"Dirga, kamu orang yang sangat baik dan aku bahagia telah memilikimu. Tapi, aku tidak pernah berpikir akan memiliki hubungan lebih denganmu, aku tidak ingin kehilangan seorang teman sebaik dirimu dan tidak ingin memanfaatkan mu demi kebahagiaan semu!" Maura sedikit bergetar, tatapannya dalam menyiratkan kesedihan juga rasa khawatir.
"Aku tahu. Sekali lagi aku hanya tidak ingin melewatkan kesempatan untuk mengakui perasaanku. Tapi apa boleh aku berharap kamu akan mempertimbangkannya, dan aku akan meminta jawaban kepastian setelah kembali ke Indonesia?"
"Bagaimana jika sampai saat itu tiba aku tetap mengecewakanmu?"
"Tidak! Aku berjanji akan selalu menghormati keputusanmu!" Mengulas senyum kecil sambil membentangkan tangannya.
Dengan senang hati Maura menyambut pelukan perpisahan mereka. Maura memeluknya dalam rasa terima kasih yang besar atas kebersamaan mereka sampai membuat matanya sedikit berlinang, sedangkan Dirga memeluknya dalam cinta juga harapan untuk hubungan yang lebih dimasa depan. Sedikit pilu karena harus terpisah membuat matanya memerah saat mengeratkan pelukan.
**
"Tolong ada anak dibawah umur melihat kalian!"
Sontak keduanya melepaskan pelukan, tersenyum menatap Elio yang mendongak menatap mereka.
**
"Mami apa kita akan benar-benar pindah ke Indonesia besok?"
"Tentu sayang, apa kamu senang?"
"Tentu saja walau ini pertama kalinya, tapi setidaknya aku tidak perlu lagi bertemu dengan Alex juga teman gangnya lagi!" Lirihnya sedikit menunduk memandangi kelereng berukuran besar dalam genggamannya.
"Loh memangnya kenapa?" Menggenggam tangan kecil itu.
"Mereka komplotan gang yang suka merundung anak di sekolah. Mereka juga beberapa kali mengatakan kalau Elio anak yang tidak memiliki ayah dan anak yang tidak di inginkan!" Menatap sendu maminya.
"Mami apa benar aku adalah anak yang tidak diinginkan? Sehingga aku lahir tanpa pernah melihat seperti apa wajah papi? Bahkan dia tidak pernah menelepon untuk menanyakan kabarku dan saat ini aku sudah sebesar apa."
Sontak Maura mendekap malaikatnya, "Dengar sayang, kamu itu anak mami kelahiranmu adalah sebuah anugerah yang tak ternilai. Jadi jangan pernah berpikir kamu anak yang tidak diinginkan!" Sedikit mendongak menahan pedih dikedua kelopak matanya yang mulai berlinang.
Elio melepaskan pelukannya. "Don't cry mami! Elio anak kuat meskipun tidak memiliki papi tapi dengan adanya mami juga kelereng ini Elio bahagia." Mengangkat kelerengnya.
"Heheh!" Kompak terkekeh kecil.
Elio anak yang cerdas dan tidak rewel. Walau dalam hatinya sangat menginginkan sosok orang tua yang lengkap bahkan kalau bisa sekali saja dia ingin melihat seperti apa wajah papinya secara langsung. Meski begitu dia tidak pernah memaksa dan mengatakan secara langsung kepada maminya prihal keinginannya itu.
Maura pun tidak pernah memberitahu banyak seperti apa sebenarnya sosok papinya itu. Elio hanya tahu jika papinya orang yang berpengaruh di Indonesia, bernama David juga memiliki wajah yang mirip dengannya. Bermodalkan informasi kecil itu, membuat Elio bersemangat saat mengetahui berita kepindahan mereka di Indonesia.
