“Kakak punya hadiah buat kalian.” Violetta mengeluarkan dua permen dari dalam saku bajunya.
Dia memang sengaja membawa permen untuk di berikan pada si kembar saat dia di terima bekerja di kediaman Arthur. Biasanya anak-anak suka makan permen atau es krim, makanya Dayana lebih memilih permen agar lebih mudah di bawa, jika membawa es krim pasti sudah meleleh di Tengah Jalan.
Melihat Violetta membawa permen si kembar langsung mengambilnya dari genggaman Violetta. Aksa dan Kiara berulang kali mencoba merobek bungkus permen.
“Uh cucah cekali di buka , kak,” gumam Kiara sembari menunjukkan permen di depan kakaknya Aksa, cara bicaranya pun membuat Violetta tersenyum gemas mendengarnya yang masih celemotan belum bisa dengan benar mengutarakan per hurufnya.
“Kakak juga dek, ini cara makannya bagaimana ?” jawab Aksa sembari menundukkan kepala merobek bungkus permen. “Uhhhh …. Susah,” teriak Aksa sembari mendongak ke atas.
“Sini kakak bantuin buka bungkusnya, ya,” pinta Violetta, kemudian mengambil dua permen dari tangan Aksa dan Kiara, kemudian memberikannya pada mereka.
Secepat kilat Aksa dan Kiara mengambil permennya sembari mengerucutkan bibirnya. Seketika mereka hisap sampi habis.
Nyam … nyam
Melihat dua bocah yang nakal tapi lucu violetta hanya senyum-senyum saja. Anak yang masih polos, mereka tidak tau apa-apa tentang kehidupan ini. Mereka tidak tau juga tentang ibunya, setiap mereka bertanya pada Arthur, Arthur hanya menjawab kalau Ibunya berada di tempat yang jauh di atas awan, di surga sedangkan Aksa dan Kiara belum paham apa itu surga.
“Mereka sangat manis,” batin Violetta sembari ke dua tangan menyangga dagunya. “AAAAAAAA,” teriak Violetta yang tiba-tiba di lehernya sudah ada mainan ular karet yang di kalungkan oleh Aksa. Dia Segera menarik kemudian melemparkan asal sambil mengelus dada dan mengendus kasar. “Sabar-sabar Letta, mereka hanya anak kecil, mereka hanya ingin bermain saja,”
Aksa dan Kiara tertawa lepas kemudian berlari keluar menutup pintu kamar, meninggalkan Violetta yang masih terkejut akibat kenakalan Aksa.
“Kak, kakak itu baik kita di kasih permen sama dia,” celetuk Kiara. “Kata Papa, kita tidak boleh nakal,” tambah Kiara lembut bicaranya sembari menggoyang-goyangkan kepala.
“Emm,” lanjut Aksa sembari menganggukkan kepala. “Kita hanya main-main saja sama kakak itu, jadi kita tidak nakal,” sahut Aksa yang membela diri, belum ngerti mana sikap yang nakal atau hanya bermain-main.
Kenakalan anak-anak yang masih wajar hanya akan membuat terkesan lucu. Mereka hanya ingin bersenang-senang saja, terlebih lagi si kembar tidak ada sosok seorang Ibu. Papanya selalu sibuk dengan pekerajaannya kurang memperhatikan tumbuh kembang si kembar.
***
Kamar bernuansa taman bermain dengan dinding bergambar galaksi bintang dan bulan yang penuh dengan mainan berserakan di lantai, di bersihkan dan di rapikan oleh Violetta. Sesaat dia melihat arloji di pergelangan tangan kanannya. Waktu sudah menunjukkan waktunya Aksa dan Kiara makan siang. Saat dia beranjak keluar pandangannya teralihkan sebuah foto di atas nakas. Ya, foto Aksa, Kiara dan Arthur dalam satu bingkai saat si kembar masih bayi sekitar umur satu tahun.
“Anak-anak yang manis dan Tuan Arthur yang berkharisma, dia tampan juga kalau di foto tidak seperti aslinya dingin bak es batu,” gumam Violetta sembari mengamati foto kemudian menaruhnya Kembali ke atas nakas.
“Lapar,” teriak Aksa dari lantai bawah.
Teriakan Aksan seketika membuat Violetta terkejut, dia bergegas menaruh bingkai foto itu di atas nakas. Dia turun dengan Langkah tergesa-gesa dan terengah-engah seperti di kejar hantu.
Violetta kamu jangan sampai buat kesalahan saat bekerja atau kamu mau kehilangan pekerjaan ini ingat keluarga kamu membutuhkan uang yang banyak Violetta memonolog dirinya sendiri.
Melihat Bik Jumi sudah berada di dapur dan akan menyiapkan makanan untuk Tuan Muda Aksa dan Nona Muda Kiara, Violetta berkata pada Bik Jumi dengan sopan karena menghargai usianya lebih tua di banding dia.
“Bik, biar saya saja yang menyiapkan makanan untuk Tuan dan Nona Muda.” Violetta sigap menyiapkan makan siang untuk si kembar, karena dia sudah terbiasa memasak di rumah dan mengurus adiknya dari kecil hingga dewasa. Jadi tidak masalah jika harus mengasuh Aksa dan Kiara dengan sejuta akal kenakalan mereka.
“Baunya enak sekali,” ucap Kiara sembari hidungnya mengendus. “Jadi lapar, aku ingin makan kak,” tambah Kiara berucap pada kakaknya, Aksa.
