Hidup adalah pilihan. Banyak hal yang harus dipertimbangkan agar tak salah memilih. Pun begitu dengan setiap wanita memiliki banyak tantangan hidup.
Seperti itulah seorang Kejora. Meski harus berjuang sendiri dalam keadaan hamil, ia tetap semangat menjalani hidup. Mengumpulkan pundi-pundi uang demi baby triplets.
Setelah lulus kuliah, ia memilih resign dari tempat kerjanya dan memilih fokus menjadi seorang fotografer sekaligus video editing sesuai jurusan kuliahnya.
Tak jarang tawaran silih berganti berdatangan. Berkat tangan dingin serta kepiawaiannya dalam memotret. Terinspirasi dari sang calon bayi, Kejora membuka jasa foto portrait dan video editing untuk baby newborn, prewedding juga pernikahan.
.
.
.
PH SMB kota Nagoya ....
“Argh! Apalagi ini? Kenapa perutku mules banget,” keluh Samudra sambil memegang perut. Keringat turut bercucuran di wajah.
Selang beberapa menit kemudian Mario masuk ke ruangan itu membawa sesuatu. Pria itu langsung tergelak memandangi Samudra yang sedang mengerang kesakitan.
“Kamu kenapa lagi, apa masih merasakan mual? Lama banget sembuhnya. Apa harus ke dukun? Soalnya ke dokter pun pasti didiagnosa asam lambung,” pungkas Mario disertai gelak tawa.
“Ck! Entahlah, sejak pagi perutku mules banget. Parahnya, nggak bisa BAB sakitnya nggak beraturan,” jelas Samudra sembari menyeka keringat lalu mengatur nafas. “Oh ya, kapan kamu tiba dari Jakarta, apa kantor di sana baik-baik saja? Lalu ... apa kamu sudah mendapatkan informasi tentang Kejora?”
“Let's see, Bro.” Mario memberikan map yang di bawanya tadi kepada Samudra. “Semua yang ingin kamu tahu ada di dalam map itu.”
Sambil menahan sakit, Samudra meraih map. Membuka benda itu kemudian mulai membaca informasi tentang gadis yang sudah mencuri hatinya. Tak perduli dengan statusnya yang sudah memiliki istri.
“Kebetulan sekali.” Senyum Samudra seketika terbit. Tak menyangka jika profesi Kejora tak jauh-jauh dari dunia entertainment. “Mario, apa dia masih bekerja di Colosseum Jakarta? Dan, apa benar ini alamat rumahnya?”
Mario menaikkan alis, menghela nafas lalu berkata, “Sayangnya sudah nggak. Setelah lulus kuliah, dia resign dari club' itu. Aku juga sempat ke alamat kos-kosannya. Tapi, dia sudah pindah sembilan bulan yang lalu.”
“Padahal dalam waktu dekat, aku akan bertolak ke Jakarta. Entah mengapa aku merasa seperti terikat dengan gadis itu.”
“Hahahaha .... Woi! Ingat status juga umur Pak! Ayumi mau kamu kemanakan, hah!” ledek Mario tak habis pikir.
“Jangan pura-pura nggak tahu tentangku dan Ayumi, Mario. Aku merasa pernikahan kami sudah terasa hambar. Bisa diibaratkan hanya menunggu bom waktu.”
Dari balik pintu, Ayumi mengepalkan kedua tangan. Mengetatkan rahang merasa geram. Bukan salah Samudra melainkan dirinya. Ia tahu benar mengapa sang suami mulai bersikap dingin padanya
“Siapa gadis itu? Nggak akan aku biarkan dia merebut suamiku! Jadi, ini alasannya dia sering menolak bercinta denganku?!”
.
.
.
Di ruang operasi, Kejora mengatur nafas. Mengelus perut sekaligus menenangkan baby triplets yang sejak tadi bergerak aktif.
Sesekali Kejora meringis menahan sakit ketika merasakan suntikan di punggung.
‘Sayang, maafkan Momy, ya. Meski tanpa ayah, kita harus kuat. Sebentar lagi kita akan bertemu,’ batin Kejora
Benaknya kini malah memikirkan bu Hanifa, sang Mama. Wanita paruh baya itu sangat malu, marah sekaligus kecewa setelah tahu Kejora hamil di luar nikah bahkan tanpa suami.
Sejak saat itu pula, bu Hanifa sudah tak pernah lagi ke Jakarta mengunjungi Kejora bahkan sama sekali tak menghubungi sang putri.
Meski begitu Kejora tak pernah mengambil hati. Ia tetap rutin mengirim uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sang Mama juga adiknya.
