Mask Maker Returns

Mask Maker Returns

Prolog

Keputusan untuk bertarung atau melarikan diri adalah pilihan sulit yang harus dihadapi oleh semua manusia.

Hal ini dikarenakan kami telah berada di dungeon terakhir yang menentukan nasib antara hidup ataupun akhir dari segalanya.

Suasana tegang pun memenuhi udara dan seorang lelaki berambut pirang memandang setiap individu di sekitarnya dengan mata penuh harapan.

Pemimpin kami seorang kesatria kuat dengan keberanian yang tinggi, Neil Rein. "Kita masih punya harapan, tetap tenang!" ucapnya dengan keras kepada seluruh manusia yang saat ini berkumpul.

Sementara itu, aku merasa detak jantungku berdetak semakin cepat, bukan rasa gugup melainkan karena rasa khawatir akan aku mampu untuk mengalahkan monster tersebut tanpa mengorbankan orang terdekatku.

Aku berdiri memakai sebuah topeng burung yang memberikan sedikit ketenangan dalam keheningan yang tegang ini.

Aku di tengah kerumunan, berdiri dengan topeng yang mengurangi hawa keberadaanku. Seolah tak terlihat, aku mendengarkan perkembangan situasi.

[Gerbang akan terbuka dalam 1 menit, persiapkan diri kalian!]

Pesan sistem yang berdering menyebabkan gelombang perubahan. Pertanyaan tentang nasib umat manusia melayang di udara.

Gerbang perlahan terbuka dan seluruh manusia masuk ke dalamnya.

Ketika masuk pandangan yang ada di hadapan kami adalah sebuah dunia merah gelap tanpa adanya apapun disekitar.

Hanya sosok monster menakutkan menyambut kami, dia memiliki banyak mata dan delapan tangan yang kekar.

Seorang lelaki disampingku dengan wajah determinasi berkata, "Ini akan menjadi sesuatu yang sulit."

Aku mengganti topengku dengan motif burung dengan hiasan bulu di pinggirannya, mempersiapkan diri untuk pertarungan yang tak terduga.

Niel Rein dengan tegas berbicara, "Ini adalah gerbang terakhir! Jika kita menaklukkan ini, manusia bisa menyambut masa depan yang cerah"

Aku merasa ringan dan tanpa ragu, mendekati punggung kaki monster yang menghadang di depanku. Suara langkahku terdengar nyaring di antara kerumunan manusia yang menatap monster dengan wajah penuh ketakutan.

"Dia adalah Mask Maker! Ikuti gerakannya!" teriak Niel Rein, memecah keheningan di antara manusia yang terpaku.

Amira Kirana, penyihir kelas SS, memimpin kelompok mage untuk menyerang dengan mantra api. Sementara itu, Celine De Fiona, seorang perempuan berpakaian suster, merapatkan lengannya untuk memberikan buff kepada garda depan.

"Priest, berikan semua buff kalian! Kita butuh kekuatan ekstra!" pintanya pada Celine.

Namun, notifikasi sistem mengguncangkan keyakinan mereka. Monster semakin kuat dan mampu meregenerasi diri.

"Sialan!" seru Niel Rein dengan kesal.

Harapan untuk bisa menang perlahan pudar bagai angin.

Ketidakpastian melanda, namun notifikasi sistem memberiku kekuatan tak terduga.

[Topengmu mengatasi ketakutan dan meningkatkan kekuatanmu]

Aku melangkah maju, fokus pada pertarungan. Dialog dan serangan saling bergantian, menciptakan aliran energi yang membawa umat manusia lebih dekat pada kemenangan atau kekalahan di dalam dungeon terakhir ini.

.

.

.

.

.

.

.

.

Dengan tubuh yang sudah tak terasa, aku berpikir tentang kenikmatan yang akan kurasakan setelah berhasil mengalahkan monster ini. Berbaring dan bersantai sepanjang sisa hidupku, menonton anime, memakan semua makanan enak, dan menikmati kebebasan yang tak terbatas.

Namun, monster itu tertawa, melukai dan menyembuhkan dirinya sendiri dengan kejam. Tubuhku lelah, tapi tekadku belum patah.

"Manusia, kau sangat kuat!" seru monster tersebut, luka-luka di tubuhnya tak menyurutkan semangatnya.

Aku berdiri sendirian di hadapannya, melihat sekelilingku yang penuh dengan tumpukan daging. Realisasi bahwa semua yang ada sekarang adalah hasil perjuangan teman-temanku membuat hatiku terasa berat.

"Kau hanya sendirian sekarang! Sangat lucu bahwa perbuatan yang telah dilakukan manusia sia-sia," ejek monster tersebut.

Namun, tanpa kejutan lagi, aku melihat sekitarku. Semua orang yang pernah bersama-sama berjuang kini telah menjadi kenangan. Rindu pada keluarga dan kehidupan masa lalu memenuhi pikiranku.

"Mask change, Disaster Mask!" seruku, topeng cepat berganti di wajahku. Meskipun sistem memberi peringatan, keputusanku tak bisa dibendung.

[Topeng ini akan merusak pengguna. Harap berhati-hati]

Peringatan sistem memekakkan telingaku.

"Terimakasih telah mengingatkan," sahutku, siap menghadapi konsekuensi dari pilihan yang telah kubuat.

Dalam dunia yang kacau ini, aku menghadapi monster mengerikan tersebut dengan mengerahkan segala hal yang aku punya.

Bersambung...

Note :

Ini hanya prolog hanya sekilas gambaran mengenai hal yang akan terjadi selanjutnya.

Apakah novel ini akan menjadi mahakarya atau malah menjadi sampah lainnya.

Semakin tua diriku akan selalu banyak rintangan untuk menikmati hobi menulis ini.

Jangan terlalu berharap lebih karena saya tidak yakin novel ini akan terus berlanjut.

Bahkan novel sebelah aja udah tidak ada update lagi saking lupanya sama alurnya.

Terpopuler

Comments

☠zephir atrophos☠

☠zephir atrophos☠

ya

2024-02-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!