7. BTT (My Triplets)

Beberapa jam sebelum anak-anak pulang sekolah, Samudra datang lebih awal ke TK Noah demi bertemu dengan Angkasa, Satria dan Lintang.

Ia sempat berbincang santai dengan guru-guru di sekolah itu sekaligus mencari tahu info tentang anak-anaknya itu.

Tak lama berselang lonceng sekolah berbunyi. Senyum Samudra langsung terlukis diwajah. Seolah tak sabar ingin bertemu dengan anak-anaknya.

Dari jarak yang tak terlalu jauh, Satria berhenti sejenak saat melihat Samudra melambaikan tangan ke arahnya.

“Kakak, ada apa?” tanya Angkasa ikut berhenti. Satria mengarahkan telunjuk pada Samudra.

Angkasa dan Lintang yang masih terlihat bengong mengikuti arah telunjuk Satria. Angkasa langsung tersenyum lalu membalas lambaian tangan Samudra. Ia kemudian mengajak Satria dan Lintang menghampiri pria itu.

“Uncle,” sebut Angkasa.

“Kak Angkasa, Momy bilang jangan terlalu dekat dengan orang asing!” protes Lintang sambil menyipitkan mata.

“Iya, tapi kemarin Momy bilang nggak semuanya orang asing itu jahat,” timpal Angkasa.

Mendengar pembicaraan dua bersaudara itu, Samudra merasa gemas. “Uncle bukan orang asing atau pun jahat. Uncle teman baiknya Momy kalian, kok,” kata Samudra meyakinkan kemudian mengelus kepala anak-anaknya.

Satria, Angkasa juga Lintang saling berpandangan. “Beneran, Uncle!”

Samudra mengangguk lalu mengajak ketiganya mengobrol sembari menunggu jemputan. Entah, mungkin ikatan batin mereka begitu kuat, ketiga bocah itu langsung bisa beradaptasi dengan Samudra.

“Kalian boleh memanggilku, uncle Samudra.”

“Ok, Uncle Samudra!”

Layaknya anak dan ayah yang sudah lama terpisah dan baru bertemu, mereka tampak akur bahkan sesekali tertawa bersama karena Samudra begitu pintar mengambil hati Satria, Angkasa juga Lintang.

“Oh ya, apa Daddy kalian yang akan menjemput?” selidik Samudra.

“No Uncle, kami belum pernah bertemu Daddy,” ungkap Satria.

“Loh, kenapa?”

“Momy bilang, Daddy kerjanya jauh banget. Tapi, Momy nggak pernah kasih tahu tempatnya di mana,” timpal Lintang.

“Apa kalian nggak kangen?” tanya Samudra dengan perasaan sedih.

“Kangen Uncle!” jawab Angkasa, Satria juga Lintang serentak.

Sepasang mata Samudra langsung berkaca-kaca. Ia langsung memeluk ketiga anaknya dengan perasaan sedih sekaligus merasa bersalah.

‘Maafkan Daddy, Sayang,’ batin Samudra.

Dari arah pintu gerbang sekolah, Kejora sempat mematung memandangi Samudra juga anak-anaknya yang terlihat begitu dekat.

Perlahan Kejora melanjutkan langkah menghampiri mereka dengan perasaan khawatir.

“Satria, Angkasa, Lintang,” sebut Kejora memanggil nama sang anak.

Mendengar suara itu, Samudra tersenyum penuh arti. Melepas dekapannya lalu menggendong Lintang.

“Ah, Momy Kejora sudah datang,” kata Samudra sambil menatap Kejora lalu mengedipkan mata disertai senyum manis.

Dengan terpaksa Kejora membalas senyum Samudra. Menatap anaknya lalu berkata, “Sebelumnya Momy pesan apa pada kalian?”

“Kami ingat kok, Momy. Tapi, Uncle Samudra bukan orang asing, dia teman baiknya Momy. Benar kan, Uncle.” Satria mendongak menatap Samudra kemudian pada Kejora.

Ungkapan polos sang putra seketika membuat Kejora geram. Namun, ia tetap bersikap santai seolah membenarkan ucapan Satria.

Sedetik kemudian Samudra mengajak mereka meninggalkan tempat itu menuju mobil. Ia kemudian menurunkan Lintang. Membuka pintu mobil lalu menyuruh gadis kecil itu masuk. Pun begitu dengan Satria dan Angkasa.

Ketiganya malah menurut patuh bahkan melambaikan tangan begitu sudah duduk manis di dalam mobil.

“Thank you, Uncle,” ucap ketiganya.

“Sama-sama, Sayang,” balas Samudra lalu menutup pintu mobil.

“Kejora, apa kita bisa bicara secara empat mata? Aku nggak memaksa harus hari ini. Tapi, di lain waktu. Jangan berpura-pura lagi seolah nggak mengenalku. Aku tahu kamu menghindar karena ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku.”

Samudra membukakan pintu mobil untuk Kejora. Akan tetapi, gadis itu masih bergeming sambil menatap wajah Samudra.

“Masuklah, anak-anak sudah menunggu,” bisik Samudra dengan senyum tipis.

“Bye bye Uncle Samudra.” Lintang, Angkasa dan Satria kembali melambaikan tangan dengan senyum sembringah.

.

.

.

Beberapa jam berlalu ...

Di kantor, Samudra seolah merasa puas setelah bertemu dengan anak-anaknya. Bahkan membuat Kejora tak bisa berkutik

“Yes, ini baru permulaan, calm down Samudra. Perlahan tapi pasti,” gumam Samudra sambil senyum-senyum membayangkan wajah menggemaskan putra putrinya.

