Chapter 5 Apakah ini akhirnya?

Perjalanan dungeon kini mencapai akhir karena rombongan telah menemukan pintu besar di depan mereka.

"Ini akan menjadi pertarungan akhir bagi kita, setiap orang beristirahatlah," ucap Neil dengan keras kepada semua orang.

Dengan langkah hati-hati, Mask Maker berdiri begitu dekat dengan pintu besar tersebut, merasakan getaran misterius yang keluar darinya.

[Gerbang terakhir yang akan menuntun kepada kehancuran]

Gemuruh suara sistem menyiratkan bahwa ini adalah tahap terakhir dari perjalanan mereka. Keberhasilan di sini bukan hanya menentukan nasib rombongan, tetapi juga nasib seluruh umat manusia.

Mask Maker kembali mendekati Neil yang duduk di depan api unggun, membersihkan pedangnya.

"Apa kau takut?" tanya Mask Maker dengan santai kepada Neil.

Neil memandang Mask Maker, tersenyum kecut, dan berkata, "Menurutmu?"

Mask Maker hanya diam, tatapannya merayap pada seluruh rombongan yang berkumpul di sekitar api unggun. Wajahnya mencerminkan ketidakpastian yang tersembunyi di balik topengnya.

Celine dan Amira, dengan sikap yang penuh semangat, memberikan dukungan mental kepada semua orang, mencoba menenangkan kegelisahan yang muncul di hati mereka.

Celine, dengan kelembutan seperti malaikat, menyuntikkan harapan melalui kekuatan penyembuhannya yang memberikan cahaya dalam kegelapan. Sementara itu, Amira, dengan keyakinan yang tenang terpampang diwajahnya, berhasil membawa kepercayaan pada diri sendiri dan keseluruhan rombongan.

"Ini pertempuran terakhir," Mask Maker berbisik pada dirinya sendiri, mencermati wajah-wajah yang terpantul di lingkaran api unggun. "Hidup atau mati, semuanya dipertaruhkan." Dalam momen ini, ketegangan di udara seakan bertambah, namun tekad mereka untuk bertahan hidup semakin kuat.

Setelah beristirahat yang cukup semua orang telah di penuhi dengan energi. Mereka semua berbaris dengan tenang di depan gerbang masuk yang begitu besar.

"Ini akan menjadi pertarungan terakhir kita" Ucap Neil dengan wajah yang berkharisma

"Jangan begitu tegang, kita hanya melawan monster seperti yang kita lakukan sampai saat ini. Seperti biasa kemenangan akan selalu ada di umat manusia"

Neil membuat semua orang berpikir positif dan menjadikan suasana lebih tenang dari biasanya.

Aku berdiri diantara kerumunan dan telah memakai topeng [Shadow Mask] sehingga aura keberadaanku menurun.

Neil akhirnya berbalik dan mulai mendorong pintu yang ada di depan kami.

[The End Menatap Kalian Dengan Tersenyum]

Suara sistem begitu nyaring membawa pesan yang membingungkan untuk semua orang.

[Pertarungan penentu akan dimulai]

Dungeon yang harus berada di kegelepan kini tiba-tiba berubah menjadi dunia berwarna merah dengan awan hitam yang terlihat tidak seperti awan.

Dihamparan dunia ini tidak ada hal apapun selain sosok monster yang sedang menatap kami dengan matanya yang menyala.

Monster tersebut begitu besar hingga 8 meter dari tanah. Wajah yang begitu menakutkan tersebut tersenyum menunjukkan gigi yang tajam. Ditengah dadanya terlihat sebuah kristal berkilau menerangi dunia ini.

Semua rombongan menjadi gemetaran ketakutan dengan aura yang diberikan oleh monster tersebut.

Mask Maker mengambil langkah terlebih dahulu memecahkan keheningan yang terjadi.

Neil adalah orang yang pertama kali yang tersadar dari ketakutannya dan berteriak. "Jangan takut semuanya, kita pasti bisa menang!"

Neil mengangkat pedangnya dengan tinggi dan melangkah maju.

"Semua orang ingat tugas yang harus kalian lakukan!"

Semua kembali sadar dengan apa yang harus dilakukan. Walaupun rasa takut masih tersisa dihati namun tekad mereka untuk berjuang masih lebih besar.

Namun dalam upaya ini jumlah belum bisa menentukan kemenangan. Hal ini dikarenakan ketika monster tersebut bergerak mata semua manusia melebar karena kecepatan yang dia keluarkan.

Sosok monster itu meluncur maju dengan gerakan yang tak terduga, seolah bayangan malam yang menyelimuti tubuhnya membantu untuk menyembunyikan setiap langkahnya. Setiap serangannya seperti kilat yang membelah kegelapan, mengejutkan setiap manusia yang datang.

Di medan pertempuran yang dipenuhi aura magis, para prajurit, termasuk Neil, kesatria berjubah besi dengan pedang yang berkilau, dan Amira, penyihir hebat yang menggenggam tongkat sihirnya, berkumpul membentuk barisan pertahanan mereka.

Di belakang mereka, Celine, pendeta dengan pakaian suci dan staf penuh berkah, bersiap memberikan dukungan spiritual dan penyembuhan.

Mask Maker selalu bergerak di balik bayangan, muncul dengan sigap di antara mereka. Ia melambaikan tangan, menutupi wajahnya dengan topeng misterius, dan dengan cepat menghilang di kegelapan, bersiap untuk mengejutkan monster dengan keahliannya yang tidak terduga.

