Chapter 1 Awal Rencana

[Beberapa hari sebelum pertempuran terakhir]

Dalam lapisan gelap dungeon, lima rangker terkuat bersiap menghadapi pertempuran terakhir. Neil Rein, pemimpin mereka, memandang dengan serius rencana strategis yang tersebar di atas meja.

"Ini dungeon terakhir kita. Apa ada keluhan atau saran terhadap rencana ini?" tanya Neil, suaranya mengisi ruangan yang penuh ketegangan.

Amira Kirana, seorang Mage rank SS dengan rambut merah, tersenyum penuh keyakinan. "Aku tidak punya keluhan. Dengan gelombang manusia ini, bisakah kita kalah?" katanya, tatapannya menunjukkan ketenangan yang memancar dari keahliannya.

Dihadapkan dengan senyum percaya diri Amira, Neil mengangguk, " Sekarang, mari lihat posisi strategis masing-masing." Neil menyorot peta dungeon dengan serangkaian taktik yang akan dijalankan.

Namun, suara tawa yang menggelegar memecah keheningan. Seorang pria berbadan besar layaknya benteng hidup, memegang tameng besar dan mengenakan armor berat, berseru, "Dengan aku di garis depan, sebagai pemimpin para class tanker, tak ada yang bisa tembus ke formasi kita!"

Gelak tawa pria tersebut memenuhi ruangan, menarik perhatian. Neil tersenyum, "Ketawa kerasmu mungkin bahkan bisa memanggil monster ke sini. Tetap tenang, Garret, kita tidak ingin menarik perhatian musuh saat ini."

Garret, sang tank dengan senyum percaya diri, hanya tertawa semakin keras. "Aku siap menjadi sasaran empuk, Neil!"

Seketika, atmosfer camp pertahanan terisi dengan semangat dan rasa saling percaya. Mereka bersiap menghadapi gelombang terakhir di dungeon ini, dengan keyakinan penuh bahwa tak ada yang bisa menghentikan kekuatan gabungan mereka.

"Semoga Tuhan memberikan berkahnya," ucap Celine De Fiona, seorang pendeta berambut putih, sambil merangkul tangannya dengan penuh doa. Suara gemuruh kata-kata suci memenuhi ruangan.

Namun, semua mata tertuju pada seorang pria yang sejak awal hanya berdiri di ujung ruangan, bergeming tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Bagaimana denganmu, Mask Maker?" Neil Rein mengajukan pertanyaan, suaranya terdengar perlahan di antara keheningan.

Pria bertopeng itu akhirnya memberikan jawaban dengan tegas, "Kalian urus saja di sisi kalian. Aku hanya akan mengurus diriku sendiri." Suaranya serak, seolah menyimpan rahasia yang tak ingin terungkap.

Tanpa nama, tanpa wajah, Mask Maker terisolasi, menghadapi perjuangan sendiri yang tak diketahui oleh yang lain. "Aku hanya akan mengurus diriku sendiri," ucapnya kembali, mengisyaratkan kesendirian yang mendalam.

Meskipun begitu, mereka tahu bahwa setiap langkah yang diambilnya memiliki makna yang dalam, seperti seorang penjaga rahasia yang misterius.

Amira, Neil, dan yang lainnya meresapi momen ini, menyadari bahwa perjalanan mereka akan menjadi ujian pribadi bagi masing-masing individu. "Baiklah, kita akan berangkat sebentar lagi!" seru Neil, menggetarkan semangat perang dalam diri mereka.

Mereka menghadap ke depan, siap memasuki pertempuran tanpa tahu apa yang mungkin menanti. Hanya waktu yang akan membuktikan apa yang akan terjadi di ujung perjalanan ini.

Setelah rapat di dalam camp berakhir, semua orang kembali ke tempat masing-masing. Namun, pria bertopeng itu tak hanya kembali ke campnya, tetapi memutuskan untuk menciptakan sesuatu yang misterius.

Dengan pisau kecil yang berkilau tajam dan sepotong kayu hitam pekat, ia mulai mengukir dengan penuh konsentrasi. Seiring waktu, sebuah topeng perlahan terbentuk di tangannya, dengan desain yang menyeramkan dan garis-garis corak yang menciptakan bayangan gelap.

[Topeng baru tercipta]

[Dark Shadow Mask] [Sekali pakai]

Topeng tersebut, dalam kisah horor, memiliki desain yang mencekam, menciptakan bayangan gelap yang mengintimidasi. Pemakainya bisa menyembunyikan identitasnya dan memanfaatkan bayangan untuk menjalankan tindakan gelap dan misterius.

Catatan penting : karena bahan yang digunakan adalah kayu hitam berumur 50 tahun, ketahanan topeng ini hanya untuk sekali pakai. Sebuah pembatasan yang menambahkan aura misteri pada penggunaannya.

