Mencari dan Mengawasi

“Secepat itu?” Alma menatap tak percaya. Dia terus berdiri, sambil memegangi nampan berisi secangkir kopi untuk sang ayah.

“Sudah kukatakan, tak ada pekerjaan yang sulit bagi Jonathan Fletcher,” ucap Jonathan percaya diri. Dia beranjak dari meja kerja, lalu melangkah ke hadapan Alma. Pria itu mengambil cangkir dari nampan kayu.

“Lalu, siapa nama pemilik Mustang hitam itu?” tanya Alma pura-pura tidak tahu. Dia mendekat ke meja, sambil mendekap nampan di dada. “Apa boleh kutahu, Yah?”

“Kau bisa kupercaya,” ujar Jonathan, yang sudah kembali ke meja kerja. “Katakan pada ibumu, untuk menyiapkan segala yang kubutuhkan sebelum berangkat ke Meksiko.”

“Meksiko?” ulang Alma.

Jonathan mengangguk tegas.

“Kenapa harus ke sana?”

Jonathan mengembuskan napas dalam-dalam. Dia menatap sang putri. Bahasa tubuh pria berambut cokelat itu menyiratkan, bahwa dirinya sedang benar-benar serius. “Mustang yang ada di kamera pengawas, merupakan milik seorang pria asal Meksiko. Tepatnya di Jalisco. Aku dan Noah akan mencari informasi ke sana. Semoga perjalanan kami tidak sia-sia kali ini, karena aku harus meluangkan waktu untuk pergi ke ….”

Belum sempat Jonathan menyelesaikan kalimatnya, terdengar ketukan di pintu. Wajah cantik Juliana menyembul dari baliknya. “Apa kau tidak akan makan malam bersama kami, Sayang?”

“Pertanyaan macam apa itu?” Jonathan menoleh, sambil tersenyum kalem pada sang istri. “Aku harus menyelesaikan pekerjaan. Tinggal sedikit lagi. Tunggulah sebentar.” Pria itu memberi isyarat kepada Alma, agar keluar dari sana bersama Juliana.

Alma mengangkat kedua bahunya, sambil melangkah ke pintu. Dia meninggalkan sang ayah sendirian di ruang kerja. Gadis itu tersenyum, dan bersikap normal seperti biasa di hadapan Juliana. Padahal, pikirannya mulai terusik lagi. Si pemilik mata abu-abu tadi kembali mengkhawatirkan nasib Juan Pablo, meski dia belum mengenal baik pria asing tersebut.

Keesokan harinya, Jonathan sudah bersiap pergi ke bandara. Dia akan berangkat bersama sang rekan yang bernama Noah. Jonathan berpamitan kepada Juliana dan Alma, saat rekannya tersebut datang menjemput.

Sepeninggal Jonathan, Alma dan Juliana langsung masuk. Mereka tak tahu, bahwa sejak tadi ada sepasang mata yang terus mengawasi dari kejauhan.

Asap tipis mengepul, dari rokok yang tengah Juan Pablo isap. Seperti kemarin. Pria tampan berdarah Meksiko tersebut, berdiri di dekat pohon oak seberang rumah Jonathan. Sesekali, dia mengembuskan napas panjang. “Nyawamu adalah bayaranku, Jonathan Fletcher,” gumam pria bermata hazel itu, diiringi senyum tipis.

Juan Pablo mengalihkan perhatian ke area lain, sebelum ekor matanya menangkap bayangan Alma di dekat jendela lantai dua. Gadis itu tampak sangat ceria, saat bermain dengan anjing kecil kesayangannya.

Lagi-lagi, perhatian Juan Pablo tak dapat teralihkan dari si pemilik mata abu-abu tadi. Dia terus mengarahkan pandangan ke jendela lantai dua, hingga tanpa terasa rokok yang diisapnya hampir habis. Juan Pablo menjatuhkan sisa rokok itu ke tanah, lalu memadamkan dengan kaki. “Alma,” ucapnya pelan dan dalam, sambil memicingkan mata. Entah akan sampai kapan, dia mengawasi di sana.

Lebih dari satu jam, Juan Pablo terus berada di seberang rumah Jonathan. Tak bosan-bosan, pria itu memperhatikan gerak-gerik Alma yang bertingkah polos bersama anjingnya. Juan Pablo makin terlihat asyik, karena Alma membawa main hewan peliharaannya tadi di halaman depan.

Sementara itu, Jonathan dan Noah telah tiba di Meksiko. Setelah menempuh perjalanan udara yang terbilang singkat, mereka melanjutkan perjalanan ke Tequila-Jalisco. Keduanya berhenti di depan rumah megah khas perkebunan.

“Kuharap, kita tidak salah mengambil langkah,” ujar Noah setengah berbisik.

“Tidak ada salahnya mencoba,” balas Jonathan, seraya menekan bel pintu gerbang.

Tak berselang lama, seorang pria tergopoh-gopoh datang ke sana. Pria paruh baya tadi menatap penuh selidik, pada Jonathan dan Noah yang berdiri di luar pagar besi. “Anda berdua siapa?” tanyanya dalam Bahasa Spanyol.

Untungnya, Jonathan menikahi wanita asal Meksiko. Dia juga pernah tinggal di negara itu beberapa lama, sehingga suami Juliana tersebut sangat menguasai bahasa yang digunakan di sana. “Kami ingin bertemu dengan Tuan Ramos Guajardo,” jawab Jonathan sopan.

