16. BTT (My Triplets)

Ayumi menghampiri Samudra yang tetap tegak berdiri seolah menantinya. Dari raut wajah wanita itu, ia sudah bisa menebak bakal mendapat tentangan keras.

“Kejora, jadi benar dia wanitu itu?!” bentak Ayumi sesaat setelah berhadapan dengan Samudra. “Wanita misterius yang selama ini santer digosipkan denganmu!”

“Ya,” jawab Samudra tanpa rasa bersalah.

Plak!!

Sebuah tamparan seketika mendarat di wajah Samudra. Merasa belum puas, Ayumi kembali memukul suaminya dengan membabi buta.

Samudra hanya bergeming membiarkan Ayumi melampiaskan semua kekesalannya sehingga wanita itu berhenti dengan sendirinya.

“Lima tahun lalu, Kejora bisa saja mengaborsi benihku yang dikandungnya saat itu. Tapi, dia memilih mempertahankan. Apa kamu bisa membayangkan mengandung baby triplets tanpa support dari orang tuanya? Bekerja keras sendirian dalam keadaan hamil tanpa suami?” cecar Samudra.

Ayumi menundukkan pandangan wajah sambil menangis. Bukan sedih karena Kejora yang berjuang sendiri seperti yang diceritakan sang suami. Melainkan tak rela jika Samudra berbagi cinta dengan wanita lain.

“Kamu pikir aku nggak tahu jika kamu hanya berpura-pura melepas KB suntik kala itu? Aku nggak bodoh, Ayumi. Aku tahu semua itu dari dokter Adara. So, jangan salahkan aku jika bermain hati pada wanita lain.”

Ayumi menyeka air mata kemudian tersenyum sinis lalu menyahut, “Apa kamu yakin anak-anak itu adalah anak kandungmu? Bisa saja anak itu adalah anak dari pria lain.”

“Hasil tes DNA sangat akurat bahkan nggak bisa dimanipulasi!” tegas Samudra.

Ayumi kembali memukul Samudra sambil menangis. Tak rela jika sang suami akan menceraikannya.

“Enough!!” bentak Samudra sehingga membuat Ayumi terkejut. “Keputusanku sudah bulat, aku akan tetap menikahi Kejora tanpa atau pun seizin darimu. Ini sudah menjadi tanggung jawabku sebagai ayah dari anak yang telah ia lahirkan untukku!”

“Honey! Aku nggak terima ini semua!!” pekik Ayumi. “Aku akan menyebarkan aib ini ke semua media!”

Mendengar ancaman dari Ayumi, Samudra tersenyum sinis sekaligus menghentikan langkah.

“My pleasure, aku rasa itu malah sangat menguntungkan diriku sekaligus bisa mengklarifikasi semuanya,” tantang Samudra.

“Honey! How dare you!!” pekik Ayumi lagi sambil mengepalkan kedua tangan.

Sedangkan Samudra melanjutkan langkah menuju pintu utama. Tujuan selanjutnya adalah kantor.

.

.

.

Beberapa jam berlalu ....

Tiga puluh menit sebelum anak-anak pulang sekolah, Kejora, Cakra, Rendra dan Nabila datang lebih awal ke tempat itu.

Setelah menunggu selama beberapa menit, akhirnya yang mereka tunggu datang menghampiri.

“Hei, my triplets,” kata Cakra seraya merentangkan kedua tangan. Ia langsung memeluk merangkul ketiga bocah itu begitu mereka mendekat.

“Ayah Cakra, Bunda Bila, Ayah Rendra,” sebut ketiganya bergantian.

Nabila, Rendra juga Kejora hanya tersenyum melihat mereka.

“Yuk, kita antar ayah Rendra ke rumah sakit. Habis itu kita ke lanjut ke rumah Bunda,” cetus Nabila.

“Mau ... mau Bunda,” sahut Lintang sambil meloncat kegirangan. “Boleh, Momy?”

“Tentu saja boleh, Sayang,” balas Kejora.

Setelah itu, Rendra mengajak mereka menghampiri mobil. Begitu sudah memastikan anak-anak duduk dengan aman di kursi penumpang, pria itu mulai melajukan kendaraannya meninggalkan sekolah.

Tak lama berselang kendaraan yang dikendarai oleh Mario baru saja memasuki sekolah.

“Tunggu di sini sebentar ya, Paman, Tante. Aku tanyakan dulu gurunya,” kata Mario sesaat setelah memarkir mobilnya.

Pria itu mempercepat langkah menuju kelas ketiga bocah itu.

