KUKIRA BENCI TERNYATA CINTA
"Tak!"
"Tak!
"Tak! T'ak!"
Suara langkah kaki dengan irama lambat namun penuh penekanan menghiasi ruangan yang gelap, membuat wanita yang berlindung dibawah meja bergetar.
Jangankan untuk bersuara, menghembuskan deru napas pun dia tidak berani. Walau jantungnya terasa hampir meledak dan bergetar, dalam ketakutannya dia hanya mampu membekap mulutnya sendiri.
"Kita harus menemukannya, Pak David tidak menginginkan anak itu dan harus disingkirkan!"
"DUG!"
Percakapan kedua laki - laki berjas hitam dengan postur tinggi tegap membuat wanita yang bersembunyi dibawah meja sangat terkejut. Sekujur tubuhnya terasa lemas, tangannya yang bergetar terpaksa mematikan ponselnya mengurungkan niat untuk meminta pertolongan.
Laki-laki itu kembali melanjutkan langkahnya perlahan menuju meja di depannya, wanita itu pun semakin ketakutan hingga keringat dingin pun bermunculan di wajahnya. Rasanya ingin berlari dan berteriak, tapi kepada siapa? Tidak akan ada yang mampu mendengar apalagi menolongnya.
Sang wanita hanya mampu memejamkan matanya merasakan dinginnya tetesan air mata. Bagaimana tidak. Sang suami berniat menyingkirkan kandungannya. Walau ia tahu tidak ada cinta diantara pernikahan mereka, tapi bayi dalam kandungannya tidak berdosa.
"DUG! DUG! DUG!"
Detakan jantungnya semakin tidak beraturan sampai terasa ingin melompat keluar, dia tidak berani membuka mata saat laki-laki itu mulai mengulurkan tangannya untuk menarik meja tempatnya berlindung...
**
"AKH!"
Maura pun terbangun dari tidurnya dalam keadaan bergetar, wajahnya pucat dan dipenuhi butiran keringat dingin.
"Hhhfftt,,, hhhfftt,,,"
Maura mengatur napasnya yang tersengal. Sudah 6 tahun berlalu, namun mimpi buruk dari masa lalunya masih saja terkadang menghiasi tidur malamnya.
"Mami are you ok?" Suara menggemaskan khas bocah berumur 5 tahun menyambutnya.
Maura mengangguk lalu mengulas senyum kecil memandangi sang putra yang duduk di sampingnya, tengah memandangi dirinya dengan mata bulat yang menyiratkan kekhawatiran.
"Mami mimpi buruk lagi?" Menyodorkan segelas air putih.
"Terima kasih." Meneguk air minum.
Maura melirik weker, waktu telah menunjukkan pukul 00 : 15 Singapura.
*
*
*
1 malam telah terlewati, Maura kembali ke salah satu rumah sakit tempatnya bekerja. Dokter cantik berambut cokelat sedikit bergelombang itu berjalan anggun dalam balutan baju putih khas dokter menuju ruangan kerjanya.
Yah, wanita berusia 28 tahun dengan perawakan tenang, memiliki kaki jenjang, berkulit putih dan senyuman manis menjadi nilai plus untuknya yang berprofesi dokter.
"Morning dokter Maura!"
"Morning, dok."
"Morning!"
Sapaan dari rekan - rekan sejawat yang selalu menyambutnya setiap kali dirinya memasuki gedung rumah sakit memberikan kehangatan dan kebahagiaan tersendiri baginya, hingga senyuman manis yang menyejukkan hati selalu menghiasi hari - harinya.
"Hay bagaimana kabarmu?" Sapa dokter Dirga laki-laki tampan yang sudah 6 tahun menjadi temannya.
"Baik, kamu sendiri bagaimana? beberapa hari ini jadwal operasimu cukup padat." Meletakkan tas lalu mengalungkan stetoskop dilehernya.
"Em lumayan. Lumayan capeknya, lumayan begadangnya, lumayan sibuknya."
Maura mengerutkan dahi, "Tapi nyatanya kamu sukseskan?"
"Yah Alhamdulillah!"
"Hehehe!" Kompak.
Nah, Dokter Dirga ini selain sama - sama berprofesi dokter, mereka juga sama-sama berasal dari Indonesia dan beragama Islam. Entah sebuah kebetulan atau memang sebuah skenario yang disiapkan untuk mereka, yang jelas dokter Dirga telah menjadi saksi perjalanan Maura selama berada di Singapura.
