kegemparan-4

Polisi kembali diberi tugas untuk menyelidiki kasus kematian Geo. sedangkan penyelidikan untuk Yudi saja masih sedang berlangsung dan belum ditemukan siapa pelakunya, kini sudah ada korban baru lagi yang menambah kerja lagi.

Jenazah Geo telah selesai diautopsi, dan warga langsung menyambut untuk melaksanakan fardhu kifayahnya dengan segera.

Pemakaman pemuda itu telah selesai, tetapi rasa kenegerian masih membayangi warga yang melayat dan ikut mengantarkan jenazah hingga ke liang lahat.

"Apa sebenarnya yang terjadi pada desa ini? Bukankah sebelumnya desa kita terkenal dengan desa yang adem ayem dan juga tentram," celetuk seorang warga sembari beranjak dari pemakaman dan menuju pulang ke rumah masing-masing.

"Entahlah. Sudah mirip zaman penjajahan saja," warga yang lain menimpali.

Safak menggantung dilangit senja. Darmadi juga bergegas pulang dari pemakaman. Ia ikut memasukkan jasad Geo le liang kubur. Ia merasakan ke anehan saat menyentuh jasad yang terbungkus kain kafan tersebut.

Kepala yang terpotong itu sudah disatukan dengan cara dijahit oleh pihak dokter forenshik saat selesai autopsi, tetapi Darmadi merasakan jika kepala itu kembali terpisah dan tampak nanah keluar dari luka tersebut, sementara luka itu masih baru.

Darmadi mengambil jalan potong menuju rumahnya. Sedikit sunyi, karena rumah penduduk yang terbilang jarang dan banyak kebun warga yang harus dilewatinya, tetapi agar segera tiba dirumah sebelum maghrib, ia harus memilih jalan tersebut.

Pemuda itu memacu sepeda motornya dengan kecepatan sedang. Ia mulai memasuki kawasan kebun pisang milik warga. Sesaat ia merasakan bulu kuduknya meremang.

Ia mencoba mengusir segala ketakutannya dengan melantunkan doa dan ayat yang ia hafal.

Pemuda itu mulai merasakan jika aura negatif begitu nyata, dan ini membuatnya sangat kesal.

Baru saja ia ingin menambah kecepatan laju motornya, ia harus melakukan pengereman mendadak karena ada seseorang yang melintas dengan tiba-tiba saja.

Ciiiittt....

Suara ban berdecit dan rem yang tiba-tiba saja , hampir membuat Darmadi terjatuh jika ia tidak menjaga keseimbangan tubuhnya.

Jantungnya hampir saja copot. Deguban didadanya terasa amat kencang dan begitu menderu, bahkan nafasnya ikut tersengal.

Ia hampir saja menabrak seseorang. Saat ia merasakan debaran didadanya mulai normal, ia melihat dengan jelas jika sosok yang tiba-tiba menyeberangi jalan tersebut adalah Ki Roso yang entah darimana senja begini.

"Ya, ampuun, Ki... Ngagetin saja. Kalau nyeberang itu lihat-lihat dululah, Ki. Kalau tadi ke tabrak gimana?" omel Darmadi dengan nada kesal. Ia tidak mebayangkan jika saja tubuh tambun dan paruh baya itu tertabrak motornya, auto repotkan?

Pria itu hanya terdiam tanpa kata, seolah pemuda yang sedang berbicara kepadanya hanyalah radio rusak yang tidak perlu ia dengarkan.

"Mau saya antar, Ki? Sudah hampir maghrib, gak baik keluyuran," ucap Darmadi mengingatkan, meskipun ia takut maghrib dijalan, sebab ibunya selalu berpesan jangan keluyuran disaat maghrib dan tengah hari, sebab itu saat-saat para jin, syetan, iblis dan pasukannya sedang keluar dan bergentayangan.

Pria paruh baya itu menyahuti tawaran Darmadi, ia justru memasuki perkebunan pisang tanpa berbicara apapun.

Pemuda menggelengkan kepalanya, ia merasa heran mengapa pria itu berubah menjadi batu yang tidak ingin berbicara kepada siapapun setelah kabar yang tersiar jika anak perawannya pergi ke kota dan tidak pernah kembali sejak beberapa minggu yang lalu.

Darmadi menarik nafasnya dengan berat. Ia semakin terbiasa dengan sikap pria tersebut dan tidak mengambil pusing.

Ia kembali melanjutkan perjalanannya dan memacu sepeda motornya.

Saat ini ia akan melintasi sebuah pohon pule yang tumbuh tinggi dan besar sejak puluhan tahun yang lalu.

