Senyum Samudra terus terukir manis di wajah. Sesekali mengusap dada merasa bahagia bisa meluangkan waktu bersama Kejora dan anaknya.
Sentuhan lembut, senyuman manis serta suara sang anak seolah masih terasa dan terdengar di telinganya.
“Daddy menyayangi kalian.”
Perlahan Samudra memejamkan mata memasuki alam mimpi. Tenang yang ia rasakan kini tanpa Ayumi. Setelah tiba di kediamannya, pria itu tak mendapati keberadaan sang istri di rumah.
Hal yang sudah lumrah bagi Samudra dalam kehidupan rumah tangganya. Kebiasaan Ayumi yang gemar hang out hingga plesiran ke luar negeri bersama teman seprofesinya.
Belum siap memiliki momongan serta takut bentuk tubuhnya berubah, hanyalah sebuah alibi karena wanita itu masih ingin bebas.
Padahal keinginan Samudra cukup sederhana, memiliki momongan agar kehidupan mereka lebih berwarna.
.
.
.
Kekesalan Ayumi semakin menjadi karena ponsel Samudra tetap berada di luar jangkauan. Suasana riuh di club' malam seolah tak ia pedulikan.
“Ayumi, kamu kenapa seperti nggak mood gitu?” tanya Raisa.
“Jelas aku nggak mood soalnya Samudra mematikan ponselnya sejak dari pagi!”
“Aku kan sudah pernah bilang, akan ada masanya suamimu itu merasa muak denganmu. Kamu pasti tahu apa yang aku maksud,” sindir Raisa dengan senyum sinis.
Mendengar sindiran sang asisten, hati seorang Ayumi menjadi panas sekaligus merasa geram.
“Lama-lama aku bisa stres di sini, nggak Mario juga kamu sama-sama menyebalkan! Sebaiknya aku pulang.”
Baru saja beberapa langkah, ia malah berpapasan dengan Mario yang baru saja masuk ke tempat itu.
Mario tersenyum sinis bahkan seolah tak peduli dengan sang aktris. Ia memilih menghampiri Raisa.
“Dia kenapa?” tanya Mario sesaat setelah berdiri di samping Raisa.
“You know-lah, apalagi jika bukan kesal karena Pak Boss,” jawab Raisa lalu tertawa. “By the way, kamu kan sangat dekat dengan beliau. Apa gosip tentang hubungannya dengan wanita misterius itu benar?”
“No coment.” Mario menyesap rokok yang baru saja dibakar. Pandangannya tertuju ke arah panggung DJ.
Raisa mendengus kesal, niat hati ingin mengorek rahasia tapi malah sia-sia. Pria itu malah terlihat acuh sambil menikmati hisapan rokoknya.
.
.
.
.
Begitu tiba di kediamannya, Ayumi langsung tersenyum mendapati mobil sang suami terparkir di garasi.
“Bik, apa Samudra baru saja pulang?” tanya Ayumi begitu bik Een membukakannya pintu.
“Nggak Bu, sekitar jam sembilan malam tadi.”
Ayumi mengangguk seraya menatap jam di dinding yang kini telah menunjukkan pukul dua belas lewat tiga puluh menit malam.
“Bik, tolong buatkan teh hangat lalu antar ke kamar, ya,” pinta Ayumi.
Setelah itu, ia segera menapaki anak tangga menuju kamar. Senyumnya seketika mengembang memandangi Samudra.
Tak ingin mengganggu, Ayumi memilih ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Beberapa menit berlalu ...
Ayumi mendaratkan bokong di sofa lalu meraih cangkir teh. Sambil meneguk teh, sesekali lia melirik Samudra yang terlihat anteng di atas ranjang.
“Sebenarnya ke mana saja dia tadi?” Ayumi beranjak dari sofa. Merangkak naik ke atas ranjang lalu mengungkung tubuh suaminya.
“Honey,” bisiknya sembari mengelus wajah Samudra. Mendaratkan kecupan dibibir turun ke ceruk leher.
Merasa tubuhnya seperti sedang ditindih, Samudra perlahan membuka mata. Sedikit menunduk dengan alis berkerut tipis.
