Tolong

Darmadi memasuki kamar setelah perdebatan kecil dengan ibunya. Ia tahu jika sang ibu tak ingin dirinya terjerat dalam sesuatu yang bukan urusannya.

Pemuda itu membaringkan tubuhnya ditepian ranjang dan ia melirik lengannya yang terkena cakaran sosok makhluk tersebut.

"Kasihan kamu, Naes. Sudah meninggal secara mengemaskan, kini qorin kamu juga dimanfaatkan dengan cara yang sangat keji," Darmadi bergumam lirih.

Perlahan pemuda itu merasakan kantuk yang luar biasa. Ia tak dapat lagi menahan matanya untuk tetap terjaga.

****

Asap kabut begitu tebal menutupi desa. Seorang pemuda sedang tampak berlari dengan nafas yang tersengal.

"Huh...huh...huh..."

Suara kelelahan terdengar begitu memburu dari degub jantungnya yang berpacu lebih kencang dan ia tampak seperti menghindari sesuatu.

Sesekali ia menoleh ke arah belakang untuk melihat apakah sosok yang mengejarnya masih terus mengikutinya atau sebaliknya, berhenti untuk mengejar dirinya.

Keringat mengucur deras dari pori-porinya yang berkulit hitam legam. Ia terus berlari untuk menghindari sesuatu yang membuatnya sangat takut.

Ia berlari menanjak menuju bukit yang ada ditepi hutan. Entah apa yang membuatnya sampai menuju tepi desa untuk menaiki bukit yang tak pernah terjamah.

Sesekali ia terjatuh dan tergelincir. Lalu berusaha untuk bangkit lagi.

Perlahan dari arah belakang, tampak sosok wanita berwajah hancur dan menyeramkan datang dengan menyeret golok ditangannya, dan berjalan dengan kepala yang menggantung dan hampir terlepas.

Pria itu terjergelincir ditanah basah nan licin menuuu atas bukit, lalu ia terguling kembali ke bawah dan kini justru berhenti tepat didepan sosok yang mengejarnya.

Pria itu tersentak kaget dengan mata membola ketakutan, bayangan akan kematian terbias jelas diwajahnya.

Tubuhnya gemetaran dan berharap ada seseorang yang akan datang menolongnya.

"A-ampuun... Ampuni saya," ucap pria tersebut yang tak lain adalah Boy, pemuda dari seorang pemilik kebun Singkong-Kang Jarwo.

Pemuda itu mengatupkan kedua telapak tangannya didepan wajahnya. Ia berharap belas kasih dari sosok tersebut yang membuatnya sangat ketakutan.

Sosok itu melemparkan goloknya ke sembarang arah, lalu tersenyum menyeringai dengan gigi runcingnya yang tajam.

"Aku tidak akan memenggal kepalamu, tetapi aku akan menyiksamu terlebih dahulu, sama seperti kalian saat membuatku terbu-nuh," ucapnya dengan dua bola mata yang memancar cahaya merah dan darah keluar dari sudut mata yang memandang penuh kengerian.

Sosok itu mendekat, lalu mengangkat tangan kanannya yang mengeluarkan kuku panjang dan juga runcing.

Craaaass...

Craaaas...

Dua cakaran mengenai wajah pemuda itu. "Aaaarrgggh," pekiknya kesakitan.

Lima garis membentuk silang menempel diwajah Boy yang kini sedang dalam kondisi kesakitan. Darah merembes dari luka cakaran itu.

"Aaaaaaaarrgh... Ampuun, sakit," ucapnya dengan teriakan yang sangat menggema ditengah kabut pekat.

Tak hanya itu, sosok tersebut mencengkram leher sang pemuda dengan sangat kuat dan membuat rasa sakit yang luar biasa.

Cengkraman makhluk itu semakin dipererat, sehingga kuku runcing tersebut menembus leher sang pemuda hingga darah segar semakin mengucur deras dari luka tersebut.

Kedua bola mata Boy membola seakan keluar menahan rasa sakit yang saat ini tak lagi dapat ia tahan. Ia kehabisan oksigen dan akhirnya menyerah untuk hidup.

"Hhhhhaaahhh" Darmadi tersentak kaget saat mendapati dirinya sedang bermimpi buruk. Ia beristighfar sembari meludah ke arah sisi kiri untuk menawar mimpi yang diyakininya berasal dari syeetan.

Pemuda itu bergegas membenahi pososinya dari berbaring menjadi duduk.

Ia menarik nafasnya yang sangat berat dan merasakan jika ini adalah sebuah petunjuk. Ia harus segera menemui Boy untuk menemukan informasi dan juga menyelamatkan bocah tersebut dari target berikutnya.

