Spesial Breakfast

"Kamu tadi, mimpi buruk ya??"

Nada langsung menghentikan aktivitas menyeruput wedang jahe miliknya, diikuti dengan munculnya kernyitan halus di dahi Nada.

"Tadi, saya denger kamu terisak, jadi saya buru-buru ke sini. Dan bener kamu udah siuman,"

"Emmz nggak Pak," jawab Nada berbohong.

Jawaban Nada barusan membuat ruangan ini kembali sunyi, mereka berdua menyeruput wedang jahe masing-masing.

"Mmmmm...,"

"Iya??" saut Mada sangat peka. Dia tau mahasiswinya ini mau mengeluarkan suara tapi masih ragu-ragu.

"Mmm, makasih Pak bantuannya. Saya mau pamit pulang sekarang," ucap Nada meletakkan cangkir di atas nakas, lalu lanjut melipat selimut yang di pakainya.

"Saya antar besok saja. Ini sudah tengah malem, bahaya."

Nada melirik ke arah weker di sampingnya, jarum jamnya menunjukkan pukul 01.00 malam.

"Kamu aman sama saya...," entah kali keberapa kalimat ini keluar dari mulut Mada. Selanjutnya, Mas Dosen ganteng ini meletakkan kunci ke gengaman Nada.

"Kunci aja dari dalem, biar makin ngerasa aman," imbuh Mada, lalu ia beranjak sambil membawa dua cangkir yang sudah kosong melompong isinya.

"Have nice sleep," ucap Mada sekali lagi, dan tanpa di duga tangannya bergerak pelan mengusap puncak kepala Nada.

Selanjutnya ia menutup pintu dan benar-benar menghilang dari pandangan mata Nada

Saat itu Nada hanya bisa terdiam, saat ini imaginya masih coba meloading apa yang baru saja ia alami.

.....

Nada sudah bagun sejak mendengar azan sholat subuh, nampaknya Mada pun juga sudah bangun saat itu. Tapi saat Nada beranjak ke belakang untuk ke kamar kecil dan mengambil air wudhu, Dosennya itu sudah tak terlihat sama sekali batang hidungnya.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi, Nada sudah rapi dan bersih meski masih mengunakan sweeter Mada dan rok pinjaman kemarin. Nada kembali keluar dari kamar Mada, mencari dosennya itu untuk pamit pulang, dan setelah mencarinya ke berbagai ruangan ia menemukan Mas dosen itu di dapur.

"Mmmmm...,"

Lagi-lagi, Nada bingung harus berkata apa. Wal hasil cewek ini terdiam beberapa menit dan justru terpaku pada Mada yang sedang beraksi menjadi chef dadakan. Sampai akhirnya semua itu ambyar ketika mas dosen berbalik badan untuk mengambil sesuatu dan menemukan dirinya.

"Nada??? Morning," sapa Mada tersenyum ramah.

Cewek itu mengangguk sopan, lalu mendekat masuk ke area dapur minimalis ini, "Aaa, Pa.. Gi," jawabnya sedikit kaguk. Aneh rasanya ada orang nyapanya seperti itu, karena selama ini jarang sekali ia mendapat sapaan dan senyum ramah seperti ini.

"There is something you need?"

Nada mengeleng beberapa kali, bibir mungilnya itu sudah bergerak untuk berpamitan tapi otaknya mengintruksikan hal yang berlawan sehingga bibirnya terkatup lagi akhirnya.

"Ooo i see. Kamu mau pulang, ya?? Bentar dulu, kita harus isi amunisi!!" ucap Mada mengangkat sosis yang mau ia potong-potong.

"Saya udah banyak repotin Bapak. Biar saya sarapan di rumah aja,"

"Nggak, tamu itu berkah lo kata Rasullah. Saya juga nggak ngerasa direpotin, so just fels like home," ucap Mada melemparkan senyum adiktifnya sekali lagi.

Tak ada pilihan lain, Nada menurut juga akhirnya. Cewek itu masih berdiri, canggung mau melakukan apa. Dia melirik bahan yang akan diolah oleh Mada tapi cewek itu tak berani melakukan apa-apa atau pun menawarkan bantuan.

