Vani menggenggam erat pergelangan tangan Violetta sembari melihat mimik wajah violetta yang tegang seraya menghela nafas berat. Mereka saling menatap muka mengisyaratkan sesuatu yang mereka ingin ungkapkan. Akan tetapi terhalang oleh sebuah tabir misteri yang belum bisa di jelaskan dengan kepala dingin.
"Ma, ini tidak seperti yang Mama pikirkan," batin violetta sekali lagi seraya menatap balik wajah Mamanya yang seperti menyimpan seribu pertanyaan untuknya.
"Masuklah ke dalam rumah nak Arthur, beginilah keadaan rumah Ibu yang sederhana," ucap Vani sembari memperlihatkan isi di dalam rumah. "Letta buatkan minuman buat nak Arthur juga dua si kecil yang pintar ini, ya," sambung Mamanya seraya menyentuh tangan Violetta.
"Rumahnya sangat rapi dan juga nyaman seperti ada kehangatan di dalam keluarga ini. Aku merasa betah berada di sini, kehangatan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya ada foto keluarga di dinding, ada lemari kaca yang berisikan foto masa kecil mereka dan mainan anak-anak yang masih tertata rapi," batin Arthur sembari melihat isi lemari.
"Baik Ma," jawab Violetta lembut.
Violetta melangkahkan kaki berat menuju dapur bersama Bella, sambil sekali menoleh ke belakang menatap tajam mata Arthur, kemudian mengarahkan dua jari dari matanya ke mata Arthur sembari tersenyum sinis.
"Berani sekali kamu mengarahkan jarimu ke mukaku! Lihat saja nanti hukuman apa yang pantas kamu terima!" batin Arthur yang masih merasa tenang setenang air yang menghanyutkan. Dia tidak terbawa emosi dengan sikap Violetta yang mulai terlihat arogan.
"Nak Arthur ada hal penting apa yang ingin di sampaikan sampai datang ke sini membawa si kecil yang menggemaskan," tanya Vani sembari tersenyum manis meskipun dalam hati Vani bertanya-tanya ada gerangan angin apa yang membawa seorang Arthur sang duda kayak raya bersama buah hatinya.
"Ada yang ingin saya berikan sama Ibu," jawab Arthur lembut, kemudian melanjutkan meminta pertolongan pada Evan. "Evan tolong keluarkan semua barang-barang yang ada di dalam mobil kemudian di taruh di atas meja, ya" titah Arthur sembari tersenyum karena di hadapannya ada calon mertuanya.
Arthur merubah sikapnya yang biasanya dingin dan kaku menjadi hangat sehangat pelukan sang pujaan hati demi merebut hati Vani, Mama Violetta. Bagaimana tidak, dia sudah merancang ini semua sampai harus belajar dari internet apa saja yang di bawa saat akan melamar dan bagaimana caranya berbicara manis di depan keluarga Violetta.
"Baik," sambung Evan, kemudian bergegas memerintahkan ke dua bodyguardnya untuk mengusung semua barang-barang masuk ke dalam rumah.
Bella dan Violetta matanya terbelalak saat melihat semua barang-barang mewah tersusun rapi di atas meja sembari menyuguhkan minuman. Seperti satu set perhiasan, sepatu bermerek, gaun, dan masih banyak lagi membuat setiap yang memandang merasa matanya berkilau silau akan kemewahan.
Begitu juga dengan Vani yang sudah mengerti apa maksud Arthur memberikan barang-barang semewah ini. Ya, naluri seorang Ibu pasti sudah tahu maksud dari semua ini, arah dan tujuannya kemana.
"Ini semua seserahan untuk Violetta dan juga ada sedikit hadiah untuk Ibu dan Bella. Saya ingin mengikat janji pernikahan dengan Violetta, anak perempuan Ibu sebagai Istri saya dan Ibu untuk anak-anak. Semoga Ibu berkenan menerima saya sebagai menantu," gumam Arthur sopan.
Gleg ....
Violetta menelan ludah nya kasar seakan terasa tersedak. "Secepat ini dia ingin melaksanakan pernikahan! Dasar orang aneh, egois, menang sendiri, seenaknya datang kerumah terus melamar tanpa bilang dulu sama aku! Cerdas banget kamu, ya. Kamu tahu kalau aku pasti akan mengulur waktu!" batin Violetta sembari mengepalkan ke dua tangan, yang rasanya ingin sekali menonjok wajah Arthur berkali-kali sampai minta ampun.