Tak lama berselang seseorang mengetuk pintu lalu masuk ke ruangan itu. Tak sendirian melainkan berdua.

Dengan santai Samudra tersenyum sinis, menatap pria yang kini sedang berdiri di hadapannya dengan wajah tertunduk lesu.

“Pak, ini orangnya,” bisik Dandi.

Samudra mengangguk, memberi isyarat pada Dandi supaya meninggalkan mereka berdua. Samudra beranjak dari tempat duduk. Berpindah tempat ke depan meja lalu bersandar.

“So, sejak kapan kamu menjadi secret detektif Ayumi?” cecar Samudra. “Apa kamu sadar dengan siapa kamu berhadapan!”

“Maafkan saya, Pak,” ucap pria itu.

“Aku bisa saja menghancurkan karirmu. Tapi, aku nggak setega itu. Jika kamu masih ingin karirmu berlanjut maka, jangan coba-coba mengusikku dan gadis itu. Jangan menyebarkan fitnah hanya karena ingin menaikkan rating, mengerti!” pungkas Samudra dengan nada dingin.

Pria itu bergeming sambil mengangguk lalu berkata dengan lirih, “Baik, pak.”

“Pergilah, jika sampai orang suruhanku melihatmu lagi membuntuti ku, maka kamu akan tahu akibatnya!” peringat Samudra dengan tatapan menghunus tajam.

Pria itu kembali mengangguk kemudian meninggalkan ruangan Samudra dengan perasaan takut.

Sementara Kejora yang sedang sibuk mengedit gambar dan video, seketika menghentikan aktivitasnya sejenak karena alarm ponselnya berbunyi.

“Oh My God, aku hampir saja lupa jika hari ini anak-anak ada undangan dari Cassie,” gumam Kejora kemudian menepuk jidat. Ia meminta salah satu partnernya melanjutkan pekerjaannya.

Setelah mendapat izin, ia pun buru-buru meninggalkan studio 3 sambil membawa kamera.

Pemandang yang tersaji didepan mata tadi siang di sekolah, menimbulkan berbagai pertanyaan dibenak Kejora. Bagaimana Samudra bisa tahu jika Satria, Angkasa dan Lintang bersekolah di TK Noah.

“Apa dia seorang mafia? Ya Lord!” gumam Kejora sambil geleng-geleng kepala lalu tak sengaja menabrak seseorang. “Maaf.”

Kejora sedikit mendongak. Seketika matanya langsung membulat saat tahu siapa yang ada di hadapannya saat ini. Ia mundur satu langkah kebelakang.

“Apa kamu bekerja di sini?” tanya Samudra pura-pura tak tahu disertai senyum penuh arti.

“Ya,” jawab Kejora singkat kemudian akan berlalu. Namun, dengan cepat Samudra memegang lengan Kejora.

“Lepasin nggak!” protes Kejora menahan geram.

“Calm down, Baby. Ingat, ini kantor.” Samudra memberi isyarat dengan dagu.

Sadar jika saat ini mereka berdua menjadi pusat perhatian, Kejora lagi-lagi hanya bisa pasrah sekaligus menuruti Samudra.

“Ikutlah denganku,” bisik Samudra.

Sesaat setelah keduanya berada di parkiran, Samudra tetap meminta Kejora menuruti permintaannya. Dengan terpaksa gadis itu hanya menurut meski batinnya menolak.

“Tolong antar aku ke Jalan Teuku Cik Ditiro, tepatnya di Restoran Bunga Rampai,” pinta Kejora begitu keduanya berada di dalam mobil.

“Restoran Bunga Rampai, apa ada acara spesial?”

“Hanya perayaan ulang tahun teman sekolah anak-anakku.” Kejora menghela nafas lalu menatap keluar jendela mobil.

‘Ya Lord, aku merasa seperti menjadi tahanan pria ini. Apa dia menguntitku tadi?’ batin Kejora.

Di sepanjang perjalanan menuju restoran, Kejora hanya diam dengan pandangan mengarah ke jendela mobil. Sedangkan Samudra sesekali melirik gadis itu dengan senyum tipis.

Setibanya di lokasi tujuan, Kejora tak lupa berterima kasih. Ia pun pamit lalu meninggalkan Samudra.

Tanpa sepengetahuan Kejora, diam-diam Samudra mengekori gadis itu hingga berada di tempat acara.

Sudut bibirnya melukis senyum memandangi anak-anak di pesta itu. Nalurinya sebagai ayah seketika bergejolak ingin ikut bergabung.

“Momy, kenapa telat?” protes Lintang begitu Kejora mendekat.

“Maaf, Momy sedikit sibuk, Sayang. Jangan ngambek nanti cantiknya luntur. Lagian momy tetap datang demi kalian. Oh ya, Aunty Kay ke mana ya?”

Tanpa menjawab, sang putri tiba-tiba meninggalkan Kejora sehingga membuatnya sedikit bingung.

“Lintang, mau ke mana dia?” ucap Kejora. Ekor matanya mengikuti jejak langkah gadis cilik itu.

Ia kembali mematung memandangi Satria dan Angkasa sedang tertawa bersama Samudra. Belum lagi Lintang yang ikut bergabung.

‘Aku nggak bisa memungkiri bahkan nggak bisa mengelak jika ditubuh Lintang, Satria dan Angkasa mengalir darahmu. Ya Tuhan, aku harus bagaimana?’

...----------------...

Terpopuler

Comments

Mazree Gati

Mazree Gati

pindah kota aja kejora,,samudra punya istri

2024-11-25

0

sur yati

sur yati

sabarrr kejora

2024-02-11

0

Dlaaa FM

Dlaaa FM

Lanjutannnnnnn

2023-12-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!