“Ayumi.”
“Honey, aku ingin ini,” bisik Ayumi sambil memijat area sensitif Samudra. Bibirnya ikut bermain di ceruk leher turun ke dada suaminya.
Alih-alih terpancing, Samudra hanya tersenyum sembari menahan jemari Ayumi yang masih memainkan senjata andalannya.
“Maaf, aku lagi nggak ingin. Lagian aku sangat lelah, lain kali saja,” tolak Samudra.
Tak patah arang, Ayumi tetap berusaha menggoda Samudra. Melepas lingerie yang membalut tubuhnya lalu akan melepas boxer sang suami.
“Stop it!” Samudra menahan jemari Ayumi. Merubah posisi menjadi duduk lalu menutupi tubuh wanita itu dengan selimut. Ia pun beranjak dari tempat tidur.
“Honey!” sentak Ayumi merasa geram.
“Please, ini sudah malam, jangan memancing keributan soalnya aku malas berdebat!” tegas Samudra sesaat setelah mengenakan celana pendek. Mengambil rokok beserta pemantik lalu keluar kamar.
Ayumi memukul bantal melampiaskan kekesalannya. Sepasang mata ikut berkaca-kaca karena Samudra semakin berubah tak sehangat bahkan tak seromantis dulu lagi.
Wanita itu kembali mengenakan lingerie-nya. Menyusul Samudra yang kini sedang berada di pinggir kolam.
‘Yakinkan aku dan anak-anak jika kamu nggak memiliki wanita lain. Aku takut timbul masalah di kemudian hari setelah kita menikah.’
Ucapan itu seolah masih terngiang di telinga Samudra. Pria itu menghembus asap rokok kemudian memijat kening.
“Siapa dia ... ya, wanita misterius itu. Apa seharian ini kamu bersamanya?” Suara Ayumi seketika memecah keheningan malam.
Tak ada jawaban dari Samudra melainkan diam membisu.
“Kenapa kamu diam? Apa gosip itu benar?” cecar Ayumi.
“Aku nggak ingin berdebat, benar atau tidaknya gosip itu, i don't care,” balas Samudra dengan santai. “Jika pun benar kamu harus siap menerima kenyataan. Rumah tangga kita ibarat sudah berada di ujung tanduk.”
“Honey, mari kita mulai lagi hubungan ini dari nol. Aku nggak mau kehilanganmu. Aku berjanji akan menjadi istri yang baik untukmu.”
Samudra tersenyum sinis, merubah posisi saling berhadapan dengan Ayumi. “Aku sudah bosan bahkan muak mendengar janjimu itu.”
Selesai berucap, Samudra kembali meninggalkan Ayumi. Kini ia memilih ke ruangan kerja.
“Baby, untuk saat ini aku belum berani berterus terang padamu. Aku nggak mau kehilangan kalian. Satria, Angkasa juga Lintang adalah harta yang paling berharga bagiku,” ucap Samudra dengan lirih sesaat setelah berbaring di sofa.
Sementara itu, di ruang kerja Kejora, gadis itu masih saja sibuk mengutak-atik laptop-nya. Sesekali ia tersenyum mengingat kebersamaan mereka di apartemen Samudra.
“Oh My God, aku nggak pernah menyangka akan bertemu kembali dengan Samudra. Pria itu, tadinya aku pikir dia seorang mafia nyatanya seorang produser.”
Kejora menyandarkan punggung di kursi kerja. Memikirkan sesuatu tentang kelangsungan karirnya di SMB Pictures.
“Apa sebaiknya aku resign saja, ya. Aku takut hubungan kami bakal ketahuan. Aku nggak mau menjadi bahan berita kasian anak-anak. Aku harus membicarakan ini nanti pada Samudra.”
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Bunda HB
Iya resign aja ra,ksian ank2.masalah ekonomi udh ada samudra yg tabgg jwb ko...😁😁
double up mba thor....Semangat berkarya jgn smpe kendor...😁😁🙏🙏🙇🙇👌👌💪💪😘😘
2023-12-28
1