Air Mata Ibu

***

“Letta, maafkan ibu yang belum bisa mewujudkan impianmu menjadi seorang dokter anak. Keadaan ekonomi keluarga kita sejak ayah kamu meninggal sekarang tidak stabil. Bella juga sakit harus segera di operasi dan ibu sudah tidak ada uang lagi untuk biaya ke rumah sakit.” Ibu paruh baya itu berucap sembari mengusap air mata yang jatuh berlinang di pipinya yang sudah mulai kelihatan kerutan di sudut matanya. “Padahal kamu sudah masuk semester tiga, terpaksa harus berhenti kuliah. Ibu minta maaf ya Letta, sudah gagal menjadi Ibu yang terbaik buat kalian,” lanjut Ibu paruh baya itu, yang bernama Vani, Ibu dari Violetta yang kerap di panggil Letta. 

Ya, Violetta menempuh pendidikan di fakultas Jaya Indonesia Jakarta jurusan Dokter Anak. Dia adalah gadis yang cerdas, cantik dan juga penyayang. Di saat Ayahnya masih hidup keluarga Violetta berjalan dengan sempurna penuh kebahagiaan, bahkan orang tua mereka bangga dengannya yang selalu bisa mendapat nilai terbaik. Sangat di sayangkan keadaan berubah setelah Ayahnya meninggal dalam kecelakaan kerja di salah satu perusahaan tempat dia bekerja di proyek.

Vani sesenggukan berbicara dengan Violetta. Air mata terus mengalir, perasaannya hancur saat masa depan ke dua putrinya tidak cemerlang sesuai dengan harapan dia. Ibu mana yang tega melihat cita-cita anaknya yang sudah di dambakan dari bangku sekolah menengah kini harus terkubur karena kendala biaya. Di tambah lagi Bella, adiknya Violetta terpaksa harus mengurungkan niat menuju perguruan tinggi karena di vonis menderita tumor otak sejak satu tahun lalu. 

“Ibu, Letta tidak marah. Violetta bangga punya seorang Ibu yang hebat. Selalu mencurahkan kasih sayang, Ibu tidak pernah meminta balasan apapun dan juga berkorban demi anak-anakmu ini. Letta sangat bahagia bisa terlahir dari rahim Ibu yang kuat dan hebat,” ucap Violetta seraya meneteskan airmata. “Letta tidak apa-apa, jika tidak menjadi dokter anak. Violetta bisa mencari pekerjaan untuk menambah biaya adik Letta, Bella. Ibu tenang saja, Violetta tidak pernah merasa kecewa. Violetta memahami keadaan kita saat ini. Tolong Ibu doakan Violetta saja agar segera mendapat pekerjaan,” sambung Violetta sembari memegang ke dua tangan Vina, Ibunya.

Violetta dan Ibunya saling berpelukan menyikapi keadaan mereka yang terhimpit ekonomi. Di sini Violetta harus berbesar hati menerima keadaan. Dia harus mengesampingkan egonya demi Ibu dan Adik perempuan satu-satunya. Sebagai anak pertama Violetta di tuntut menjadi lebih dewasa dari umurnya yang sekarang menginjak duapuluh tiga tahun. 

“Ibu, kakak maafkan Bella menjadi beban kalian semua,” ucap Bella seraya mengusap buliran-buliran air mata.

“Dek, kamu bukanlah beban buat kakak dan Ibu. Kamu itu anugerah dari Tuhan untuk kami. Kakak sama Ibu sayang banget sama kamu. Kamu pasti akan sembuh, bersabar ya,” pinta Violetta sambil mengecup kening Bella. 

Violetta membereskan surat lamaran pekerjaan kemudian di masukkan dalam amplop coklat. Dia memakai pakaian rapi dengan kemeja biru langit dan celana panjang hitam. Gadis cantik itu mempunya pesona yang menarik, berkulit kuning langsat, rambut sebahu serta memiliki senyum yang manis. Wajah lembut yang di miliknya seakan mampu meluluhkan hati setiap kaum hawa yang menatapnya.

“Ibu, Violetta berangkat dulu, ya,” pamit Violetta sembari meraih tangan Ibunya kemudian mencium telapak dan punggung tangan.

Vani kembali menangis tak kuasa melihat anaknya pergi mencari pekerjaan demi keluarga. “Hati-hati ya, nak, doa Ibu selalu menyertaimu.” Vani memeluk kembali Violetta kemudian mencium pipinya kanan kiri berkali-kali.

“Iya, Bu,” jawab Violetta lembut. 

