Kegemparan-5

Ki Roso tampak gelisah. Ia sedang duduk diteras rumahnya yang terbuat dari bilik bambu.

Rumah itu begitu sederhana. Atapnya terbuat dari anyaman daun nipah, sedangkan dindingnya dari anyaman bilah bambu.

Lantai rumah tua itu juga masih tanah dan tidak ada plaster semen apalagi ubin.

Ia menyeruput secangkir kopi hitam dan sepiring pisang yang direbus bersama kulitnya.

Matanya menerawang langit malam. Sesekali ia menghi-sap rokok cerutunya dengan dalam, ada dendam disorot matanya.

Pria itu seperti sedang menanti sesuatu, tapi entah apa, dan hanya ia yang mengetahuinya.

Darsih, wanita yang telah lama mendampinginya sejak awal pernikahan mereka yang kini menginjak usia 25 tahun pernikahan.

Di usia pernikahan yang ke sepuluh tahun, mereka dikarunia seorang puteri yang cantik jelita dengan segala ke anggunannya yang hampir terbilang sempurnah.

Kecantikan yang begitu indah ditambah pribadi yang baik membuatnya semakin menjadi kembang desa yang begitu dikagumi. Bahkan usianya yang masih 15 tahun, mampu menyihir para pemuda desa tergoda akan kemolekannya yang membuat jantung setiap pemuda berdebar kencang.

Tetapi kini sang gadis menghilang tanpa jejak bagaikan ditelan bumi, dan hal itu membuat luka terdalam dihati Ki Roso dan juga Darsih yang mana keturunan mereka satu-satunya tiada kabar beritanya.

Naeswari, sang gadis yang menjadi jantung hati keduanya. Gadis yang menajdi sebagai pengusir resah dikala lelah, penghibur hati dikala gunda, tak lagi terlihat senyum indahnya saat ia berpamitan akan pergi kesekolah.

Ki Roso tak lagi mendengar celoteh manjanya saat ia berkisah tentang berbagai hal disekolahnya. Hingga pagi itu ia berpamitan untuk pergi ke sekolah dengan seragam berwarna coklat yang merupakan seragam pramuka.

"Pak, Naes ijin berangkat ke sekolah, ya. Hari ini pulangnya lama, karena ada latihan pramuka," celotehnya sembari menyusun perlengkapan sekolahnya. Tak lupa ia membawa bekal yang sudah ia siapkan sejak selepas subuh tadi. Sebungkus nasi yang ia balut dengan selembar daun pisang.

"Hati-hati, ya--Nduk, selesai latihan langsung pulang, jangan keluyuran," jawab Ki Roso mengingatkan.

Gadis nan cantik dengan bulu mata lentik, rambut lurus panjang diikat ekor kuda yang memperlihatkan leher jenjangnya semakin menambah ke indahannya.

Usianya yang remaja dan tak lama lagi memasuki Sekolah Menengah Atas, membuatnya terlihat bagaikan mangga mengkal yang ranum.

Kali ini Naeswari tak menjawab ucapan Ki Roso, ia hanya menyalim keduanya dan berpamitan untuk pergi ke sekolah.

Tatapannya kosong, ia terlihat begitu pendiam beberapa hari ini. Gadis itu meraih tongkat pramukanya, seragam itu masih baru, karena beberapa hari yang lalu dibeli oleh Darsih dipekan Jumat, sebab seragamnya sudah kependekan.

Gadis itu semakin terlihat cantik dengan seragam barunya dan berjalan menyusuri jalanan setapak melewati rumpun bambu yang berada dipinggir hutan untuk menuju ke sekolahnya.

Namun hari itu menjadi hari terakhir bagi Naeswari yang mana ia berpamitan akan pulang lama, dan benar-benar sangat lama, hingga Ki Roso terus menantinya, meski tak jua kunjung kembali.

Darsih memandang suaminya dari kursi tua yang terbuat dari anyaman rotan yang sudah mulai melapuk dan banyak terlepas disana sininya.

Pria paruh baya itu selalu menatap jalanan setapak menuju rumah setiap malamnya. Ia seolah menantikan kehadiran puterinya kembali, meskipun harapannya hanyalah sebuah harapan kosong belaka.