"Nak Arthur, kalau Ibu setuju saja, meskipun menikah dengan seorang duda yang penting bisa menghargai dan menjaga putri saya dengan baik. Dan semua yang nak Arthur berikan ini terlalu mewah untuk kami orang yang pas-pasan hidupnya. Yang Ibu ingin tahu apakah masalalu itu masih ada di hati nak Arthur?" tanya Vani, Mama Bella dan Violetta.
Vani tidak ingin jika anaknya hanya menjadi pengasuh si kembar, tetapi juga berharap di hargai sebagai istri dan Ibu sambung yang baik.
Tentang masalalu Arthur, kenapa bisa menjadi duda. Duda mati atau duda karena perceraian itu masih menjadi tanda tanya di benak Vani, Ibu Violetta. Bahkan Violetta sendiripun tidak mengetahuinya bagaimana bisa se orang Arthur bisa menyandang status duda.
Violetta tertegun mendengar kalimat yang keluar dari mulut Ibu tercinta. Dia tidak menyangka jika Ibunya tidak langsung menyetujui permintaan Arthur meskipun kaya raya, tetapi justru sebaliknya memastikan kalau putrinya berada di tangan yang tepat. Agar tidak merasa menyesal ataupun bersalah di kemudian hari jika terjadi sesuatu.
"Ma, kau memang Ibu yang sangat bijaksana, meskipun kita masih serba kekurangan, Ibu tetap mementingkan harga diri dan kebahagiaan anak-anakmu, maafkan Violetta yang sudah menyembunyikan kebenaran di belakang Mama. Papa pasti bangga punya Istri seperti Mama, andai saja Papa masih ada semua ini pasti tidak akan terjadi," Violetta berbicara dalam hatinya dengan mata berkaca-kaca yang seakan air matanya akan menetes, tetapi dengan cepat Violetta mengusapnya agar tidak timbul pertanyaan di hari yang bahagia ini di mata Ibunya.
"Ibu Vani, ijinkan saya berbicara sebentar sama Aksa dan Kiara." Vani menganggukkan kepalanya sembari tersenyum, kemudian Arthur menyerongkan tubuhnya menatap si kembar yang duduk di sebelah nya."Aksa, Kiara dengarin Papa ya, Sayang. Papa ingin berbicara dulu sama Mama Violetta dan juga Nenek, tadi Aksa dan Kiara sudah mendengar 'kan kalau Papa akan segera melangsungkan pernikahan sama Mama. Ini Papa sama Mama baru akan membahasnya, Aksa dan Kiara pulang dulu sama paman Evan, ya? Nanti di rumah ditemani sama paman Evan juga," titah Arthur lembut membujuk si kembar sembari mengusap puncak mereka dengan bergantian.
"Ada sisi lembutnya juga dia. Arthur sangat terlihat tampan dan berwibawa saat menasehati si kembar. Haih ...., apa yang kamu pikirkan Violetta!" batin Violetta seraya melihat Arthur membujuk si kembar agar mau menuruti perintah Arthur.
"Baiklah, Papa. Papa janji harus bawa Mama pulang ke rumah, ya?" ucap Aksa pelan.
"Iya, Kiara juga mau Mama pulang ke rumah. Kiara mau bobo sama Mama, mau di bacain dongeng sama Mama, mau di peluk Mama juga," tambah Kiara seraya mengerucutkan bibirnya agar Papanya memenuhi permintaannya.
"Iya, Papa janji," sahut Arthur sembari mengelus pipi mereka. "Evan tolong jaga anak-anak," titah Arthur sambil menatap Evan. "lakukan langkah selanjutnya," bisik Arthur pada Evan dengan suara sangat pelan.
Aksa dan Kiara , akhirnya pulang bersama Evan meninggalkan Papanya yang sedang merayu keluarga Violetta. Dengan perasaan bahagia Aksa dan Kiara melempar Kiss Bye pada Violetta, Bella dan Vani.
Setelah Aksa dan Kiara sudah di pastikan pulang Arthur kembali melanjutkan perbincangannya.
"Akan saya ceritakan masalalu saya dengan jujur sama Ibu dan Violetta," ucap Arthur sembari menghela nafas pelan.
Sahabat tercinta jangan lupa tinggalkan jejak bintang 5 ya☺️ biar author tambah semangat. Dan jangan lupa mampir di cerita Author yang lain. Terima kasih 🙏🙏😊.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Firman Firman
apa yg direncanakan babang Arthur ya😂🤭
2024-04-01
1