Setibanya di rumah, Satria, Lintang juga Angkasa langsung berlarian ke ruang tamu. Sedangkan Kejora menyusul belakangan sambil membawa barang belanjaan.
Ia tersenyum saat mendengar suara heboh sang anak memanggil Samudra. Tak ingin mengganggu, Kejora hanya membiarkan mereka lalu lanjut ke dapur.
“Sayang, kalian dari mana, kok pulangnya malam?” tanya Samudra pada anaknya.
“Dari rumah sakit lihat dedek bayi, Daddy,” jawab Satria.
“Dedek bayi?” Samudra mengernyit.
“Ya, dedek bayi, Nabila sudah melahirkan tadi pagi,” timpal Kejora yang kini sedang menghampiri mereka.
Mendengar ucapan Kejora, Samudra langsung tersenyum sekaligus merasa gemas. Begitu Kejora duduk di sampingnya, ia kemudian berbisik, “Bagaimana jika kita menambah momongan lagi.”
Kejora langsung tertawa sambil geleng-geleng kepala. Tahu maksud dari perkataan sang suami, ia memilih beranjak lalu menuju kamar.
Sepeninggal Kejora, Samudra mengajak Satria, Angkasa juga Lintang ke ruang santai. Mengajak sang anak bermain di ruangan itu tanpa merasa lelah. Sakit kepala yang disertai mual seakan lenyap begitu saja.
Keempatnya pun sama-sama berbaring sambil tertawa sebelum akhirnya Satria, Angkasa dan Lintang tertidur karena kelelahan.
.
.
.
Dalam perjalanan pulang, Ayumi hanya diam. Kesal karena Mario tak menghiraukan perkataannya.
Kebenciannya pada Kejora semakin menjadi. Bukan salah Kejora apalagi Samudra. Akan tetapi salahnya sendiri yang sejak awal terlalu percaya diri jika Samudra tak akan berpaling darinya.
Ia melirik Mario yang tampak fokus menyetir. Pikirnya, asisten suaminya itu pasti tahu banyak tentang Kejora.
“Sedekat apa kalian dengan wanita itu?”
“Aku atau suamimu?” Mario balik bertanya.
“Menurutmu!” Ayumi kembali kesal.
Menggedikkan bahu dipilih Mario karena malas menjawab pertanyaan Ayumi.
Setelah mengendara cukup lama karena terjebak macet, akhirnya mereka tiba juga di kediaman Ayumi. Tanpa banyak kata wanita itu langsung turun dari mobil.
.
.
.
“Kok, sepi?” gumam Kejora setelah turun ke lantai satu. Ia lanjut ke ruang santai tempat biasanya Samudra bermain dengan sang anak
wanita itu geleng-geleng kepala begitu mendapati keempatnya sudah tergeletak tak bergerak.
“Pasti seperti ini jika sudah kelelahan. Pantasan saja Satria, Angkasa juga Lintang seperti ini. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya.” Kejora terkekeh.
Dipandangi wajah suami juga putra putrinya bergantian. Melihat wajah Samudra yang sedikit pucat, Kejora merasa iba.
“Sayang,” panggil Kejora sambil mengelus rahang Samudra.
“Hmm.”
“Apa kamu sedang sakit? Wajahmu sedikit pucat.”
Samudra merubah posisi menjadi duduk. Ia tersenyum sambil mengangguk pelan. Meminta Kejora membuatkannya segelas kopi.
Sambil menunggu, Samudra mulai memindahkan anak-anaknya ke kamar lalu lanjut membersihkan diri.
Tiga puluh menit kemudian, Samudra kembali ke ruang santai menemui Kejora.
“Thanks, Baby,” ucap Samudra begitu duduk di sisi Kejora. “Aku dengar kamu dan Ayumi ...”
“Ya, you know-lah dia sangat membenciku,” sela Kejora cepat. Ia mendesah pelan seraya menyandarkan kepala di pundak Samudra.
“Maafkan aku, Baby.”
“Nggak ada yang perlu dimaafkan. Mau bagaimana lagi, semua sudah terlanjur. Kita jalani saja hubungan ini meski selalu ada pihak yang tersakiti.”
Kembali hening ....
“Mau aku buatkan sesuatu?” tawar Kejora.
“Nggak, Baby, kopi ini sudah cukup.”
“Baiklah, ya sudah aku ke atas dulu mau lihat anak-anak,” kata Kejora lalu dibalas dengan anggukan kepala oleh Samudra.
Sepeninggal Kejora, Samudra menatap langit-langit sambil memijat kening. Memikirkan ucapan Kejora barusan.
“Baby, empat tahun yang lalu aku ingin berpisah dari Ayumi. Hanya saja dia sering mengancam akan bunuh diri. Jujur saja aku sudah lelah menghadapi sikapnya itu.”
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Bunda HB
Lama gk update thor.....klo bisa tiap hari biar semangat bca karya anda.mksih & good luck....💪💪🙏🙇👌👌😁😁
2024-01-13
2