Gadis Berambut Cokelat

Lima belas tahun kemudian

Iring-iringan lima sedan mewah, berhenti di depan gedung tempat diadakannya kampanye salah satu partai politik ternama di Amerika. Dari dalam sedan hitam nomor urut tiga, keluar seorang pria paruh baya mengenakan setelan jas rapi. Kehadirannya disambut antusiasme para pendukung. Terlebih, saat pria itu naik ke podium untuk memberikan kata sambutan. Pria tadi adalah Richard Bennett, calon ketua umum baru dari partai tersebut.

Richard melambaikan tangan diiringi senyum terkembang. Rona kebahagiaan terlihat jelas. Namun, baru saja dirinya mengeluarkan secarik kertas, pria berambut pirang itu tiba-tiba ambruk dengan luka tembak tepat di kening.

Suasana yang awalnya kondusif, berubah menjadi ricuh. Para simpatisan berhamburan dari sana. Mereka melarikan diri karena mengira akan ada penyerangan. Situasi kacau seperti itu, membuat para pengawal pribadi serta petugas keamanan yang berjaga menjadi kebingungan. Mereka mengedarkan pandangan, mencari titik lokasi yang diduga menjadi tempat persembunyian sang penembak.

“Sisir semua atap gedung sekeliling area ini!” titah seorang kepala keamanan, pada beberapa anak buahnya. Pria itu berpikir bahwa sang penembak berada di tempat, yang dirinya sebutkan tadi.

Tanpa mengeluarkan bantahan, beberapa orang langsung bergerak cepat ke tempat-tempat yang diarahkan oleh si pria.

Sementara itu, seorang pria berkacamata hitam berdiri tenang sambil mengisap rokok. Dia mengepulkan asap tipis ke udara, lalu menyunggingkan senyum samar. Pria berjaket kulit dengan celana jeans tadi membalikkan badan, lalu berjalan menjauh dari sana. Beberapa saat kemudian, si pria berambut gelap tadi masuk ke mobil yang terparkir di pinggir jalan.

Pria berkacamata hitam itu meletakkan ransel di jok sebelah. Sebelum dirinya menyalakan mesin mobil, terdengar dering panggilan tidak terlalu nyaring.

“Hallo,” sapa si pria, sambil mengapit rokok di antara jari tengah dan telunjuk.

“Bagaimana, Juan?” tanya seseorang dari seberang sana.

“Sudah selesai, Paman. Aku akan pulang sekarang.” Pria yang tak lain adalah Juan Pablo, mengakhiri panggilan. Dia menyalakan mesin mobil, seraya kembali mengisap sisa rokoknya yang tinggal setengah. Mustang klasik warna hitam itu melaju perlahan, meninggalkan tempat parkir.

Beberapa saat kemudian, Juan Pablo menghentikan laju mobilnya di depan rumah bergaya Amerika, dengan dinding warna hijau sage. Juan Pablo keluar dari kendaraan sambil menjinjing ransel.

Di beranda depan, tampak Pedro yang sedang duduk tenang. Pria paruh baya itu tersenyum, melihat Juan Pablo telah kembali. “Duduklah di sini,” ajaknya, seraya menepuk bangku kayu di sebelah yang masih kosong.

Juan Pablo tak membantah. Dia langsung duduk di dekat Pedro, yang selalu dirinya panggil dengan sebutan 'paman'.

“Kau selalu bekerja dengan baik, Juan. Aku tahu bahwa dirimu memang memiliki keistimewaan.” Pedro melayangkan sanjungan kepada Juan Pablo.

“Aku berada di titik seperti saat ini karena dirimu, Paman.” Juan Pablo duduk sambil membungkukkan badan. Dia menoleh sekilas kepada pria paruh baya di sebelahnya.

“Aku hanya menjadi perantara. Selebihnya, kau yang menentukan jalan takdirmu, Nak,” ujar Pedro. Pria berambut cokelat itu terdiam sejenak. “Diriku sudah tua. Kau tahu bahwa aku tidak menikah. Apalagi memiliki anak. Tak ada keluarga dekat yang kumiliki selain dirimu, Juan.” Tatapan Pedro menerawang, pada halaman rumahnya yang asri.

Dalam beberapa tahun terakhir, Pedro telah mengundurkan diri dari dunia hitam. Dia menikmati hidup dalam ketenangan. Namun, pria itu tak membatasi Juan Pablo, yang masih aktif berkecimpung bersama Aliansi Killer X.

“Apa kau sudah menghubungi Jacob?” tanya Pedro, seraya mengalihkan perhatian kepada Juan Pablo.

Helaan napas panjang dan berat, meluncur dari bibir Juan Pablo. Dia mengubah sikap duduk, jadi bersandar pada sandaran bangku kayu. “Makin ke sini, Jacob makin menyebalkan. Kebijakannya terkadang benar-benar tak masuk akal. Kurasa, sebaiknya Paman sedikit menegur dan mengingatkan, agar dia tidak terlalu … aneh.” Juan Pablo mengernyitkan kening, setelah berkata demikian.

