Seperti Tertangkap Basah

Sheza tampak tak beranjak dari sisi sang mama. Usapan di punggung mama nya terus saja dia lakukan guna menenangkan wanita yang telah melahirkannya itu.

Seperti biasa, mama Vika akan tetap menangis setiap kali mengunjungi makam oma, masih jelas teringat semua kenangan indah bersama sang ibu. Setelah berdoa dan menaburkan bunga segar di atas pusara, kini mereka bersiap, untuk pulang.

Sheza masih merangkul mama Vika sambil menenangkannya. Kali ini mama Vika dan Sheza duduk bersisian di jok belakang, dan Javier yang pindah ke depan

Setelah mama Vika cukup tenang, baru lah Sheza mengulurkan sebotol air mineral. Perjalanan pulang kali ini tidak ada obrolan yang terjadi. Tak lama kemudian mereka sudah tiba di rumah. Setelah turun mereka langsung masuk ke kamar masing-masing untuk membersihkan tubuh

Sheza memasuki kamarnya dan segera berlalu ke kamar mandi. Disini masih terdapat banyak pakaian Sheza, karena itulah dia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Setelah selesai, kini gadis itu tampak lebih segar

Dia melangkah menuju ruang tengah dan melihat orangtua beserta adiknya Javier telah berkumpul disana.

"Kita minum teh ya, sudah lama kita tidak berkumpul seperti ini" ujar Sheza ceria

"Halah, baru juga seminggu" celetuk Javier yang membuat Sheza melayangkan tatapan tajamnya

"Boleh, Se" ujar papa Rega

Gadis itu kemudian berjalan ke dapur dan meminta bantuan pelayan untuk membuatkan teh, sementara dirinya menyiapkan cemilan. Sheza menata beberapa potong kue ke dalam dua buah piring kecil.

Setelah semuanya tersusun di dalam nampan, Sheza lalu kembali ke ruang tengah

"Terimakasih, bik" ucapnya seraya berjalan keluar dari dapur

Sore itu suasana kembali menghangat dengan berbagai obrolan yang mengalir di tengah keluarga itu

Pukul 7 malam Sheza berpamitan untuk pulang. Dia tidak ikut makan malam di rumah karena masih kenyang.

"Hati-hati ya, Se. Kabari kalau kamu sudah sampai" ucap mama Vika sambil mencium pipi kiri dan kanan Sheza

"Iya, Ma. Sheza pulang dulu ya"

"Jangan ngebut, Kak" nasehat Javier

"Iya, tenang" kekeh Sheza

Mobil Sheza pun perlahan meninggalkan pekarangan rumah. Saat melewati supermarket, dia memutuskan untuk berhenti.

Setelah mengambil troli, Sheza berjalan menuju rak makanan ringan. Dia mengambil beberapa camilan kesukaannya, lalu lanjut ke bagian kebutuhan sehari-hari seperti peralatan kamar mandi dan sebagainya. Sheza mendorong troli nya sambil memperhatikan rak di kanan dan kirinya

Saat matanya menatap lurus ke depan disana dia terpaku saat netranya menangkap sosok sang suami tengah tertawa dengan seorang wanita cantik yang senantiasa bergelayut manja di lengannya. Tiba-tiba pria itu menoleh ke arahnya dan seketika tawanya terhenti. Pria itu tampak terkejut melihat kehadiran Sheza. Dia seolah sedang tertangkap basah

Keduanya tampak saling pandang beberapa detik, sebelum akhirnya Sheza memutuskan kontak matanya dengan Keenan dan beralih menatap sosok cantik di samping sang suami. Namun sepertinya gadis itu tidak menyadari lantaran dia sibuk dengan bahan-bahan kue yang ada di depannya.

Hal itu juga tidak lama Sheza lakukan, hanya beberapa detik. Setelah memastikan dengan jelas rupa si gadis yang menggandeng suaminya. Dia kemudian melewati Keenan dan Indira begitu saja, tidak ada senyuman atau sapaan. Dia berlalu begitu saja layaknya tidak saling mengenal

Jadi ini kesibukannya.

Batin Sheza sambil terus mengambil barang yang dia butuhkan

"Aku akan ambil cokelat yang ini, kamu suka brownies yang aku buatkan waktu itu kan, sayang?"

Sheza masih bisa mendengar suara Indira yang sudah pasti ditujukan kepada Keenan

Namun tanpa Sheza sadari, Keenan dari tadi justru terus menatap punggungnya. Karena posisinya saat ini membelakangi kedua sejoli itu. Pria itu dapat merasakan kekecewaan di mata Sheza saat tadi menatapnya

"Sayang!" panggil Indira karena merasa Keenan tidak menjawab pertanyaannya

"Oh iya, aku suka" balas Keenan seadanya

Sheza berjalan ke arah sabun mandi dan hendak mengambil merk yang biasa dia pakai. Namun letaknya yang cukup tinggi membuat Sheza sedikit kesulitan mengambilnya.