Violetta mendongak ke atas. Langit biru cerah menghiasi awan putih, sebuah karya Tuhan yang sangat luar biasa dengan berhiaskan burung-burung berterbangan mengepakkan sayapnya yang indah. Kenapa harus khawatir burung di udara saja di pelihara Tuhan, dia tidak khawatir apa yang akan dia makan dan minum, tentang hari esok saja burung-burung itu berserah pada Tuhan, apalagi manusia pasti akan di perhatikan dengan sangat lebih dari pada yang lain batin Violetta dalam hatinya.

“Violetta semangat, go, go semangat.”  Violetta menyemangati dirinya sendiri sembari mengepalkan kedua tangannya ke atas.

Violetta melangkahkan kaki dengan mantap. Mata indahnya menatap kedepan di dalam hati selalu berkata rencana Tuhan itu jauh lebih indah daripada rencana manusia. 

*

*

*

“Maaf di sini belum ada lowongan pekerjaan,” ucap salah satu karyawan toko baju. Violetta keluar dengan perasaan kecewa sembari menghela nafas. 

Gadis mungil itu masih mendekap amplop coklat berisi surat lamaran di dadanya. Dia masih semangat memasuki setiap toko yang ada di dalam moll besar. Dia mencoba kembali memasuki sebuah restorant cepat saji berharap bisa di terima bekerja sebagai pelayan.

“Di sini tidak membutuhkan pelayan lagi!” teriak manager restorant tersebut. Lagi-lagi Violetta di tolak.

“Ya Tuhan, tolong bantu hambamu ini yang sedang kesusahan,” Violetta berucap sembari menghela nafas berat. Dia masih berjalan menyusuri setiap toko melihat setiap pintu kaca jika ada stiker lowongan pekerjaan. 

Tidak mudah mencari pekerjaan di kota besar jika tidak ada kenalan di dalamnya. Namun, tidak bagi gadis yang penuh semangat ini. Dia berusaha keras bekerja menjadi apapun asalkan bisa membantu biaya operasi Bella asalkan pekerjaan itu halal. 

Di sisi lain

Arthur yang sibuk dengan ponselnya membahas masalah pekerjaan, membuat dia tidak fokus menjaga si kembar. Aksa dan Kiara yang sudah mulai bosan naik odong-odong turun dengan sendirinya. Mereka berjalan berdua tanpa pengawasan Arthur dan anak buahnya.

Si Kembar berjalan bergandengan tangan sembari menoleh ke kanan dan kiri. Semua mata memandang Aksa dan Kiara sambil menggoda dan mencubit lembut pipit mereka. Si kembar yang polos hanya terdiam mendapat perlakuan seperti itu. 

“Kakak, kita mau kemana?” Kiara bertanya sembari memeluk bonekanya. 

“Kita jalan-jalan, adek,” jawab Aksa sambil mengamati sekitarnya. 

Aksa menarik tangan Kiara saat ada yang ingin memegang bonekanya. Mereka berlari sangat cepat karena Aksa tidak ingin adiknya terjadi sesuatu yang dapat melukainya. Ya namanya anak kecil belum mengerti jika orang itu hanya ingin menggoda karena gemas. 

Si kembar berlari cepat. Mereka tidak melihat kanan dan kiri sampai akhirnya menyenggol patung maneken sampai jatuh, sontak membuat para pengunjung merubah atensi mereka. Para pelayan moll dan pengunjung mengerumini mereka seperti sarang lebah sambil menatap ke arah Aksa dan Kiara yang duduk di lantai. 

Bola mata si kembar melirik kanan kiri sembari menoleh. Tampak ketakutan di wajah mereka. Netra cantik Kiara mulai berkaca-kaca dan menitikkan air mata, dia menangis sesenggukan seraya memeluk erat-erat bonekanya. 

“AAAAAAAAAAAAAAAA.” Aksa berteriak sekeras mungkin sambil ke dua tangannya menutup telinga saat melihat adiknya mulai menangis.

Violetta yang melihat ada banyak berkerumun seketika berlari, kemudian menerobos sekerumunan ibu-ibu dan pelayan guna mencari tahu. Melihat Aksa dan Kiara yang tampak tidak nyaman dan mulai kebingungan Violetta merasa iba kemudian memberanikan diri melangkahkan kaki menuju Aksa dan Kiara. 

“Adik kecil, kalian tidak apa-apa, kan?” Violetta memeluk Aksa dan Kiara sembari mengusap bahu si Kembar. “Tidak ada yang sakit, kan?”

Tangisan Kiara semakin menjadi keras sedangkan Aksa hanya menoleh kanan kiri kebingungan. “Adik-adik kecil tenanglah ada kakak disini, sudah tidak apa-apa,” ucap Violetta sembari menatap lembut ke dua mata si kembar.