Saat ini, pohon tersebut sedang musim berbunga. Aroma bunga tersebut mirip dengan aroma kembang kantil, dan jika malam hari, aromanya yang khas dan kuat semerbak terbawa hembusan angin, semakin menambah nuansa negatif yang ken-tal.

Darmadi menguatkan hatinya untuk melewati pohon tersebut. Konon pohon itu salah satu tumbuhan yang disukai oleh mbak Kunti dan teman-temannya karena aroma khasnya tersebut.

Belum saja ia sampai melewatinya, satu sosok berdiri membelakanginya dengan pakaian lusuh dan banyak robekan disana sini. Bahkan terlihat sosok itu kepalanya terpenggal tetapi masih menggantung dengan sisa kulit yang hampir putus sebagai penyanggahnya.

Ciiiiiiittt...

Kembali Pemuda itu melakukan pengereman mendadak. Kali ini ia lebih geram dan kesal.

Tiiiiiiiinnnn...

Suara klakson terdengar sangat panjang. Ia sengaja menekannya agar makhluk didepannya tidak menghalangi jalannya.

"Ya Allah, koq ada saja sih, yang mengganggu jalanku. Woooi, setan... Minggir napa? Gak tau ini mau maghrib. Aku belum shalat maghrib tau!" omel Darmadi kesal. Ia tahu jika sosok itu bukan manusia, melainkan makhluk tak kasat mata.

Sosok itu menyingkir dari tengah jalan dengan cara melayang, dan pemuda itu melajukan motornya dengan perasaan yang tak nyaman, sebab ia merasakan punggungnya seperti ada sesuatu yang menempel.

"Siaalan, minta diboncengin pula," gerutu Darmadi dengan kesal.

Darmadi terlahir sebagai anak ke tiga dari empat bersaudara. Ke tiga saudaranya telah menikah dan hanya ia sendiri yang masih melajang. Entah apa yang menghalangi jodohnya. Jika dilihat dari tampangnya ia memimiliki wajah yang rupawan, ia juga memiliki postur tubuh yang ideal dengan manik mata kecoklatan. Tetapi sepertinya dewi fortuna belum mau membidikkan panah asmara didalam dirinya.

Ia juga memiliki kemampuan melihat makhluk tak kasat mata. Awalnya ia sangat takut melihat makhluk itu disaat usianya dua tahun. Namun seiring berjalannya waktu, ia mulai terbiasa hingga kini dan tidak merasa heran dengan kelebihan yang dimlikinya. Tetapi ia merasa terganggu karena terkadang makhluk itu memperlihatkan wujud yang sangat menyeramkan.

Darmadi telah tiba dirumahnya. Ia membuka pintu dengan sangat hati-hati, sebab ia tahu jika ibunya sedang shalat maghrib dan tidak ingin membuat ibundanya terganggu.

Pemuda itu bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan nantinya akan shalat maghrib.

Beberapa saat kemudian. Ia telah selesai dengan semua aktifitasnya. Ia memilih pergi takziah ke rumah pak kades yang lebih dekat dengan rumahnya, sebab jika ke rumah Jali, itu membuatnya lelah karena seharian membantu menggali pemakaman untuk Geo.

Ia berpamitan kepada sang ibu. Lalu keluar dari rumahnya.

Pemuda itu memilih berjalan kaki, sebab jaraknya tidak terlalu jauh, namun sialnya para tetangganya sudah terlebih dahulu pergi, terpaksa ia berjalan sendirian menuju rumah pak kades.

Wuuuuuusssh....

Desiran angin menyapa tengkuknya. Ia merasakan kehadiaran sosok makhluk tak kasat mata yang beberapa hari ini terus mengusiknya.

Darmadi mencoba mengabaikannya. Tetapi makhluk itu sepertinya terus mengusiknya.

"huuuuu....huuuu...." suara sesosok yang terdengar memilukan dimalam yang sepi. Darmadi menghentikan langkahnya. Ia celingukan mencari sumber suara tersebut dikegelapan malam.

Pemuda itu bingung untuk menentukan apakah ia meneruskan langkahnya untuk takziah ke rumah Pak Kades atau mencari asal suara tersebut.

Terpopuler

Comments

Fiya Kamila

Fiya Kamila

pantes aja darmadi bisa lihat sosok bayangan yang melintas pas melayat itu

2024-03-12

0

Min Mey

Min Mey

darmadi ' dahar lima ngaku hiji' 😄

2024-03-04

0

🥰

🥰

Nah kan, apa mungkin para pemuda yg t*was itu ada kaitan'y dengan anak perempuan ki Roso? menarik🤔

2024-02-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!