Pria bertopeng mengerutkan kening di balik topengnya. Keberhasilan dalam menciptakan topeng yang tahan lama selalu sulit baginya, terutama ketika topeng itu memiliki kemampuan kuat. Rasanya seperti setiap kreasi mengharuskan penukaran dengan kekuatan yang misterius.

"Selalu saja membuat topeng yang mengerikan!" Suara Amira Kirana memasuki kemah pria bertopeng.

"Apa yang kau inginkan?" ucap Mask Maker dengan ekspresi kesal tersembunyi di balik topengnya.

"Jangan begitu marah," balas Amira sambil tersenyum.

Amira Kirana mengambil kursi di dekatnya, namun pria bertopeng tersebut menarik kursinya menjauh dengan jelas menunjukkan ketidaksetujuan.

"Apa yang kau inginkan sekarang!?" tanya Mask Maker dengan nada tajam.

"Tidak bisakah kau merasakan sedikit terbuka sebentar saja," pinta Amira.

"Tidak perlu. Perasaan seperti itu hanya akan memberikan tekanan yang tidak perlu," jawab Mask Maker tanpa melihat ke arahnya.

Amira Kirana menghela napas dalam, matanya melihat ke arah pria bertopeng. Kegelisahan tergambar di wajahnya, kontras dengan semangat dan percaya diri sebelumnya.

Pada akhirnya, semua orang memiliki topeng untuk mereka tunjukkan kepada orang lain, untuk berpura-pura baik-baik saja.

"Jika kau nantinya selamat, tolong katakan pada adikku bahwa aku menyayanginya," pinta Amira.

"Itu adikmu, mengapa aku yang harus mengatakannya?" tanya Mask Maker.

"Dia terlihat mengagumimu. Jika kata-kata itu datang darimu, mungkin dia tidak akan menangis saat itu," jawab Amira, membagi kepedihan yang terkandung di balik wajahnya.

"Dasar bodoh! Mengapa otakmu tidak terisi dengan benar. Apakah nutrisi tersebut pindah ke tempat lain!" ucap mask maker dengan tatapannya menantang.

"Apa yang kau katakan—dasar mesum!" Amira menutup dadanya, karena dia merasa bahwa kata-kata pria bertopeng itu mencapai tingkat pelecehan.

"Jika kau ingin menulis surat wasiat, serahkan saja kepada Neil," ucap mask maker dengan malas, memberikan respon yang sama tajam.

"Kau dasar tidak bisa diandalkan!" Balas Amira dengan kesal, mengungkapkan frustrasinya.

"Aku hanyalah seorang pengrajin yang terseret arus pertempuran ini. Jika saja aku... Mari lupakan apa yang aku katakan." Mask maker mencoba membatasi kerumitan, menyiratkan beban yang terlalu berat untuk diungkapkan.

Sebagai seorang pengrajin, dia mungkin tidak memiliki kekuatan tempur yang memadai, tetapi pikirannya adalah tempat kreativitas dan keterampilan yang unik. Sayangnya, jika saja dia bisa mengasah keterampilan ini dari awal dia merasa bahwa potensinya bisa saja membantu dia dalam menyelamatkan orang terdekatnya. Oleh karena itu, bayang-bayang masa lalu masih menyelimutinya, membuatnya sulit membuka diri.

"Jika tidak ada lagi, tolong pergi. Aku hanya ingin fokus dalam pertempuran nanti," ucap mask maker, kembali menenggelamkan dirinya dalam karya-karyanya.

"Seorang perempuan cantik datang ke tempatmu, namun kau mengusirnya dengan kasar." Amira meninggalkan kemahnya dengan marah, meninggalkan pertanyaan dan ketidakpuasan di udara.

"Sungguh, apa yang dia pikirkan sebenarnya?" Mask maker bingung dengan kedatangan Amira, tetapi kebingungannya juga mencerminkan ketidakmengertian terhadap dirinya sendiri.

Selalu ada sesuatu yang tidak terungkap di balik topengnya, dan Amira, dengan segala ketertarikannya, tampaknya tidak bisa menembusnya. Meskipun begitu, kerumitan dalam interaksi mereka menumbuhkan perasaan yang tak terduga dan berbeda dalam hati mask maker.

Bersambung..

Tolong komen jika ini bagus. Kalau tidak bagus tolong dislike nya.

Terpopuler

Comments

☠zephir atrophos☠

☠zephir atrophos☠

ya, begitulah, kekuatan yang besar perlu pengorbanan yang besar pula

2024-02-03

1

Rynnnn_

Rynnnn_

Wih, dah mulai aktif lagi, nih?

2023-12-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!