Pria paruh baya tadi langsung mundur beberapa langkah. Raut wajahnya tiba-tiba terlihat tegang.

“Bisakah kami bertemu dengan Tuan Ramos Guajardo?” Jonathan kembali menyebutkan nama itu.

Namun, si pria bukannya menjawab. Dia justru berbalik, lalu berlari ke dalam bangunan utama.

Jonathan dan Noah saling pandang dengan sorot tak mengerti. “Kenapa dia?” tanya Noah heran.

“Entahlah. Apa kita salah alamat?” pikir Jonathan seraya memeriksa secarik kertas, lalu menyamakannya dengan yang tertera di papan pada tembok dekat pintu gerbang. “Kurasa tidak,” gumam pria itu seperti pada dirinya.

“Kalau begitu, kenapa pria tadi bersikap aneh? Apa dia tahu bahwa kita dari ….”

Belum sempat Noah melanjutkan kata-katanya, seorang pria lebih dulu muncul di sana. “Ada yang bisa kubantu, Tuan-tuan?” tanya pria dengan penampilan jauh lebih rapi, dibanding yang tadi.

Jonathan dan Noah sontak menoleh. “Kami ingin bertemu dengan Tuan Ramos Guajardo. Apakah itu Anda?” tebak Jonathan sopan, tapi tetap penuh wibawa.

Pria berkemeja lengan pendek tadi berjalan mendekat ke pintu gerbang. Sebelum memberikan jawaban, dia menatap lekat penuh selidik pada kedua orang asing di hadapannya. Apa yang si pria lakukan, cukup membuat Jonathan dan Noah merasa risi.

“Siapa Anda?” tanya pria itu, dengan ekspresi tidak terlalu bersahabat.

“Namaku Ethan Grayson. Ini adalah rekanku Adam Stewart. Kami ingin membicarakan tentang mobil milik Tuan Ramos Guajardo yang ….”

“Mobil yang mana?” sela pria berkemeja lengan pendek tadi.

“Mustang hitam klasik. Mobil itu berkeliaran bebas di wilayah Las Vegas,” jelas Jonathan, yang mengaku sebagai Ethan Grayson.

Pria tadi menggeleng tegas, seolah menolak pernyataan Jonathan

“Izinkan kami masuk terlebih dulu. Kami datang secara baik-baik. Jangan khawatir,” bujuk Jonathan. Sikap serta nada bicaranya tetap sopan dan penuh wibawa.

“Apa jaminannya bahwa kalian bukanlah ….”

Sebelum pria tadi melanjutkan kata-katanya, Jonathan lebih dulu menyodorkan kartu identitas. Di sana, tertera bahwa dirinya merupakan petugas dari dinas perhubungan wilayah negara bagian Nevada.

“Carlos!” seru pria tadi, seraya mengembalikan kartu identitas yang Jonathan berikan.

Tak berselang lama, pria yang pertama menyambut kedatangan Jonathan dan Noah, kembali ke sana sambil tergopoh-gopoh. “Iya, Tuan. Ada apa?” tanyanya.

“Buka pintu gerbang. Biarkan mereka masuk,” titah si pria berkemeja lengan pendek tadi.

Saat pintu gerbang terbuka, Jonathan dan Noah langsung masuk. Mereka menyalami pria yang diduga sebagai Ramos Guajardo.

“Terima kasih, Tuan Ramos Guajardo,” ucap Jonathan.

Namun, pria berkemeja lengan pendek tadi segera menggeleng. “Maaf, aku bukan Ramos Guajardo,” bantahnya. “Namaku Frederico Guajardo. Adik dari orang yang Anda cari.”

Jonathan manggut-manggut. Dia meminta maaf, karena dirinya telah salah duga.

Beruntung, Frederico tidak mempermasalahkan hal itu. Pria tersebut justru mengajak Jonathan dan Noah agar mengikutinya masuk, lalu mempersilakan mereka duduk. “Boleh kutahu ada masalah apa dengan mobil kakak-ku?” tanyanya.

Sebelum memberikan penjelasan, Jonathan menunjukkan foto Mustang hitam yang dibawanya. Setelah Frederico membenarkan bahwa itu milik sang kakak, barulah Jonathan menjelaskan maksud kedatangannya.

“Anda mungkin sudah mengetahui, bahwa ada peraturan tentang kendaraan dengan plat luar negeri yang berada di Amerika. Masa tenggang dari izin kendaraan itu sudah habis. Akan tetapi, Mustang milik Tuan Ramos masih berkeliaran bebas di jalanan Las Vegas. Setelah kami selidiki, ternyata pemiliknya juga pernah melakukan penyuapan, terhadap salah seorang oknum petugas dari pihak kepolisian lalu lintas. Ini merupakan tindakan yang tidak dibenarkan," jelas Jonathan.

Frederico menautkan alis, mendengar penuturan Jonathan. Namun, pria itu tak segera berkomentar.

“Kami sudah memeriksa alamat yang tertera. Namun, di sana tak ada siapa pun. Setelah diselidiki lebih lanjut, akhirnya kami menemukan bahwa Tuan Ramos Guajardo ternyata tinggal di sini.” Jonathan kembali menjelaskan. “Bisakah kami menemuinya.”

Frederico tersenyum kecil. “Kakakku sudah meninggal lima belas tahun yang lalu.”

Terpopuler

Comments

Aurizra Rabani

Aurizra Rabani

selalu gak bisa ketebak, aih 🤦‍♀️

2023-12-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!