Pasalnya, yang Nada alami berkali-kali saat ia menawarkan bantuan pada seseorang, justru berujung tidak mengenakan. Bantuannya tak pernah diterima dengan baik rasanya. Kadang ia justru dimarahi karena katanya tak becus membantu, atau ditolak sengit dengan kata tak perlu bantuannya dan masih banyak lainya yang membuat jadi malas sendiri.

Boleh setuju atau tidak, seseorang tidak mau memberi atau menawarkan bantuan dan menolong itu bukannya mereka manusia yang tak peka sekitar, ataupun orang individualisme, tak bisa bersosialisasi. Tapi orang-orang ini cuman tidak mau mendapatkan penolakan menyakitkan dari para insan yang merasa tak butuh uluran tangan orang lain. Mendapat hardikan saat menolong orang.

Ya, meski Nada juga sering menolak bantuan dari orang lain tapi beda kasusnya. Pasalnya kebanyak orang yang menolongnya itu tak benar-benar ingin menolong. Mereka memberikan bantuan, tapi sambil mencerca apa yang sedang dilakukan, mereka membantu tapi sambil mengelurakan kata-kata yang merendahkan dan masih banyak yang lainya. It's so kompleks.

Bukannya lebih baik ya, kalau membantu ya membatu saja tak perlu ditambahi ini itu yang menyakiti orang yang diberi bantuan. Dan yang diberi bantuan, ya sudah terima saja bantuan dan pertolongan itu, tak perlu berkomentar ini itu tentang bantuan dan pertolongan yang diberikan. Tohh sejatinya semua butuh sebuah bantuan dan pertolongan pada saatnya. Kalaupun harus menolak, tolak dengan halus, jangan sampai kita mematikan kebaikan hati seseorang hanya karena pengalaman penolakan buruk yang kita berikan pada seseorang itu saat memberikan bantuan.

"Mau bantu???" tanya Mada yang ternyata peka situasi.

"Eee, emang boleh, Pak???" tanya Nada polos.

"Why not, asal kamunya bersedia kenapa harus saya larang atau tolak?? Toh saya juga yang untung, dapet bala bantuan,"

Nada tersenyum tipis, dasar dosen aneh. Kesannya dia menjadikan antara dirinya sedang meminta bantuan dengan dia membuat seseorang membantu dirinya dengan suka rela jadi abu-abu melalui pertanyaan singkat tadi.

Ya ini mungkin sebuah hack life yang baru disadari. Dont be bossy. Ya, jangan membuat orang merasa diperintah saat kita menyuruh orang tersebut melakukan sesuatu atau saat kita meminta bantuan. Karena pada dasarnya semua orang tak suka diperintah.

"Kalau Bapak mau olah bahan yang lain, nasi gorengnya nggak papa saya yang handle,"

"Yap, thank you!!"

Mereka terus beraksi. Mada menceplok telor lalu membuat susu coklat, sedang Nada membuat Nasi goreng. Tak ada setengah jam semuanya sudah siap di santap. Dan dalam sekejap mereka langsung hanyut dalam hangatnya nasi goreng dan segelas susu coklat.

"Ini..., kamu sering masak-masak ya di kos???"

"Amm, kadang-kadang. Kalau tante nggak sempat masak. Saya tidak tinggal di kos.

"Amm, rasanya nggak cocok ya, di lidah Bapak??" tebak Nada, karena biasanya masaknya selalu dibilang kurang ini kurang itu.

Tapi diluar expestasi, Mas dosen ganteng ini menggeleng beberapa kali. "Top, ini enak banget lho. Cumannn..."

"Kurang banyak aja saya ambil nasinya," ucap Mada terkekeh, lalu mengambil lagi secentong nasi goreng sosis ini, karena dua centong nasi goreng yang diambilnya tadi sudah ludes tak bersisa.

Tak memberi komentar balasan apa-apa Nada lanjut menyuap sendok kemulutnya. Nampak senyum tipis di bibir mungilnya, karena melihat ke absurdan Dosen Sejuta Fans Bucin ini. Hal yang benar-benar tak pernah melintas di ruang imagi Nada.

Kalau saja para Fans Bucin akutnya itu sampai tau, dari semalam ia berada di rumah Mas dosen ganteng dan saat ini sarapan pagi bersama....

Dapat dipastikan akan ada gempa 8 skala ricther di kampus, karena mereka gempar semua mendengarnya.

....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!