Arthur yang menyadari si kembar tidak berada di sampingnya, seketika perasaannya cemas. Dia dan anak buahnya bergegas berpencar mencari keberadaan Aksa juga Kiara. 

“Aksa, Kiara dimana kalian, sayang,” tutur Arthur sembari berjalan mengelilingi moll. 

Tatapan Arthur tertuju pada mobil mainan Aksa yang berada di depannya. Dia merundukkan tubuhnya yang kekar mengambil mainan itu. Rupanya Aksa lupa menutup tas punggungnya sehingga mainannya terjatuh di saat dia berlari bersama Kiara. Arthur mengikuti sepanjang jalan di mana mobil mainan Aksa terjatuh.

Banyaknya orang berkumpul menyita perhatian Arthur. Dia bergegas mencari tahu apa yang terjadi. Dia sangat khawatir jika terjadi apa-apa dengan si kembar, anaknya. 

“Ada apa di sana,” batin Arthur sembari menuju ke arah kerumunan. Di balik itu dia mendengar suara seperti yang dia kenal. Ya, Arthur mengenali suara Kiara yang masih menangis pelan. Dia langsung membubarkan dan melihat ke dua anaknya berada dalam pelukan gadis cantik, Violetta Maharani. 

Terima kasih sudah mampir membaca 😊🙏

Terpopuler

Comments

Retno Elisabeth

Retno Elisabeth

mampir thor

2024-06-19

0

anisa f

anisa f

kl menempuh pendidikan sbg dokter anak, brti sdh mjd dokter
dokter anak itu dokter spesialis, dan pendidikannya d tempuh slth mjd dokter umum 🙏

2024-04-17

0

Firman Firman

Firman Firman

ah pandangan pertama 😂🤭🤗

2024-04-01

0

lihat semua
Episodes
1 Pengasuh ke 24
2 Air Mata Ibu
3 melamar kerja
4 Permen manis
5 Mama kamu?
6 Mimpi punya Mama?
7 Arthur ditampar pengasuh si kembar
8 Komedi putar
9 Arthur dan Violetta Menikah?
10 Rencana apa lagi?
11 Ibu yang bijaksana
12 Si kembar anak siapa?
13 Rencana yang sempurna
14 Terjerat cinta pengasuh si kembar?
15 Ketemu teman lama
16 Batalin Kontrak ?
17 Operasi Bella apakah berhasil?
18 Nenek sihir datang lagi
19 Sepasang Jam Tangan
20 kesempurnaan Keysa
21 Pergi dari rumah
22 Putus asa
23 Kesempatan Keysa
24 Cinta satu malam
25 Keysa ingin kembali pada Arthur
26 Rossa, Albert datang
27 Sarapan pagi keluarga Arthur
28 Mengerjai Laura
29 Violetta atau Keysa yang pantas?
30 Violetta mencuri ??
31 Mabuk
32 Violetta hilang kegadisan?
33 Minta maaf
34 Rayuan maut
35 Tuan Putri
36 Tertangkap basah
37 Kissss
38 body gitar spanyol
39 Pianis ( H-2)
40 Gaun Mewah
41 Berto ingin menantu
42 Keysa menantu idaman
43 H-1
44 Hari H
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bsb 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bonus Chapter 1
95 Bonus Chapter 2
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Pengasuh ke 24
2
Air Mata Ibu
3
melamar kerja
4
Permen manis
5
Mama kamu?
6
Mimpi punya Mama?
7
Arthur ditampar pengasuh si kembar
8
Komedi putar
9
Arthur dan Violetta Menikah?
10
Rencana apa lagi?
11
Ibu yang bijaksana
12
Si kembar anak siapa?
13
Rencana yang sempurna
14
Terjerat cinta pengasuh si kembar?
15
Ketemu teman lama
16
Batalin Kontrak ?
17
Operasi Bella apakah berhasil?
18
Nenek sihir datang lagi
19
Sepasang Jam Tangan
20
kesempurnaan Keysa
21
Pergi dari rumah
22
Putus asa
23
Kesempatan Keysa
24
Cinta satu malam
25
Keysa ingin kembali pada Arthur
26
Rossa, Albert datang
27
Sarapan pagi keluarga Arthur
28
Mengerjai Laura
29
Violetta atau Keysa yang pantas?
30
Violetta mencuri ??
31
Mabuk
32
Violetta hilang kegadisan?
33
Minta maaf
34
Rayuan maut
35
Tuan Putri
36
Tertangkap basah
37
Kissss
38
body gitar spanyol
39
Pianis ( H-2)
40
Gaun Mewah
41
Berto ingin menantu
42
Keysa menantu idaman
43
H-1
44
Hari H
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bsb 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bonus Chapter 1
95
Bonus Chapter 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!