Maura mulai membuka catatan untuk mengevaluasi beberapa laporan medical check pasiennya.
"Oh yah, apa kamu sudah yakin kembali ke Indonesia?"
Maura menatap Dirga, "Huffth!" Menghela napas.
"Sudah 6 tahun berlalu, aku rasa sudah waktunya aku kembali. Aku sudah menjalani hidupku sendiri tentu dia juga sudah pasti memiliki kehidupan lain."
"Lalu bagaimana dengan Elio?"
"Dia tidak pernah menginginkannya. Sejak dia lahir di dunia ini hanya aku yang dia miliki." Maura secara tidak sadar mencengkram kertas ditangannya, namun Dirga menyadari hal itu.
"Dia pasti tidak akan peduli, hubungan kami sudah berakhir dan aku tidak berniat memasuki kehidupannya lagi." Mengulas senyum.
"Ok. Aku percaya padamu." Dirga menyerahkan amplop yang berisi surat tugas untuk Maura yang menyatakan dirinya telah resmi di pindah tugaskan ke salah satu rumah sakit yang berada di Indonesia.
*
*
*
"Mami kita mau ke mana?" Tanya Elio saat sang mami telah mendandani dirinya dengan sepasang kemeja dan celana kain berwarna pick.
"Kita akan makan malam bersama dengan uncle Dirga!"
Seketika matanya membulat memancarkan binar bahagia dari kedua netranya. "Woaa,, apa ini makan malam perpisahan?"
"Entahlah mami juga tidak diberitahu. Cepat pakai sepatunya!" Maura beranjak lalu memakai anting yang senada dengan dress-nya di depan cermin.
Tanpa berkomentar bocah itupun memakai sepasang sepatu kulit berwarna coklat di kedua kaki imutnya. Lalu berlari ke kamarnya untuk mengambil sesuatu.
"Hati-hati nanti jatuh!" Tegur Maura yang masih merapikan dandanannya.
**
30 menit kemudian, sebuah mobil hitam telah terparkir tepat di depan pintu masuk sebuah restoran mewah. Security yang berjaga langsung membuka pintu, perlahan Maura turun dan langsung di sambut oleh Dirga yang berjalan kecil menuruni anak tangga.
"Perfect."
Maura tersenyum saat Dirga membisikan pujian dan keduanya pun saling memandang melebarkan senyuman.
**
"Mami?"
Keduanya terkejut saat menyadari Elio yang masih duduk di dalam mobil. Tubuhnya yang masih kecil memiliki kebiasaan selalu menolak orang lain menggandengnya turun dari mobil terkecuali maminya.
"Maaf, mami tidak bermaksud,,," Mengulurkan tangan.
"Cek, orang dewasa selalu saja rumit!"
Celetuknya sontak membuat Maura dan Dirga mengerutkan dahi tersenyum kecil. Jelas-jelas sikapnya yang tidak ingin digandeng oleh orang lain selain maminya setiap kali turun dari mobil, sudah cukup menandakan kalau dirinyalah yang rumit.
"Uncle bagaimana dengan penampilanku? Apakah aku lebih tampan dari anak-anak seusiaku?" Tanyanya melewati pintu masuk.
"Tentu saja, bahkan uncle juga kala tampan."
"Hiehieh!" Tawa khas bocah.
Malam itu, tidak ada alasan suasana menjadi buruk atau tidak membahagiakan. Bagaimana tidak tempatnya sangat indah juga modern, meja dihiasi dengan beberapa lilin terlihat romantis, aroma semerbak bunga yang merekah menenangkan jiwa serta hidangan yang mewah.
Terlihat seperti sebuah keluarga kecil yang bahagia tengah menikmati makan malam bersama.
Maura terlihat sangat menikmati, sedangkan Dirga sesekali mencuri pandang, senyum kecil juga tatapan binar menandakan jelas ketertarikannya kepada Maura. Elio yang cerdas mampu menyadari tingkahnya hanya tersenyum lalu melanjutkan makannya.
**
"Uncle aku punya hadiah untukmu, besok aku dan mami akan pindah ke Indonesia dan aku tidak tahu harus membalas kebaikanmu dengan apa. Jadi aku memutuskan untuk memberikan ini!" Menyodorkan kotak kecil lengkap dengan pita merah.