“Wanginya, seperti bau ayam goyeng,” ujar Aksa yang masih belum lancar mengucapkan huruf R.
Mereka berjalan menuju arah bau masakan Violetta, kemudian duduk dengan rapi di meja makan tanpa di suruh.
“Anak-anak baik,” batin Violetta sembari tersenyum, kalau soal makanan si kembar langsung merapat tidak mau kehabisan ayam goreng kesukaannya.
Perintah dari Papanya tidak boleh menyisakan makanan di piring. Mereka harus menghabiskan makanan tersebut. Aksa dan Kiara makan dengan sangat lahap saat Violetta menyuapi mereka.
“Aaaa, buka mulutnya,” ucap Violetta pada Aksa sembari menyodorkan makanan ke mulut Aksa.
Aksa membuka mulutnya lebar-lebar kemudian mengunyahnya dengan senang dan menggelengkan kepalanya. Melihat Aksa di manja Violetta membuat Kiara iri padanya.
“Ahhhh, aku juga mau di suapin seperti kak Aksa, Kak,” pinta Kiara sembari memasang wajah cemberut.
“Iya, sayang,” ujar Violetta sembari menaruh nasi dan sepotong daging ayam ke dalam sendok kemudiang menyuapkannya pada Kiara. “Aaaa buka mulutnya,” ucap Violetta lembut.
“Yammiiii, enak sekali ayam nya kak,” sambung Kiara menatap mata Violetta dengan bahagia.
Sejak kehadiran Violetta di rumah itu membuat Aksa dan Kiara bisa merasakan kasih sayang seorang Ibu. Kasih sayang yang mereka dambakan sejak terjadi kecelakaan yang menewaskan Ibunya.
Di Tengah-tengah mereka menikmati makan siang, Kiara bertanya sesuatu. “Kak, besok Papa datang ke sekolah ‘kan?” Kiara bertanya pada Aksa seraya tatapan matanya sangat berharap kedatangan Papanya.
Aksa menggelengkan kepala sembari memegang ayam paha di tangan kanannya. “Kakak tidak tau, besok Papa mau datang ke sekolah atau tidak,”
***
Hari ini adalah Hari petama Violetta mengantarkan si kembar ke sekolah.
Aksa dan Kiara berdiri di depan kaca sesekali mereka berputar melihat dirinya. Anak-anak yang imut dan menggemaskan. Topi yang manis melingkar di atas kepala mereka dengan tas punggung berisikan buku gambar dan pensil warna.
“Papaaaa,” Aksa dan Kiara berlari menuju ruang keluarga memanggil Arthur.
Si kembar berdiri di depan Arthur dengan manja sembari menggoyang-goyangkan pantatnya.
“Pa, hari ini di sekolah ada lomba menggambar, Papa nemenin kita ya?” pinta Kiara sembari menarik ke dua ujung bibirnya.
“Papa sibuk, hari ini di kantor Papa ada urusan yang sangat penting. Anak-anak Papa di temani sama Violetta, ya,” Arthur merayu ke dua anaknya sembari mengelus puncak kepala Aksa dan Kiara.
Arthur sebelumnya sudah tahu kalau hari ini ada lomba menggar di sekolahan. Akan tetapi pekerjaan lebih peting baginya toh ada Violetta yang menemani.
Si kembar menundukkan kepala terlihat jelas raut wajah kesedihan di mata mereka. Buliran-buliran air mata terjatuh di pipi Kiara. Kedua tangannya mengusapnya pelan. Sedangkan Aksa mata indahnya berkaca-kaca sembari menggit bawah bibirnya pelan menahan air mata agar tidak tumpah di pipi gembulnya. Jujur saja selama si kembar masuk sekolah Arthur hanya mengantarkan sampai gerbang sekolah.
Akan tetapi mereka tidak berani memaksa Arthur. Si kembar paham betul kalau sudah berurusan dengan urusan kantor Papanya lebih mengutamakannya.
“Tidak apa-apa sayang, ada kak violetta yang datang ke sekolah,” bujuk Arthur sekali lagi seraya mengecup pipi si kembar.
Si kembar mengangkat kaki tinggi-tinggi dan menghentakkan ke lantai sebagai bentuk protes terhadap papanya, kemudian melangkahkan kaki pelan menuju ke mobil. Violetta yang sudah menenteng bekal makan siang, siap mengantar si kembar ke sekolah.
“Tuan, saya berangkat dulu.”
“Tunggu.” Arthur menarik pergelangan tangan Violetta sampai tubuhnya memutar dan saling berhadapan. Sepasang mata saling menatap sepersekian detik sampai akhirnya Arthur melepaskan genggaman tangannya. “Oh sorry, aku gak sengaja. Aku Cuma mau bilang jaga anak-anak dengan baik,” titah Arthur.
Violetta menganggukkan kepalanya, kemudian pergi ke sekolah bersama si kembar.
Kenapa lebih penting urusan kantor dari pada anak-anaknya, padahal anak kandung sendiri batin Violetta, yang selalu berfikir kalau Arthur selalu sibuk dengan urusan pekerjaan daripada Aksa dan Kiara.
Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan jejak like, komentar, vote, hadiah, suscribe dan follow ☺️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Firman Firman
ya namanya anak kecil mngkin dia lupa nnti juga papanya pasti tau saat mmbuka surat lamaran kerjanya vio🤗
2024-04-01
3
oppa seo joon
emng bocil2 ga inget ya sm kk yg nolongin d mall
2024-01-30
1