Ch 11 Topeng Pertama

Aku pulang ke rumah dengan penuh semangat, siap menunjukkan kepada kedua orang tuaku bahwa aku telah menjadi seorang hunter.

Ketika memasuki rumah aku melihat Ibu duduk sendirian di ruang tamu, menantikan kedatanganku.

"Bagaimana, Nak?"

"Bu, aku berhasil mendapatkan kekuatan menjadi seorang hunter."

Kuberikan kartu yang diberikan oleh Asosiasi, di mana tertera namaku, classku, dan rank (peringkat), yang tentu saja menunjukkan F karena belum ada kontribusi yang bisa aku berikan. Kartu itu juga berisi informasi umum seperti tanggal lahir dan alamat layaknya kartu KTP.

"Kamu mendapatkan Class Pengrajin. Jadi syukurlah kamu tidak perlu pergi ke dungeon untuk berkontribusi" ucap ibuku sembari mengembalikan kartu Asosiasi kepadaku.

Aku menyimpan kartu itu dengan hati-hati di dompetku. Melihat ibuku terlihat lega, aku yakin dia mengira bahwa aku tidak akan mengambil jalan berbahaya seperti masuk ke dalam dungeon.

Namun..

"Bu, walaupun aku mendapatkan class pengrajin tapi maaf bu, aku akan tetap masuk ke dungeon nantinya" ucapku dengan tatapan yang tegas.

"Hah? kau itu Class Pengrajin bukan orang yang harus masuk ke dalam Dungeon bukan?" balas ibuku dengan heran.

"Bu, aku tahu tapi skill milikku akan sangat berguna nantinya pada pertarungan"

"Memangnya apa skill yang kamu dapatkan?"

"Itu.. Mask Maker" ucapku dengan pelan.

Ini bukan berarti aku malu untuk mengatakan tapi ini memang nama skill unik yang aku dapatkan yang telah menemaniku bertahan hidup sampai saat ini.

"Hah!?"

Ibuku kini mulai berteriak dengan cukup keras sekarang.

"Kau kira ibumu tidak bisa bahasa Inggris? Mask Maker itu pembuat topeng. Darimananya itu skill berguna di dungeon?" Ibuku mulai mengeraskan suaranya.

Ini memang pandangan umum setiap orang mengenai Class Pengrajin. Namun aku tidak menyangka bahwa hal tersebut menjadikan ibuku khawatir lagi.

"Ibu, aku nanti akan menunjukkannya. Karena ini skill yang baru saja didapatkan mungkin ibu belum yakin karena tidak melihatnya"

"Maaf karena meninggikan nada ibu, tapi kau harus tahu bahwa kami peduli dengan keselamatanmu" ucapnya dengan meminta maaf dengan tulus sembari mengelus rambutku dengan rasa cinta kasih miliknya.

"Ibu, anakmu sangat mengerti"

"Terimakasih" ucap ibuku sembari memelukku.

"Ngomong-ngomong kemana ayah?"

"Apa kau lupa? dia berangkat kerja setelah kamu pergi"

"Ah, itu benar"

Setelah mengobrol sebentar dengan ibuku aku langsung pamit untuk ke kamarku sendiri untuk memikirkan topeng pertama apa yang harus aku ciptakan.

Dalam kebimbangan, pikiranku terus memutar opsi bahan untuk menciptakan topeng yang sesuai. Tanpa bahan yang tepat, potensi skill Mask Maker yang ku miliki mungkin tidak dapat sepenuhnya tergali.

Jika memikirkannya lagi tiba-tiba aku merindukan topeng [Nightshade Mask] milikku. Itu merupakan karya yang sangat kubanggakan. Saat membuatnya sendiri, aku melalui 100 eksperimen dengan berbagai bahan untuk menciptakan efek skill yang sesuai dengan keinginanku.

Ketika melakukan eksperimen, tanpa sengaja tercipta satu topeng yang memiliki fungsi bagus untuk meningkatkan pertumbuhan statistik seseorang.

Memikirkannya lagi, fisikku saat ini berbeda jauh dengan fisik masa depanku. Oleh karena itu, aku butuh topeng yang dapat membantuku berkembang.

Hmmm...

Mungkin aku akan mencoba membuat prototipe topeng itu dan menyempurnakannya dengan bahan seadanya.