Melihat hal itu Neil langsung mengeluarkan skill miliknya mencoba untuk mengalihkan perhatian monster kearahnya.

Pertarungan akhirnya terjadi dengan serangan monster yang mengenai perisai Neil dan serangan sihir api Amira mampu menghalau pandangan monster tersebut menjadi kacau.

Celine, dengan kebijaksanaannya sebagai pendeta, memberikan dukungan moral kepada teman-temannya yang berjuang.

Sementara itu, Mask Maker bergerak di bayangan, melancarkan serangan rahasia dan trik liciknya, berusaha untuk menciptakan serangan kritis terhadap monster tersebut.

Monster raksasa, meskipun kuat, merasakan tekanan dari serangan gabungan manusia. Namun, ia tidak menyerah begitu saja. Dengan gerakan lincah yang melebihi ukurannya, monster itu mengayunkan cakarnya, menciptakan gelombang kejut yang menghantam para prajurit.

Celine, dengan fokusnya terhadap doanya, memohon kepada kekuatan dewa untuk memberikan perlindungan kepada rekan-rekannya. Mask Maker, di balik bayangan, terus mengecoh monster dengan trik dan serangannya yang misterius.

Pertarungan akhirnya jatuh dalam 10 menit namun tiap orang merasakan bahwa waktu tersebut telah mengambil waktu 10 tahun mereka.

Detik waktu terasa begitu lama walaupun nyatanya itu hanyalah waktu yang sebentar.

Karenanya korban jiwa terus berjatuhan. Neil yang saat ini melihat itu terjadi mulai tidak sabaran.

"Aku akan mengakhir ini!"

Neil merasakan getaran pedangnya berdentam dengan denyut hidupnya yang semakin meredup.

Dengan penuh tekad, Neil menghunus pedangnya tinggi di udara, menyatukan seluruh kekuatannya dalam serangan pamungkas.

Serangannya memotong udara dengan gesekan yang memekakkan telinga, menciptakan kelebatan cahaya yang memancar dari pedangnya. Namun, ia juga merasakan energi hidupnya mengalir keluar, seperti air yang terusir dari sungai.

Monster raksasa itu terpental oleh serangan hebat Neil, tubuhnya gemetar sejenak sebelum kembali tegak dengan penuh luka.

Namun, Neil sendiri merosot ke tanah, tubuhnya terguncang oleh kelemahan mendalam. Dia tahu bahwa ini adalah pengorbanan yang diperlukan untuk melindungi yang lain.

"Apa yang kau pikirkan!" Ucap Amira yang dengan wajah khawatir mendekati Neil.

Amira dengan mata berkaca-kaca, menyaksikan pemandangan itu dengan ngeri. Celine, pendeta yang selalu penuh dengan semangat, berusaha memberikan dukungan dengan kekuatan penyembuhannya.

Mask Maker, yang selama ini berada di bayang-bayang, melihat Neil jatuh dengan tatapan tanpa ekspresi.

Neil mencoba tersenyum, wajahnya yang semakin pucat berusaha menyembunyikan rasa sakit yang merayap di seluruh tubuhnya. "Lindungi mereka," ucapnya dengan suara yang lemah kepada rekan-rekannya.

Celine berlutut di sampingnya, mencoba menyembuhkan luka-luka Neil dengan doa dan kekuatan ilahi. Namun hal itu sia-sia karena luka yang diterima oleh Neil merupakan bayaran karena menggunakan skill nya.

Monster raksasa itu, meskipun terluka, masih mengamuk di sekitar, menuntut korban lebih banyak lagi. Sementara itu, Neil terbaring di tanah, memberikan pengorbanan terakhirnya demi melindungi dunia yang dicintainya.

Mask Maker yang melihat ini mengerutkan dahinya dan mengambil langkah berat untuk mengambil tindakan dalam menyerang monster tersebut.

"Neil bodoh, bagaimana bisa kita bermain catur jika tidak ada raja!"

Mask Maker sendiri tahu bahwa pertarungan ini akan menjadi semakin sulit. Dia bahkan telah menguras banyak sekali stamina untuk setiap gerakannya agar bisa mengambil celah kesempatan untuk menyerang.

Kehilangan Neil tidak hanya meninggalkan kekosongan fisik, tapi juga membuyarkan koordinasi strategi yang begitu penting.

Orang-orang di sekitar yang sebelumnya penuh semangat, kini merasa putus asa. Mereka menyadari bahwa kepergian Neil membuat mereka kehilangan keberanian dan pemimpin yang menginspirasi. Atmosfer di medan pertempuran terasa penuh dengan ketidakpastian.

...Bersambung.....

Akhirnya kita bisa sampai pada episode prolog yang diawal. Kelihatan berbeda ya?.

Iya sebenarnya prolog dibuat untuk menarik pembaca agar penasaran hingga menjadi suka pada novel ini.

Tapi dilihat sampai sini pembaca tidak ada ya. Sepertinya ini novel kalah menarik dari cerita cinta yang dikeluarkan.

Yah mau gimana lagi bahwa cerita cinta memang lebih bisa menarik pembaca apa lagi ibu² ye kan :v

Jadi jika ada yang suka ini novel syukur kalau gk ada juga gpp. Lagipula author sedang gabut kepengen menulis cerita baru.

Seperti biasa tinggalkan like kalau suka kalau gk suka tinggalkan dislike.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!