“Kejora,” tegur Nabila yang baru saja selesai memberikan suntikan anastesi epidural.
Lamunan panjang Kejora seketika membuyar. Dengan cepat ia menyeka air mata.
Sedih? Tentu saja. Tak ada suami juga Mama atau pun adik yang mendampingi di sisinya saat ini.
“Kita tunggu sepuluh hingga dua puluh menit, ya,” sambung Nabila sambil mengelus pundak menyemangati Kejora.
“Kejora, jangan merasa jika kamu sendirian. Ada aku dan Nabila. Semangat ya, demi baby triplets,” timpal Cakra yang sejak tadi turut menemani.
Kejora mengangguk merasa terharu. “Makasih ya, Cakra, Nabila. Selama ini aku sudah banyak merepotkan kalian.”
“Nggak apa-apa Kejora. Lagian ini juga sudah menjadi tanggung jawab kami. Aku, Nabila, kamu juga triplets adalah keluarga,” timpal Cakra lagi dengan tulus.
*********
Ketika proses caesar mulai dilakukan oleh Cakra, Nabila tetap berdiri di sisi Kejora. Mengajaknya mengobrol sekaligus memberikan semangat.
Tegar ...
Itulah kata yang tepat untuk Kejora. Ia tak menyalahkan Samudra atau pun bu Hanifa. Bukan sepenuhnya juga salahnya.
Ia rela menjual diri demi menyelamatkan nyawa sang adik. Dan, sampai detik ini alasan itu tak pernah ia ungkapkan pada bu Hanifa.
Air mata Kejora seketika menetes tak kalah mendengar suara lengkingan bayi menggema di ruangan itu.
“Bayiku,” ucap Kejora nyaris tak terdengar.
“Bayi pertama, cowok, Kejora,” kata Cakra.
Selang beberapa menit kemudian, Cakra kembali memberitahu jika bayi kedua juga cowok dan yang ketika adalah cewek.
Bahagia, sedih, terharu, semuanya menjadi satu. Kejora seolah sudah tak sabar ingin memeluk ketiga bayinya.
“Selamat ya, Kejora,” ucap Nabila dan Cakra bergantian. Pun begitu dengan perawat yang membantu Cakra.
.
.
.
“Ada apa dengan diriku? Kenapa aku merasa gelisah begini?” gumam Samudra merasa frustasi. Melirik jam di dinding yang kini telah menunjukkan pukul tujuh malam waktu Nagoya.
Alisnya berkerut tipis saat baru menyadari rasa mules yang sejak tadi menyiksa dirinya sudah tak terasa lagi.
“Honey.” Ayumi langsung memeluknya.
Seperti sebelumnya, pelukan hangat dari sang istri disambut dingin oleh Samudra. Melepas kedua tangan yang melingkar di perut lalu berbalik badan.
Samudra tersenyum memandangi Ayumi yang saat ini mengenakan lingerie. “Kamu nggak sakit kan?”
“Nggak, aku baik-baik saja,” balas Ayumi. Ia kembali memeluk Samudra. “Honey, aku menginginkanmu.”
“Lain kali saja, ya, soalnya aku sangat lelah.” Alasan yang sama seperti sebelum-sebelumnya.
“Aku sudah nggak lanjut suntik KB sejak sebulan yang lalu. Kamu bilang menginginkan anak. Sekarang aku sudah siap, Honey.”
“Sayangnya, hari ini aku sangat lelah. Bahkan nggak bergairah,” tolak Samudra kemudian melepas dekapan sang istri lalu meninggalkan kamar.
Ia memilih ke ruangan kerja. Berbaring di sofa sembari memejamkan mata.
‘Kejora, bagaimana kabar juga keadaanmu di sana? Ah, bodohnya aku kala itu lupa bertukar nomor ponsel denganmu.’
Sementara di kamar, Ayumi begitu kesal. Untuk yang kesekian kalinya Samudra menolak bercinta dengannya.
Jika Samudra dan Ayumi kini bersitegang, beda halnya dengan Kejora yang sedang berbahagia sekaligus terharu memeluk ketiga bayinya.
“Kita akan merawat serta membesarkannya bersama-sama,” tutur Cakra dan di amini oleh Nabila.
“Apa kamu sudah memiliki nama untuk baby triplets?” tanya Nabila.
“Ya, Satria, Angkasa dan Lintang,” jawab Kejora seraya mengelus kepala baby triplets satu per satu.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Jeni Safitri
Wah nama yg bagus
2024-02-26
1