“Kau tahu bahwa aku sudah mengundurkan diri dari Killer X. Namun, dari dulu memang seperti itulah karakternya. Jacob merebut kekuasaan dari ketua sebelumnya yang bernama Melker. Kuakui bahwa dia memang memiliki kemampuan setingkat lebih baik. Akan tetapi, terkadang aku merasa bahwa pria itu membangun Killer X hanya demi keuntungannya.”

“Kau benar, Paman. Aku ….” Belum sempat Juan Pablo melanjutkan kata-katanya, dia lebih dulu mendapat satu pesan masuk dari Jacob.

[Luar biasa. Kau berhasil menghabisi Bennett. Itu artinya, tinggal satu lagi target kita. Abraham Moore]

Juan Pablo langsung membalas pesan tadi.

[Kapan?]

Di layar, terlihat tanda bahwa Jacob sedang mengetik. Tak berselang lama, satu pesan kembali masuk ke nomor Juan Pablo.

[Abraham pasti hadir di pemakaman Bennett. Dia akan bersandiwara di sana. Menjijikan]

Juan Pablo menggumam pelan, sebelum membalas pesan tadi. Setelah mengembuskan napas panjang, pria tampan bermata hazel itu kembali mengetik di layar ponsel.

[Berikan saja lokasinya. Aku akan bersiap di sana]

Setelah mengirimkan balasan, Juan Pablo memasukkan kembali ponselnya ke saku jaket bagian dalam.

“Siapa? Apa itu Jacob?” tanya Pedro ingin tahu.

Juan Pablo mengangguk samar. “Masih ada satu orang lagi yang menjadi target. Abraham Moore.”

“Abraham Moore,” ulang Pedro. “Kau harus bekerja dengan sangat rapi, dalam mengeksekusi orang itu. Abraham masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Jonathan Fletcher, seorang agen federal yang sangat berpengaruh dan terkenal cerdik,” terang pria paruh baya asal Meksiko tersebut.

“Apakah menurut Paman itu sangat berisiko?” tanya Juan Pablo, meminta pendapat Pedro.

Pedro tidak segera menjawab. Pria berambut cokelat tersebut menyunggingkan senyum samar. “Kenapa kau masih bertanya tentang risiko? Dengan berkecimpung dalam Aliansi Killer X, itu sudah membuat dirimu tak akan bisa duduk bersantai, sambil menikmati hangatnya cahaya matahari musim panas di tepi pantai.” Pedro tersenyum getir, diiringi gelengan pelan. “Kuharap, kau menikmati pekerjaan ini, Elang Rimba.” Dia berkata sambil menatap lekat Juan Pablo.

Elang Rimba merupakan julukan yang diberikan kepada Juan Pablo, karena pria tampan berkulit eksotis dengan rambut gelap itu memiliki pengamatan yang sangat tajam. Juan Pablo tak pernah gagal dalam mengeksekusi targetnya. Ketepatan serta akurasi yang dia miliki, selaras dengan senjata kesayangan yang selalu dirinya gunakan.

Ya, Juan Pablo memiliki senjata yang dibuat khusus untuknya, dengan peluru istimewa. Itu membuat dia menjadi incaran pihak agen federal. Namun, hingga saat ini tak pernah ada yang tahu, bahwa pembunuh bayaran berjuluk Elang Rimba tersebut adalah Juan Pablo Herrera.

Keesokan harinya

Suasana sendu tergambar jelas dalam upacara pemakaman Richard Bennett. Mereka yang ikut mengiringi sang politikus ke peraduan terakhirnya, tampak larut dalam kesedihan. Semua terlihat begitu khidmat, saat mendengarkan khotbah dari seorang pendeta yang memimpin jalannya penguburan.

Sementara itu, dari satu tempat tersembunyi di sudut lain area pemakaman tadi, Juan Pablo sudah bersiap mengintai. Dengan teropong khusus, pria berdarah Meksiko tadi mengamati satu per satu orang yang berdiri di barisan paling depan.

Juan Pablo melihat seorang pria bertubuh tegap dengan setelan serba hitam. Pria berambut cokelat itu tampak sangat khidmat, meski ada kemarahan terpancar dari sorot matanya.

Pengamatan Juan Pablo beralih pada wanita yang ada di sebelah pria tadi. Seorang wanita bersanggul rapi dan terlihat awet muda. Namun, fokus Elang Rimba justru terkunci pada sosok gadis cantik di dekat si wanita. Gadis berambut cokelat.

Terpopuler

Comments

Aurizra Rabani

Aurizra Rabani

Elang rimba, hmm.. jadi inget kang theo

2023-12-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!