Keenan hendak berjalan menuju Sheza untuk membantu gadis itu, namun langkahnya terhenti saat ada seorang pria tampan yang mendekati Sheza dan membantu mengambilkan sabun tersebut

"Eh" gadis itu tampak terkejut saat ada tangan yang membantunya

"Ini" ujar sang pria

"Terimakasih banyak" ucap Sheza tersenyum sopan

Pria tampan itu membalas senyum Sheza tak kalah manis. Tatapan terpana jelas terlihat di wajah pria asing itu. Dan itu terlihat jelas di mata Keenan

Entah kenapa dia merasa terganggu dengan tindakan si pria asing yang telah membantu Sheza

"Ayo sayang. Aku sudah selesai" ucap Indira membuat Keenan mengalihkan tatapannya dari Sheza

"Oh iya, ayo"

Keenan masih mencuri pandang ke arah Sheza. Pria yang tadi bersamanya kini sudah hilang entah kemana. Setidaknya hal itu cukup membuat Keenan sedikit lebih tenang

"Sayang, kamu kenapa diam saja?" tanya Indira saat sudah di mobil

"Tidak ada, mungkin hanya sedikit lelah"

"Maaf ya, aku membuatmu tambah lelah" Indira menggenggam tangan Keenan

Pria itu hanya mengulas senyum tipis

"It's okay"

"Kita makan dulu ya, setelah itu baru pulang" ajak Indira

"Baiklah"

Mereka berhenti di salah satu restoran yang cukup terkenal di kota ini. Indira tidak kunjung melepaskan genggaman tangan mereka

Suasana di dalam restoran cukup ramai, membuat mereka harus memperhatikan dengan jeli akan keberadaan meja yang kosong

Setelah duduk, mereka pun mulai menyebutkan pesanannya kepada waiters

Saat sedang berbincang dengan Indira, mata Keenan tak sengaja menatap ke arah gadis cantik yang sedang berjalan sendirian menuju meja kosong yang tidak jauh dari mereka. Gadis itu adalah Sheza. Namun sepertinya dia tidak menyadari keberadaan Keenan karena hanya sibuk dengan ponselnya

Saat sedang menikmati makan malamnya tiba-tiba datang seseorang yang menghampiri meja Sheza

"Dokter Sheza!" bukan hanya Sheza, tapi Keenan juga ikut menoleh saat suara seseorang tersebut memanggil Sheza

"Dokter Sean" sapa Sheza kebingungan

"Kamu sendirian?"

"Oh iya" jawab Sheza tersenyum canggung

"Boleh saya gabung disini? tempat yang lain sudah penuh" ujar Sean

"Boleh dok, silahkan"

Seperti biasa, Sheza merasa sangat canggung saat sedang berdua dengan Sean

"Bukankah rumah dokter Sheza cukup jauh dari sini?" tanya Sean membuka suara

"Saya hanya kebetulan lewat"

"Oh"

"Dokter sendiri tinggal di daerah ini?"

"Iya, apartemen saya di seberang sana" tunjuk Sean pada apartemen mewah yang terletak di seberang restoran

Sheza hanya mengangguk pelan

Interaksi keduanya tidak luput dari pandangan Keenan

Selesai makan, Sean memanggil seorang waiter untuk membayar tagihannya

"Tolong gabungkan tagihan kami berdua" ucap Sean

Saat akan membayar tiba-tiba Sheza menahannya

"Biar saya saja, dok" ujar Sheza sambil mengeluarkan kartu miliknya

"Saya saja" ujar Sean sambil menyerahkan beberapa lembar uang kepada waiter

Dengan reflek Sheza menahan tangan Sean dengan cara memegangnya. Membuat pria tampan itu menatapnya

Sadar akan perbuatannya, Sheza segera melepaskan tangannya dengan ekspresi terkejut.

Astaga apa yang aku lakukan.

"Maaf dok, saya tidak bermaksud. Saya merasa tidak enak kalau ditraktir lagi oleh dokter. Jadi kali ini biar saya yang bayar" ucap Sheza dengan ekspresi yang terlihat lucu di mata Sean

Pria itu tersenyum untuk pertama kalinya kepada Sheza

Kesempatan itu digunakan Sheza untuk memberikan kartu miliknya.

"Ini, mbak"

Setelah selesai sang waiters pun mengembalikan kartu Sheza

"Terimakasih untuk traktirannya, dokter Sheza"

"Sama-sama dok"

"Ayo" ajak Sean, dan mereka pun segera bangkit. Itu bertepatan dengan Indira dan Keenan yang juga akan pergi

Untuk beberapa saat Keenan dan Sheza saling pandang

Kenapa aku berjumpa mereka lagi disini?

Batin Sheza tidak habis pikir

"Ayo dokter Sheza" ajak Sean

"Oh iya dok" Sheza dan Sean pun berjalan beriringan

"Saya pulang dulu dok, sampai jumpa" pamit Sheza sambil sedikit menundukkan kepalanya, pertanda dia menghormati pria itu sebagai atasannya

"Iya, Hati-hati"

Setelah mobil Sheza perlahan menjauh, Sean pun berjalan menuju apartemennya

"Sayang, kamu kenapa?" tanya Indira saat melihat wajah Keenan yang mengeruh

"Tidak apa-apa. Ayo, aku antar kamu pulang" ucap Keenan seadanya

Sementara itu Indira hanya menatap sang kekasih dengan bingung

Ada apa dengannya? batin Indira.

Terpopuler

Comments

Ray Aza

Ray Aza

laaahhh... bknnya udah prnh nganter sampe rmhnya? 😂

2024-05-09

0

Zabarra

Zabarra

sebaik²y perempuan akan menjadi tidak baik jika masih mau menjalin hubungan dengan suami orang, walau pada awalnya sang istri hanya hasil perjodohan.

2024-04-18

1

L B

L B

kenapa muka mu keruh ken seperti air cucian keset 😏 , yg bermesraan dengan kekasihnya itu kamu, sheza mah kagak. sheza tentu saja kecewa 😞 kamu bisa bebas berkencan dengan kekasihmu kapan saja, dia meminta waktu mu pada momen² tertentu saja, itupun tak bisa kau berikan 😩, tidakah kamu merasa keterlaluan😞. dia juga tidak ingin terjebak pernikahan denganmu, apalagi mendambakan cintamu
paling tidak hargai dia, mau berapa banyak kamu membuat dia menutupi aib mu. gelar mu tetap saja "peselingkuh" karena kamu sudah menikah.

2024-03-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!