4. BTT (My Triplets)

Lima tahun kemudian ....

Kejora bersama beberapa team fotografer sedang memberi instruksi kepada mempelai pengantin.

Meminta pasangan itu berpose sesuai arahan untuk mendapatkan hasil jepretan yang bagus. Sesekali momy dari Satria, Angkasa juga Lintang itu menggoda kliennya hingga tersipu malu.

Begitu selesai memotret, Kejora kembali berpindah tempat. Mengarahkan kamera ke arah tamu undangan.

Ia tersenyum puas setelah memeriksa ulang hasil bidikannya.

“Sudah jam berapa ini? My triplets pasti protes lagi karena momy-nya pulang larut malam,” gumam Kejora sambil terkekeh mengingat sang anak.

Ia tak menyadari jika ada sepasang mata yang sejak tadi memperhatikannya dari jarak yang tak terlalu jauh.

“Kejora!” panggil Alam. “Sebaiknya kamu pulang saja. Sisanya biar aku dan Iwan yang atur. Lagian sebentar lagi resepsinya akan selesai.”

“Baiklah, lagian bocilku pun pasti pada protes. Kalian tahu kan, jika mereka sudah berceloteh nggak ada lawan.” Kejora dan Alam langsung tertawa mengingat Satria, Angkasa juga Lintang.

Setelah itu, Kejora membereskan beberapa alat fotografinya. Berpamitan pada klien juga teman-temannya kemudian meninggalkan ballroom hotel.

“Ayumi, aku ke toilet dulu,” izin Samudra begitu melihat Kejora mulai meninggalkan ballroom. Tanpa curiga sedikit pun Ayumi mengangguk.

Sedangkan Samudra semakin mempercepat langkah mengejar Kejora. Sayangnya ia kalah cepat karena Kejora sudah masuk ke dalam lift.

Tak kehabisan akal, Samudra memilih menggunakan tangga demi bisa bertemu dengan bed partner semalamnya itu.

Sesaat setelah berada di area parkir, Kejora berhenti sejenak. Mengerutkan kening lalu memutar badan kemudian bergumam, “Seperti ada yang membuntutiku.”

Kejora geleng-geleng kepala. Baru saja ia membuka pintu mobil, suara berat seseorang membuat keningnya berkerut tipis.

“Tunggu!!”

“Siapa ya?” gumam Kejora kemudian berbalik badan. la tak bisa melihat jelas siapa sosok pria itu karena berada di tempat yang sedikit gelap.

Akan tetapi, begitu Samudra menghampiri, momy dari Satria, Angkasa juga Lintang itu seketika mematung. Bahkan menelan ludah saja ia kesulitan.

“Kejora Aurora,” sebut Samudra dengan senyum penuh arti.

“Maaf, Anda salah orang, Pak,” sahut Kejora.

Pura-pura tak tahu dipilih Kejora demi menghindari Samudra. Khawatir jika pria itu tahu keberadaan sang anak. Takut jika mereka akan dipisahkan.

Tak ingin berlama-lama, Kejora langsung masuk ke dalam mobil. Menyalakan mesin kemudian meninggalkan tempat itu.

“Ah! Mana mungkin aku salah orang, dia pasti Kejora,” ucap Samudra kecewa.

.

.

.

Setibanya di rumah, Kejora langsung menuju kamar. Memandangi Satria, Angkasa dan Lintang yang sedang tertidur bersama Kayana.

‘Momy takut jika dia akan merebut kalian dari momy.’

“Kejora,” tegur bu Hanifa. “Ada apa, Nak, kenapa kamu terlihat gelisah begitu.”

“Nggak apa-apa, Mah. Tidurlah, jangan khawatirkan aku,” balas Kejora lalu akan melangkah. Namun, dengan cepat bu Hanifa memegang bahunya.

“Kejora, mama belum pernah melihatmu segelisah ini.”

“Aku baik-baik saja, Mah.” Kejora cepat-cepat ke ruangan kerja yang tak jauh dari kamar.

Bu Hanifah menatap nanar punggung sang putri. Seketika ia merasa bersalah karena pernah mengabaikan Kejora kala itu.

“Pasti ada sesuatu yang disembunyikan. Apalagi sejak tadi dia terus memandangi anak-anaknya.”

Di ruangan kerja, Kejora memijat kening merasa pusing. Tak habis pikir bagaimana bisa, ia secara kebetulan bertemu dengan Samudra.

Padahal sudah bertahun-tahun ia melupakan pria itu. Namun, pertemuan itu tadi membuatnya cukup terkejut.

“Jangan sampai dia tahu jika Satria, angkasa juga Lintang adalah anaknya. Ya Tuhan, aku harus bagaimana?”

.

.

.

Apartment Mario ....

Sang asisten dibuat kesal karena bel pintu tak henti-hentinya berbunyi. Saat membuka benda itu, alisnya bertaut.

“Ada apa kamu kemari? Apa kalian bertengkar hebat lagi,” cecar Mario.

Tak ada jawaban dari Samudra, ia malah menghampiri sofa lalu berbaring.

“Malam ini aku menginap di sini. Oh ya, cari tahu lagi tentang gadis itu, titik,” tegas Samudra tak ingin di bantah.

Mario geleng-geleng kepala, tak habis pikir. Sudah lima tahun berlalu, akan tetapi sang produser masih mencari tahu tentang Kejora.

“Merepotkan saja!” Mario meninggalkan Samudra yang tetap bergeming di tempat. Mungkin saja ia sudah tertidur dengan segala beban pikiran yang sedang berkecamuk.

...----------------...

Terpopuler

Comments

nDutz👏²²¹º

nDutz👏²²¹º

itu ibu nya ada lagi.. kata nya marah thor🤔

2024-05-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!