Pemuda itu melirik jam didinding kamarnya yang memperlihat pukul 12 malam tepat. Itu artinya jika saat ini tengah malam dan biasanya jam yang tepat untuk sosok makhluk tak kasat mata gentayangan.

Darmadi membuka pintu kamar dengan sangat hati-hati. Ia tidak ingin ibunya mendengar dan mengetahui jika dirinya akan kembali keluar untuk mencari kebenaran yang ada.

Kreeeek...

Ia berhasil membuka pintu, lalu celingukan mencari tahu apakah ibunya benar-benar berada dikamar dan tertidur.

Merasakan jika sang ibu tak melihatnya, ia segera menuju ke dapur, lalu menyelinap pergi.

Udara dingin malam ini begitu terasa sangat kuat. Kegelapan dsn suasana sepi langsung menyembutnya saat berhasil keluar dari dapur.

Ia bergegas pergi menuju ke rumah Kang Jarwo untuk memberitahu jika bahaya sedang mengincar Boy-anak lelakinya.

Tetapi apakah tindakkannya bukan hal yang konyol? Sebab ia pasti akan dianggap mengada-ada.

Darmadi mempercepat jalannnya melewati kebun singkong yang mana tempat Agus mengalami kematian tragis.

Suasana sepi karena orang-orang sedang tertidur lelap. Apalagi sejak teror mengerikan itu terjadi, maka warga memilih tidak beraktifitas dimalam hari, bahkan mereka tidak berani pergi ke rumah tetangga yang berduka untuk bertakjiah karena takut dengan teror tersebut, bahkan mesjid ikut menjadi sepi karena tidak ada yang berani shalat berjamaah pada saat Maghrib, Isya dan Subuh.

Seluruh warga begitu sangat ketakutan dan dicekam rasa kengerian. Sehingga membuat mereka memilih beribadah dirumah, sebelum desa ini benar-benar aman.

Darmadi masih merasakan nyeri dibagian lengannya yang terkena cakaran oleh makhluk tersebut.

Ia hampir melihat rumah Kang Jarwo yang tak jauh dari kebun singkong, dan lebih tepatnya tak bersebelahan dari kediaman Agus yang sudah pindah ke alam baka menyusul teman-teman lainnya.

Darmadi semakin mempercepat langkah kakinya. Ia sudah tiba didepan teras rumah Kang Jarwo. Ia tampak ragu untuk mengetuk pintu rumah pria itu, tetapi ini harus dilakukannya.

Dengan terpaksa, ia mengetuk pintu rumah ditengah malam buta.

Tok... Tok... Tok...

"Kang, Kang Jarwo," ucap Darmadi sedikit keras.

Wuuuuusssh...

Sekelebat bayangan melintas dari belakang, dan membuat Darmadi dengan cepat menoleh ke arah belakang dan melirik kanan kiri, tetapi tak ada sesiapapun.

Seketika ia merasakan kengerian yang begitu nyata, bulu kuduknya meremang seketika.

Tak ada sahutan dari penghuni rumah. Ia mencoba mengetuknya kembali.

Tok... Tokk...tok...

"Kang Jarwo, ini Darmadi," ucapnya sedikit leras, agar pemilik rumah mendengarnya.

Sementara itu, Lasmi menggeliatkan tubuhnya dan mendengar seseorang mengetuk pintu rumahnya.

"Siapa tengah-tengah malam mengetuk pintu rumahku?" gumam Lasmi dengan lirih dan merasa ketakutan.

"Pak, Pak, bangun, ada orqng yang mengetuk pintu," ucapnya, sembari mengguncang tubuh suaminya yang tertidur lelap.

"Emmm... Apaan sih, Bu," jawab Jarwo dengan nada malas. Ia merasa Lasmi telah mengganggu tidurnya.

"Bangun, Pak. Ada yang mengetuk pintu depan," bisik Lasmi.

Seketika Jarwo membuka matanya dan melihat ke arah Lasmi dengan tatapan bingung.

Ia mencoba menajamkan pendengarannya, dan ternyata benar, ada seseorang yang mengetuk pintunya ditengah malam buta.

Debgan sigap Jarwo turun dari ranjang, lalu menyambar golok yang ia sembunyikan dibalik kolong ranjang untuk berjaga-jaga, lalu keluar dari kamar menuju pintu depan dengan golok yang siap ditangannya.

Terpopuler

Comments

Syahrudin Denilo

Syahrudin Denilo

hadeeh Darmadi ko nekat

2024-01-31

0

༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐

༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐

Darmadi tidak patuh pada nasehat ibunya, niat baik tapi jangan gegabah.

2023-12-28

0

V3

V3

Darmadi dh di sambut dg Acungan Golok 🤣🤣

2023-12-21

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!