Karena sejatinya, Maura sendiri tidak terlalu memahami mantan suaminya itu. Pernikahan mereka terjadi karena sebuah perjodohan dan tidak didasari rasa cinta. Meski selama menjalani bahtera rumah tangga selama kurang lebih 5 bulan, David tidak pernah menyulitkannya, bahkan seandainya kebersamaan mereka lebih lama lagi, besar kemungkinan Maura akan benar-benar mencintainya.
Namun siapa sangka, David yang lebih banyak diam dan tidak pernah berkomentar buruk kepadanya diam - diam memerintahkan anak buahnya untuk menculik dan menyingkirkan anak dalam kandungannya. Hal itulah yang membuat Maura memutuskan untuk meninggalkan Indonesia termasuk keluarga dan teman-temannya.
Karena hal itu juga lah membuatnya memiliki rasa benci untuk David. Namun dia tidak pernah terang-terangan mengatakan kepada Elio. Dia tidak ingin mengajarkan anaknya menjadi sosok pembenci yang penuh dendam. Dia takut jika Elio mengetahui segalanya dia akan membenci David dan bisa membuatnya tumbuh menjadi orang yang tidak berperasaan hingga cenderung bersikap yang tidak bijak.
*
*
*
Pagi itu matahari bersinar dengan cerah, langit berwarna biru berpadu awan putih. Penerbangan dari Singapura ke Indonesia berjalan lancar.
"Selamat pagi Indonesia!"
Batin Maura saat dirinya berada di internasional airport, setelah 6 tahun lalu dia meninggalkan Indonesia membawa luka juga kecewa. Dia tidak pernah berpikir waktu akan kembali membawanya berada di negara yang memiliki banyak kenangan dalam hidupnya. Namun, kali ini dia berharap kepulangannya membawa kebahagiaan untuknya bersama Elio.
Maura dalam balutan dress berwarna putih itu memakai kacamata hitam yang lebar, rambutnya yang coklat terurai berjalan anggun menarik koper yang berwarna hijau bergandengan tangan dengan Elio yang juga mengenakan baju kaos sepasang celana pendek senada dengan Maura, lengkap dengan topi hitamnya.
Kekompakan ibu dan anak itu mengundang perhatian orang-orang disekitar, beberapa sampai berdecak kagum. Ibu muda yang cantik membawa putra berumur 5 tahun yang tampan membuatnya terlihat seperti istri dan anak dari CEO muda yang tampan bak dalam drama.
Hari itu, Maura bersama dengan Elio menuju ke sebuah hotel menggunakan taxi. Sepanjang jalan Elio menempelkan kepalanya di kaca mobil melihat setiap bangunan bertingkat yang dia lewati. Indonesia yang sekarang sudah memiliki banyak perubahan dibandingkan dengan 6 tahun lalu membuat Maura cukup mengagumi kemewahan yang terlihat.
"Mami Indonesia tidak seburuk yang kubayangkan!"
Celetuknya membuat supir taxi sedikit mengerutkan dahi. Sedangkan Elio sendiri tidak mengalihkan pandangannya.
"Ibu baru yah di Indonesia?" Tanya supir taxi.
"Saya baru kembali setelah 6 tahun pak. Kebetulan putra saya baru pertama kalinya ke Indonesia!"
"Owh pantas saja!" Tersenyum.
"Mami boleh nggak kaca mobilnya diturunin dikit?"
"Boleh!"
Tatapannya semakin berbinar saat pertama kalinya merasakan hembusan angin Indonesia dalam mobil. Diantara beberapa bangunan yang dilewati, sebuah mall besar menyita perhatiannya dan entah kenapa rasa ketertarikannya besar untuk mengunjungi mall itu walau dia tidak tahu apakah dia akan menyukainya atau tidak.
Diam - diam dia melafalkan dalam hati "D&M Mall." 3x.
Tentu saja itu bukan hal yang sulit baginya yang cerdas untuk mengingat nama juga tempatnya.
"Mami aku ingin mami nanti membawaku ke D&M Mall!" Pintanya tanpa memalingkan wajah.
