“Oh My God, jam berapa sekarang?” teriak Violetta yang terbangun dari tidurnya. Dia melihat jam beker yang ada di atas nakas sembari melihat sekeliling. “Loh kenapa aku tidur di kamar si kembar?” batin Violetta. “Sebaiknya aku segera turun ke bawah, Tuan Arthur bisa marah besar sama aku, nih. Duh Violetta kamu juga belum menyiapkan sarapan buat anak-anak juga Tuan Arthur,” gumam Violetta pada dirinya sendiri sembari bergegas keluar dari kamar. “Tetapi kemana si kembar? Sudahlah mungkin sama Tuan Arthur,” gumam Violetta tergesa-gesa turun dari tangga.
“Selamat pagi Mama,” celetuk si kembar bersamaan menyapa Violetta yang memasuki dapur.
Langkah Violetta seketika terhenti sembari menelan sivalinya dengan susah payah. Netra indahnya melirik Arthur yang tengah menyelesaikan memasaknya untuk sarapan pagi.
“Pagi anak-anak,” jawab Violetta seraya dengan senyum terpaksa. “Sial, aku bisa di pecat sama Tuan Arthur kalau si kembar sikapnya seperti ini terus,” batin Violetta. “Tuan, biar saya yang melanjutkan,” pinta Violetta sembari mendekati Arthur yang sedang menggoreng ikan nila.
Arthur menatap dengan sorot mata tajam sembari mengangkat sebelah alisnya ke atas, “Duduklah bersama anak-anak kita,” ucap Arthur seraya menatap Violetta yang penuh dengan seribu tipu muslihat,
Gleg …
Violetta menelan sivalinya lagi dengan kasar. “Anak kita, apa maksudnya. Apa dia sedang bercanda atau merencanakan sesuatu,” gumam Violetta di dalam hatinya. “Ba- baik Tuan,” jawab Violetta sembari menganggukkan kepala kemudian duduk di berhadapan dengan Aksa dan Kiara.
“Letta, kursi kamu di tengah – tangah Aksa dan Kiara, pindah kesana,” titah Arthur sembari menyajikan sarapan pagi.
Violetta menyuapi Aksa dan Kiara secara bergantian. Tawa, senyuman kebahagiaan menghiasi meja makan yang berukuran kecil. Arthur sengaja mengubah meja berukuran kecil di rumah agar terasa lebih hangat suasananya seperti keluarga cemara. Arthur yang melihat si kembar tertawa girang membuat pria kaku bisa tertawa lepas .
“Ngeng … ngeng ayo buka mulutnya, pesawatnya siap mendarat,” ucap Violetta sembari memegang sendok berisi makanan seraya terbang di udara.
Hap …
Aksa menyerobot lebih dulu. Seketika Kiara menangis sekencang mungkin sembari mengadu pada Arthur. “Papa, Kak Aksa nakal sama Kiara,” ucap Kiara sembari menutup mata menangis sekaras mungkin.
“Hahaha, Sayang sudah jangan menangis buka mulutnya,” ucap Arthur seraya memasukkan makanan ke mulut Kiara.
“Weekkkkkkk, Kiara di suapin sama Papa,” ledek Kiara sembari menjulurkan lidahnya.
Melihat Kiara dan Aksa yang bertengkar bukannya mebuat Arthur marah, tetapi justru membuatnya tertawa geli. Bagaimana tidak kenakalan mereka saat di meja makan adalah hal lucu buat Arthur, karena ini pertama kalinya Arthur bisa merasakan kebahagiaan si kembar yang selama ini tertutup oleh sebuah kesedihan karena merindukan Mama.
“Bagaimana kalau kita bermain di taman bermain, kitab bisa naik komedi putar, lihat badut, dan masih banyak lagi,” ucap Violetta sembari tersenyum lebar.
“Aku mau, ayo kita bermain kesana Papa,” pinta Kiara dan Aksa sembari menganggukkan kepala.
Arthur melirik Violetta seraya mengendus dingin. “Itu terlalu berbahaya untuk Aksa dan Kiara, aku tidak setuju. Kejadian kalian di museum saja sudah membuatku khawatir apalagi di taman bermain itu tidak aman untuk anak-anak aku, lagipula mainan Aksa dan Kiara sudah sangat banyak dan lengkap di tambah ada taman bermain juga, mereka sudah punya segalanya yang di luar sana belum tentu anak-anak punya, contohnya seperti robot-robotan, mobil remot control, boneka barbie, baju barbie dan masih banyal lagi!” lirih Arthur sembari menekan nada suaranya.
Violetta menatap tajam Arthur sembari menggigit bibirnya. “Tuan Arthur yang terhormat, di sana itu banyak orang tua yang mengajak anaknya bermain di sana, jadi jangan terlalu khawatir!” decak Violetta sembari menghela nafas kasar.
Violetta mengajak Aksa dan Kiara ke taman bermain hanya melihat mereka kasihan tidak pernah merasakan masa kecil mereka sepertu anak-anak lain.
“Iya, iya kita berangkat bersiaplah kalian semua,” ujar Arthur yang tidak tega melihat si kembar memasang wajah cemberut padanya sembari memelototkan matanya.
“Horeeeee ,” ujar Kiara dan Aksa serentak seraya mengangkat kedua tangannya ke atas.
Sampai di taman bermain Aksa dan Kiara tidak sabar untuk menaiki komedi putar. Mereka berlarimemilih kuda mana yang akan mereka naiki.