Maura dan Dirga sontak saling melirik, mereka tidak kepikiran Elio akan bertingkah semanis itu. Perlahan Dirga membuka kotaknya.
"Wah hadiah yang bagus!" Pujinya.
Sontak saja Elio tersenyum lebar membuat matanya menyipit. Namun justru membuat Maura tersenyum geli sementara Dirga meliriknya sambil mengerutkan dahi.
"Kelereng adalah mainan favoritku. Di dunia ini aku terlahir hanya memiliki mami yang paling aku cintai, dan kelereng benda yang kusukai setelah mami." Perkataan polos itu membuat Maura menatap sendu sang putra.
"Lalu setelah memberikan mainan kesukaanmu, apakah uncle jadi orang yang kamu sukai selain mami?"
"Hem tentu!"
Dirga tersenyum lalu mengelus kecil kepala Elio yang menatapnya dengan senyuman binar.
*
*
*
(HALAMAN APARTEMEN)
"Terima kasih atas makan malamnya!"
"Tidak perlu sungkan, besok kamu akan ke Indonesia. Selama beberapa bulan aku tidak akan melihatmu di rumah sakit pasti akan terasa sunyi."
"Tidak perlu bersedih, jarak Singapura dan Indonesia tidak terlalu jauh. Kamu bisa menghubungiku kapanpun bahkan bisa video call!"
"Kamu benar, tapi tetap saja ditinggal teman rasanya sedikit tidak rela." Menatap dalam Maura.
**
Keduanya saling menatap selama beberapa saat, senyum dan wajah cantik Maura membuat hati Dirga berdebar. Sudah bertahun - tahun dirinya menyimpan rasa untuk Maura, namun karena takut akan penolakan dan mungkin akan merusak pertemanan mereka membuatnya memilih menyukai Maura dalam diamnya.
Namun, mengingat keadaan mendesak Maura yang akan kembali ke Indonesia memberikan kekhawatiran tersendiri yang bersarang dalam hatinya. Bagaimana jika Maura kembali bertemu dengan David? atau bagaimana jika Maura menemukan pria lain di sana? Tidak. Dia tidak boleh melewatkan kesempatan.
Dengan berbagai pertimbangan, Dirga mengumpulkan keberaniannya untuk mengakui perasaannya kepada Maura malam itu. Tidak peduli dia menolak atau marah dia akan tetap mengatakan isi hatinya.
Perlahan Dirga menggenggam tangan Maura membuat yang punya tangan mengerutkan dahi menyadari tatapan Dirga yang sedikit aneh.
"Maura, aku tahu selama beberapa tahun ini kita telah berteman. Tapi, bagaimana jika aku menginginkan hubungan ini lebih dari teman?" Lirihnya.
"Dirga kamu ngomong apa? Ini sudah larut, tidak ada waktu untuk bercanda!" Tertawa kecil.
"Aku tidak bercanda. Aku menyukaimu selama beberapa tahun ini!"
Perlahan raut Maura menegang, "DUG. DUG." Irama jantungnya lebih cepat saat mengamati mimik muka Dirga yang sama sekali tidak sedang bercanda. Tangannya dingin dalam genggaman Dirga.
"Tapi, bagaimana mungkin? Selama ini kamu sangat baik kepadaku bahkan tidak pernah membicarakan hal seperti ini sebelumnya." Melepaskan genggaman perlahan.
"Aku tahu aku mungkin salah, tapi aku tidak bisa memilih kepada siapa dan kapan aku akan menyukai seseorang. Kamu boleh marah tapi tolong jangan membenciku, aku hanya takut aku tidak memiliki kesempatan untuk mengakuinya dan aku,," Dirga mengatur napasnya.
"Aku tidak meminta kamu menjawab-ku sekarang."
Maura berada di posisi dilema saat itu juga, di satu sisi Dirga adalah orang yang selalu menemaninya dan sangat baik kepadanya bahkan menyayangi Elio. Tapi di sisi lain, dia tidak memiliki perasaan bahkan masih enggan untuk membuka hati.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
Feedbacknya kakak🤗
2024-01-08
0
Rossi
masih nyimak, untuk awal cerita bagus thor. semangat
2023-12-22
1
gegechan (ig:@aboutgege_)
Awalan yang menarik kak😍
Aku fans baru dari ARCTURUS, mari mampir kak... semangattt
2023-12-22
1