"Hem" Sementara Maura sendiri yang sibuk membalas chat dari Dirga tidak terlalu mendengar jelas perkataan putranya, sehingga dengan mudahnya dia mengiyakan permintaan sang putra.
**
"Elio ganti bajunya lalu makan malam!" Tanpa komentar dia meletakan mainannya diatas sofa lalu memasuki kamar.
"Elio baru saja ingin makan malam!" Maura berbicara dengan Dirga sambil meletakkan segelas susu untuk Elio.
"Kalian pasti kelelahan, istirahat lebih awal!"
"Baiklah, lanjutkan kerajaanmu dengan baik! Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam."
Elio dengan sabarnya makan sendiri tanpa perlu di temani. Sedangkan Maura meletakkan ponselnya lalu mulai mengeluarkan beberapa pakaian untuk dirinya dan Elio besok.
"Mami apa besok mami akan ke rumah sakit?"
"Iya, mami harus melapor kepada direktur dan menyerahkan surat tugas!"
"Lalu bagaimana dengan sekolahku?"
"Mami telah mendaftarkan mu ke sekolah TK yang bagus."
"Jadi boleh Elio ikut dengan mami besok?"
"Boleh. Cepat habiskan makanannya, mami sudah bilang kan kalau lagi makan tidak boleh terlalu banyak bicara!"
"Sorry!"
Maura tersenyum begitu juga dengan Elio yang menyempatkan diri memberikan finger love. Elio selain cerdas juga sopan kepada maminya.
*
*
*
Setelah menyerahkan surat tugas di rumah sakit. Maura memutuskan untuk menemui seseorang. Tatapannya sendu memandangi dua wanita beda generasi dari balik celah pagar. Keduanya terlihat sedang menanam sebuah bunga di dalam pot yang berukuran sedang.
Setelah 6 tahun berlalu, dia pergi begitu saja meninggalkan ibu dan sahabatnya itu. Luka, rasa kecewa juga ketakutan serta amarahnya terlalu besar saat itu sehingga dengan egoisnya pergi tanpa pamit. Dia bahkan sampai lupa dengan perasaan orang tercinta yang dia tinggalkan.
Setelah kembali, kini tak hanya rasa bersalah tapi juga rasa takut atas kebencian bermunculan di dalam hatinya. Bagaimana bisa dengan mudahnya dia menemui mereka setelah semua yang terjadi.
Maura bergetar perlahan menelan saliva saat merasakan tenggorokannya tercekat, matanya berlinang memandangi rambut yang mulai memutih di kepala ibunya bersama dengan sahabatnya yang kini sudah menjadi wanita dewasa dan semakin cantik.
Elio mendongak menatap maminya, saat merasakan tangan maminya yang menggandengnya sedikit dingin bergetar.
"Mami, are you ok? Kita bisa menemui mereka besok!"
Maura menunduk menatap kedua netra putranya yang sudah jelas sangat menginginkan pertemuannya dengan sang nenek juga tante yang selalu dia ceritakan kepadanya.
Maura menarik napas dalam-dalam lalu menggeleng kecil sebelum menggandeng Elio memasuki halaman rumah. Setiap langkahnya membawa mereka semakin dekat satu sama lain dan dadanya pun semakin berdebar.
Tepat beberapa langkah dibelakang mereka, Maura menghentikan langkahnya. Sudut matanya memerah memandangi punggung sang ibu, lalu meneliti helaian rambutnya yang mulai memutih. 6 tahun bukanlah waktu yang singkat, dia menyadari jika dirinya telah melewatkan banyak momen bersama ibunya.
"Ibu.." Batinnya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
iklan udah nemplok ya kak
2024-01-08
0
PK
ayolah maura.. selalu akan ada tempat untuk mu di hati mereka
2023-12-29
0
marrydiana
seru banget, jangan lupa mampir diceritaku juga ya thor🥰
2023-12-10
1