Sayangnya, jika ingatanku tidak salah, bahannya mudah didapatkan, tapi ini adalah era yang berbeda dari masa depan. Aku tidak yakin apakah bahan tersebut umum di zaman ini karena ingatanku pada masa ini tidak banyak terkait dengan bahan dari dungeon.

Akan sangat buruk jika bahan tersebut langka di zaman ini dan pertanyaan lainnya adalah, di mana aku bisa menemukan orang yang menjual bahan tersebut?

Tunggu, aku lupa kalau ada seseorang yang bisa menjadi bantuan yang baik dan juga teman dekatku.

Aku mengambil smartphone milikku dan mencari nomor kontakku yang dimana itu adalah Febrian.

"Halo Feb, ini aku," ucapku dengan gugup.

Ini pertama kalinya aku menghubungi seorang teman semenjak aku kembali saat ini. Banyak teman berharga aku temui di perjalanan untuk bertahan hidup, namun semuanya pergi mendahuluiku, dan salah satunya adalah Febrian, sahabat karibku yang selalu membantuku dikala susah dan senang.

"Tumben cuk, telpon, ada apa?"

"Agar silaturahmi tak terputus..."

"Cok, itu joke udah ketinggalan zaman."

"Ini aku serius mau minta bantuan, tapi bukan uang."

"Oh, oke."

"Kamu punya seorang kenalan yang menjual bahan hasil perburuan monster? Tapi memiliki harga yang murah."

"Tunggu, kenapa kamu mencari bahan monster?"

"Sebenarnya aku telah menjadi seorang hunter dengan Class Pengrajin."

"Lah, kok gak kabarin kalau kamu daftar? Aish, malam nanti kita kumpul ya, karena juga lama tidak bertemu. Hal bahagia seperti ini harus dirayakan," ucap Febrian dengan terdengar bahagia dibalik telepon.

Aku juga merasa hal yang sama dengan dirinya karena bisa kembali berbicara dengan seorang teman lama.

"Kembali ke topik utama," ucapku mengingatkan dirinya.

"Hmmm... sebenarnya aku tahu satu, tapi toko itu penjualnya rada aneh, karena dia hanya mau menjualnya jika kamu—"

"Iya?"

Tiba-tiba suara Febrian menghilang dari telepon, dan suara cekikikan tawa terdengar.

"Halo Feb?"

"Ahem. Mungkin akan lebih baik jika kamu yang langsung datang, aku akan mengirimkan alamatnya ke WA."

"Tunggu cuk, jelasin dulu seperti apa orangnya?"

Tu.. tu.. tu.. (nada terputus))

Si bang...

Ahem, sabar. Aku lupa dia orangnya seperti ini karena lama tidak bertemu.

Mari kita lupakan hal itu dan mencatat bahannya terlebih dahulu agar lebih mudah mencarinya nanti.

Selain itu, uang. Aku tidak salah ingat masih punya tabungan sebesar 12 juta hasil kerja sebagai karyawan toko selama 1 tahun, jadi seharusnya cukup.

Setelah semua selesai, aku keluar dari kamarku dan memutuskan untuk pergi lagi.

Ketika aku hendak keluar, ibuku melihatku dan bertanya, "Mau kemana lagi?"

"Bu, aku ingin pergi sebentar untuk membeli bahan kerajinan."

"Bagaimana dengan makan siang?"

"Aku akan makan diluar saja."

"Kalau begitu, hati-hati."

Aku mengangguk dan berjalan keluar menuju motor matic kesayanganku. Entah mengapa, aku merasa seperti anak sekolah yang sedang disuruh guru untuk mencari bahan kerajinan untuk kerja kelompok.

Aish, sayangnya ini berbeda jauh dari hal tersebut, karena yang akan aku buat ini akan menjadi topeng yang paling mengerikan nantinya.

Aku secara tidak sadar tersenyum dengan bahagia, karena tidak sabar untuk mengukir topeng baru lagi.

Aku melangkah menuju alamat yang dikirimkan oleh Febrian via chat WA, sedikit khawatir saat membayangkan penjualnya.

Entah bagaimana jika orang itu ternyata seorang psikopat yang suka melihat berbagai organ dari monster. Pernah melihat satu orang seperti itu di masa depan.

Namun, aku harus menguatkan hati demi mendapatkan topeng baru. Perlahan, aku mencoba menenangkan diri, mengingat tujuan dan keinginan di balik langkah-langkah ini.

...Bersambung......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!