dia bisa di banggakan karena cara mendidiknya.
Arthur sangat menyayangi dan memanjakan si kembar, meskipun begitu Arthur tetap memberi rambu-rambu batasan agar saat dewasa mereka bisa menjadi anak yang hebat dan tidak tergantung pada Papanya.
“Papa, kami sudah siap,” ucap bersamaan si kembar di depan Arthur sambil mendongak ke atas sembari tersenyum manis.
Aksa Federico tidak lupa memasukkan mainan mobil-mobilannya di dalam tas punggungnya. Sedangkan Kiara Federico hanya membawa boneka beruang kecil berwarna coklat kesayangannya yang banyak kenangan sewaktu masih bermain-main di taman.
Melihat ke dua anaknya yang polos Arthur tersenyum lembut. Arthur menekuk ke dua lututnya agar tingginya sejajar dengan Aksa dan Kiara, kemudian mengusap lembut puncak kepala mereka ber dua. “Kalian anak manis,” ucap Arthur.
Dia menggandeng Aksa dan Kiara di sisi kanan dan kiri. Mereka bertiga berjalan menuju mobil hitam yang terparkir di halaman luas. Arthur mengangkat Aksa membantu masuk ke dalam mobil begitu juga dengan Kiara. Si kembar polos duduk di kursi belakang Arthur sambil memainkan mainan mereka.
“Kakak, aku senang di ajak Papa ke kantor,” ucap Kiara seraya membetulkan rok nya.
“Emm … aku juga,” jawab Aksa sembari menganggukkan kepala.
Selesai memasang sabuk pengaman pada si kembar. Arthur memalingkan wajah pada mereka menatap dengan penuh kasih sayang sebagai seorang Papa yang penyayang.
“Aksa, Kiara dengarkan Papa baik-baik. Hari ini Papa ada meeting bersama klien penting. Kalian nanti di ruangan Papa saja dan jangan nakal. Papa Cuma sebentar,” titah Arthur pada si kembar yang merasa tak yakin kalau anak-anaknya bisa diam saat tak ada dia.
Aksa dan Kiara menganggukkan kepala secara bersamaan. “Baik Papa,” lanjut Kiara sambil memeluk boneka beruangnya.
Dalam perjalanan Arthur melihat mereka dari spion di dalam mobil. Tampak wajah riang di wajah Aksa dan Kiara. Anak-anak baik yang sudah tidak lagi mempunya sosok seorang ibu dari umur satu tahun. Sesekali mereka saling berantem karena bercandanya kelewatan. Akan tetapi setelah Arthur melirik, mereka langsung terdiam dan saling memutar bola mata malas seakan-akan tak melihat lirikan maut Papanya.
*
*
*
“Arthur, akhirnya kamu sudah datang, sepuluh menit lagi kita akan meeting sama klien dari eropa,” ucap Evan, asisten Arthur yang seperti sahabat sendiri diantara mereka.
Evan berjalan beriringan di sebelah Arthur sembari menjelaskan apa yang akan di bahas nantinya.
“Haii … haii … anak manis,” goda semua staff kantor pada si kembar yang tertinggal jauh di belakang Arthur dan Evan.
Menyadari Aksa dan Kiara tidak ada di samping. Arthur bergegas menoleh ke belakang seraya menghela nafas kemudian berjalan berbalik arah pada si kembar. Merasa di abaikan oleh Papanya, si kembar mengerutkan ke dua mata mereka pada Arthur tepat di hadapannya sembari mendongak ke atas. Tak sabar karena di kejar waktu akhirnya Arthur menggendong Aksa di bahunya yang kekar.
“Evan, bantu gendong Kiara cepat,” pinta Arthur yang sudah tak sabar ingin segera menyelesaikan meetingnya.
Evan bergegas menggendong kiara di pinggangnya tanpa menjawab titah Arthur. Aksa dan Kiara ‘pun hanya diam dalam gendongan Arthur dan Evan. Mereka tidak berani merengek saat Arthur dalam keadaan fokus ataupun marah.
Setelah sampai di dalam ruangan kerja Arthur. Evan dan Arthur meninggalkan si kembar duduk di sofa di temani oleh Tiara, sekretaris Arthur. Sedangkan Arthur dan Evan keluar ruangan guna menuju ruang meeting.
Aksa berulah kembali. Dia berdiri di atas sofa sambil jingkrak-jingkrak. Melihat polah kakaknya, Kiara ikutan berdiri di atas sofa. Aksa mengeluarkan semua mainan di dalam tas ranselnya. Sedangkan Kiara turun dari sofa kemudian berlari ke meja kerja Arthur, dia mengobrak- ngabrik semua kertas yang ada di atas meja, tak luput juga membanting leptop kerja Arthur. Keadaan ruangan Arthur sangat gaduh dan berantakan. Tiara yang melihat tak mampu menghentikan kenakalan si kembar.
“Berhenti Tuan muda, Nona muda nanti Tuan Arthur bisa marah,” ucap Tiara pelan. Dia merasa takut dan khawatir jika Arthur memarahinya karena tak bisa menjaga si kembar. Tiara berjalan mondar mandir seraya menggenggam ke dua tangannya di samping.
Setelah selesai meeting, Arthur dan Evan kembali ke ruangan kerja. Mata Arthur terbelalak melihat pemandangan yang sangat membuat dirinya syok. Bagaimana tidak, ruangannya bagaikan kapal pecah hancur berkeping-keping. Aksa menduduki kursi ke bersaran nya, sedangkan Kiara duduk di atas meja kerja.
“Berhenti Aksa, Kiara! Kenapa kalaian nakal sekali!” ucap Arthur menekan suaranya sembari menghela nafas kasar.
“Papa sangat lama!”
“Iya, Papa lama,” sambung Kiara. “Kita sudah bosan, Papa kan sudah janji mau main sama kita,” tambah Kiara seraya menyilangkan kakinya dan membuang muka.
Arthur menghela nafas sambil kedua tangannya berada di pinggang menatap ke dua bocah yang memasang muka masam sama dia. “Baiklah, kalian ayo turun segera dari situ,” titah Arthur.
Aksa dan Kiara hanya diam tidak menghiraukan perintah Arthur. Mereka tetap menatap tajam Arthur sembari mengerucutkan bibir mungilnya. Kemarahan mereka tidak membuat Arthur bertambah emosi, justru di dalam hati tertawa melihat tingkah nakal tetapi lucu di tambah wajah si kembar yang imut.
“Ayo turun, jadi pergi atau tidak!” titah Arthur sekali lagi.
Si kembar yang sudah di ultimatum Papanya, akhirnya turun dari kursi dan meja. Mereka berlari menuju Arthur meminta untuk di gandeng. Iya, Aksa di sebelah kanan dan Kiara di kiri.
“Kita pergi main ke moll ya, Pa,” pinta Kiara sembari mendongak ke atas dan tersenyum manis.
“Iya Sayang,” jawab Arthur lembut.
“Yeee, aku senang sekali kita beli mainan lagi,” timpal Aksa.
“Jangan nakal ya, selama di moll,” pinta Arthur sembari menundukkan pandangannya melihat ke arak Kiara dan Aksa.
Terima kasih semuanya sudah mampir membaca jangan lupa gerakkan jempol kalian tekan like, komentar, vote, suscribe, hadiah 🥰🥰🥰🥰🤲🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Firman Firman
lanjut 😂🤭sabar ya pa punya anak yg kreatif 🤗
2024-04-01
0
LISA
Aq mampir Kak
2024-03-25
2
risti
baru lagi thorrr /Smile/
2023-12-12
4