“Papa, Aksa ingin kuda warna putih,”
“Kiara ingin yang warna merah, Pa,” ujar mereka seraya menunjuk ke arah komedi putar.
“Maaf Tuan, Nyonya kudanya hanya tersisa dua, kalau satu kuda di naikin dua orang bagaimana?” ucap petugas komedi putar.
“Nyonya!” pekik Violetta dalam hatinya.
Melihat Aksa dan Kiara yang sudah tidak sabar, akhirnya Arthur mengiyakan saran petugas tersebut.
“Baiklah Kiara sama kakak, dan Aksa sama Papa, ya” ucap Violetta sembari mengangkat Kiara di atas kuda.
“No, Mama. Kiara ingin sama kak Aksa,” pinta Kiara sembari jari telunjuk nya bergerak ke kanan dan kiri.
“Iya, Mama sama papa saja, biar adek Kiara yang jagain Aksa, karena Aksa itu kakak yang baik,” sambung Aksa seraya ke dua tangannya menyilang di dada, seperti orang dewasa. Ya, Aksa mencontoh Arthur yang kerap kali memarahi ataupun menasehati bawahannya dengan gaya seperti itu.
“Ide apalagi kalian ini, sungguh pintar ini bocah dua, emang gak salah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya,” batin Violetta dengan senyum terpaksa.
“Naiklah,” titah Arthur tanpa ekspresi.
“Ba – baiklah Tuan,” sambung Violetta kemudian melangkahkan kakinya.
Arthur menelah ludahnya kasar menatap leher Violetta yang seksi. Bagaimana tidak, Violetta yang duduk di depan Arthur mengikat rambutnya ke atas sesekali rambut Violetta menutupi wajah Arthur.
Hehehe …
Aksa dan Kiara tertawa sambil menutupi mulut mereka. Seakan-akan rencana mereka telah sukses mendekatkan Papanya dengan Violetta.
Selesai menaiki komedi putar. Arthur di hampiri oleh seorang pria paruh baya.
“Tuan, keluarga kalian sangat harmonis. Istri Tuan sangat cantik juga memiliki anak kembar yang lucu-lucu, maukah saya foto biayanya sangat murah,” ucap Pria paruh baya itu menawarkan jasa foto.
“Tidak perlu!” jawab Arthur dingin, kemudian pria itu meninggalkan mereka.
“Eh, Pak tunggu. Iya kami mau di foto. Maaf tadi suami saya salah bicara,” celetuk Violetta mengejar pria paruh baya itu.
“Suami! Berani sekali dia mengakuiku sebagai suaminya, lihat saja nanti aku buat kamu meminta ampun padaku,” batin Arthur dalam hatinya sembari mengendus dingin.
Pria paruh baya itu mulai mengarahkan kamera ke Arthur, Violetta dan Aksa tepat di depan komedi putar.
“Maaf Tuan bisa lebih romantis sedikit, memeluk Istrinya,” ucap pria itu seraya tangannya mengarahkan.
Arthur menarik bahu Violetta agar lebih dekat dengannya, dengan sedikit mencengkeram bahu Violetta, sedangkan si kembar ada di depan mereka.
“Sakit!” ucap Violetta seraya menatap mata Arthur, Sedangkan Arthur hanya memelototinya.
“Oke, Siapa hitung mundur tiga dua satu,” ucap pria itu.
Cekrek ..
“Hasilnya bagus sekali sungguh keluarga Bahagia, harganya dua ratus lima puluh ribu satu foto,” ucap Pria paruh baya itu sembari menyodorkan foto ke Violetta.
“Apa? Mahal sekali katanya tadi murah!” racau Violetta yang seakan tertipu pria paruh baya itu.
“Nyonya inikan di taman bermain harga segitu sudah sangat murah,” bela pria.
“Sudahlah, ini uangnya!” rintih Arthur sembari memberikan uang pada pria paruh baya itu, kemudian memasukkan Kembali dompetnya di saku celana.
“Huh, nyebelin!” decak Violetta kesal sembari melihat pria paruh baya itu merayu orang lain agar mau memakai jasa fotonya dengan modus yang sama.
“Makanya lain kali itu jangan mudah tertipu sama orang, paham!” lirih Arthur yang sedari tadi ternyata sudah mengetahui pria paruh baya itu menggunakan jurus pamungkas untu merayu pelanggannya dengan berkata manis.
Violetta hanya tertunduk malu tak berani menatap wajah Arthur yang dingin seperti gunung es.
*
*
*
“Mah, Kak Violetta baik-baik saja ‘kan,” tanya bella pada Vani, Mamanya.
Vani tersenyum manis sembari mengompres kening bella dengan handuk dingin. “Kakak, kamu pasti baik-baik saja, dia juga tidak pernah lupa mengirim uang untuk kebutuhan kita. Bersabarlah sebentar lagi kamu pasti di operasi, setelah sembuh jadilah adik yang baik untuk Kakak kamu. Dia sudah banyak berkorban untuk kita,” jelas Vani.
“Iya, mah,” sambung Bella dengan tersenyum manis.
“Apa yang sedang Violetta lakukan? Semoga dia mendapat majikan yang baik hati,” batin Vani.
Terima kasih sahabat tidak lupa memberi like dan follow☺️.
Kisahku di cintai, tetapi di sakiti lahir batin. Temukan aku di Seribu Janji Tuan Posesif hanya di NOVELTOON.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Firman Firman
semoga saja Arthur bisa membatu vio dan memberikn bantuan biaya operasi untuk Adeknya🤗
2024-04-01
1