“Apa Bapak ingin menjemput, Satria, Lintang dan Angkasa?” tanya bu Monic yang sudah hafal wajah Mario.

“Iya, Bu.”

“Mereka sudah dijemput Bu Kejora tadi bersama teman-temannya,” jelas Bu Monic dengan seulas senyum.

“Apa sudah lama?”

“Sekitar sepuluh menit yang lalu.”

Mario mengangguk sekaligus berterima kasih pada bu Monic. Ia pun berpamitan kemudian melanjutkan langkah menuju parkiran.

“Sayang sekali, mereka sudah dijemput Momy-nya,” jelas Mario sesaat setelah duduk di kursi kemudi.

Kekecewaan seketika terlihat diraut wajah Pak Yarash juga Bu Andina.

.

.

.

SMB Pictures ....

Samudra yang baru saja tiba di kantor langsung menghubungi Dandi. Ia meminta supaya orang kepercayaannya itu tetap melindungi Kejora juga anak-anaknya.

Bukan tak mungkin, Ayumi akan menyerang Kejora dengan tiba-tiba. Yang paling ia cemaskan adalah anak-anaknya.

Selesai menghubungi Dandi, Samudra menyandarkan punggung di kursi kerja.

“Kebetulan sekali Mama dan Papa ke Jakarta,” gumamnya disertai senyum tipis. “Bagaimana jika aku sekalian saja mengajak mereka bertemu Kejora dan anak-anak malam nanti.”

Sejenak Samudra memejamkan mata. Benaknya tiba-tiba saja dipenuhi dengan adegan liarnya bersama Kejora semalam.

“Ah sh*it!” umpatnya, merasa sesuatu dibawah sana mulai bereaksi. “Baby, kamu membuatku candu.”

Tok ... tok ... tok ...

Suara ketukan pintu membuat Samudra langsung membuka mata. Alisnya berkerut tipis seraya menegakkan badan.

“Alvaro,” sebutnya.

“Oh ya, tadi aku sempat melihat Bapak dan Ibu di kantor ini. Apa ada acara khusus?” cecar Alvaro sesaat setelah ia mendaratkan bokongnya di kursi.

“I don't know, mereka tiba-tiba muncul tanpa mengabariku. Bahkan aku juga cukup terkejut,” balas Samudra dengan hela nafas.

Hening sejenak ....

Alvaro menyerahkan sebuah dokumen penting pada Samudra. “Oh ya, untuk dua Minggu ke depan team kita istirahat dulu dari proses shooting film itu. Setelah itu kita lanjut lagi.”

“Nggak masalah soalnya kita memang butuh istirahat untuk sementara waktu. Jika nggak ada halangan sebelum tahun depan, proses pembuatan film ini harus sudah rampung. Jadi, tahun depan kita sudah bisa mempromosikan lalu ditayangkan serentak di semua bioskop.”

Setelah hampir setengah jam berada di ruangan Samudra, sang sutradara akhirnya pamit. Sepeninggal Alvaro, Samudra menghubungi Kejora.

Mom SAL yang kini sedang berada di kediaman Cakra, geleng-geleng kepala saat menatap kontak yang sedang memanggil.

“Sayang, ada apa?” tanya Kejora.

“Nggak apa-apa. Apa Mario sudah menjemput anak-anak?”

“Nggak, aku yang menjemput mereka. Kebetulan teman-temanku lagi di rumah, jadi sekalian saja. Mereka juga sudah seperti orang tua bagi, Satria, Angkasa juga Lintang,” jelas Kejora.

Merasa sedikit penasaran Samudra kemudian mengalihkan panggilan ke video. Kejora langsung terkekeh menatap wajah pria itu.

“Lihat? Itu mereka.” Kejora mengarahkan camera ke arah Cakra juga Nabila yang sedang bermain dengan anak-anaknya.

Samudra mengerutkan kening merasa tak asing dengan wajah pasangan suami istri itu.

“Itu dokter Cakra dan istrinya dokter Nabila. Ada satu lagi dokter Rendra tapi dia sudah ke rumah sakit,” jelas Kejora.

“Dokter Rendra? Maksudmu dokter forensik itu, ya?” tanya Samudra dan Kejora membenarkan.

Seketika Samudra diam membisu. Pikirannya mulai terusik sekaligus merasa cemburu. Pikirnya, Kejora pasti sangat dekat dengan pria itu.

Ia memilih mengakhiri obrolan dengan alasan ingin melanjutkan pekerjaannya. Padahal hatinya kini mulai gelisah membayangkan kedekatan Kejora dan Rendra.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Lenhy Nur

Lenhy Nur

7 5

2024-02-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!