Tak jarang pria tua itu masuk ke rumah dengan mata sembab dan hatinya penuh luka.

Sementara itu. Darmadi memutuskan untuk mencari suara seseorang yang sedang menangis tersedu dengan lirih yang terdengar begitu memilukan.

Ia menyusuri jalanan yang masih basah karena malam tadi diguyur hujan yang deras.

Rasa penasaran semakin kuat mengalahkan rasa takutnya. Ia memastikan jika sumber suara itu semakin membawanya ke rumpun bambu dipinggir hutan.

Ia meraih phonselnya pintarnya, lalu menyalakan senter untuk menerangi penglihatan dan berjalan dengan perlahan, sebab jalanan licin dan mengharuskannya berhati--hati.

Dalam kegelapan yang sepi, ia melihat sekelebatan bayangan yang menuju ke rumpun bambu. Dengan cepat ia mengarahakan senternya ke rimbunan rumpun bambu, namun tak ada sesiapapun disana.

Perlahan ia merasakan degub jantungnya berpacu lebih cepat. Bulu kuduknya mulai meremang merasakan kehadiran aura negatif yang begitu kental.

Sreeeeek...

Suara ge-sekan dedaunan bambu membuat suasana semakin mencekam. Darmadi merasakan kehadiran sosok tak kasat mata semakin nyata. Ia mengarahkan senter phonsel pintarnya untuk menerangi sesuatu yang menarik perhatiannya.

Wuuuuusssh...

Kelebatan bayangan berpindah dan membuatnya harus menggerakkan tangannya dengan cepat mengikutinya, hingga saat ia berbalik, dan...

"Aaaaaaaaa...." teriak Darmadi dengan kencang, karena ia sangat kaget saat mendapati sosok wanita dengan kepala yang menggantung hampir terputus sedang memunggunginya.

Karena saking kagetnya, sontak saja phonsel milik pemuda itu sampai terlepas dari genggamannya.

"Setaaan sialaan," makinya dengan nafas memburu, " Apa maumu? Mengapa kau terus mengusikku?!" ucap Darmadi dengan nada yang sangat kesal.

Sosok itu kembali menangis dengan suara yang memilukan. Melihat hal tersebut, sang pemuda memilih ngacir untuk pulang ke rumah.

Ia berlari sekencangnya dengan jurus andalan langkah seribu. Namun, yang membuatnya tampak semakin kesal, makhluk itu terbang melayang mengikutinya dan ia semakin menambah kecepatan larinya.

Hingga dipersimpangan jalan, sosok itu menghilang takkala suara adzan Isya berkumandang, dan hal tersebut membuat Darmadi mengambil kesempatan untuk mempercepat larinya.

Ia tiba diteras rumahnya dengan nafas yang tersengal. Deru degub dijantungnya berpacu lebih cepat dan membuatnya berkeringat disaat udara malam yang begitu dingin.

Pemuda itu melangkah menuju ambang pintu dan bergegas membukanya, lalu segera masuk ke dalam rumah dan menguncinya. Ia berharap sosok itu tak mengikutinya hingga ke rumah.

Darmadi menuju kamarnya dan mengunci kamarnya dari dalam.

Adzan Isya berakhir. Ia menuju ranjangnya dan menarik selimutnya untuk menghilangkan rasa gugup dan juga gemetarnya.

Ia terbiasa melihat makhluk tak kasat mata. Tetapi mereka tak pernah menggamggunya, dan kali ini makhluk itu seperti sengaja mengusiknya.

Darmadi mencoba menarik nafasnya dengan hidung dan mengeluarkannya melalui mulut secara berulang kali, hingga akhirnya ia merasakan tenang.

Namun baru saja ia merasakan degub jantungnya normal, kini ia harus dikejutkan lagi oleh suara cakaran dibalik jendela kamarnya. Saat ia berusaha menelisik suara tersebut, terlihat sekelebat bayangan melintas dari balik jendela kaca.

"Haaah..! Ya Salam... Kenapa dia nginti-lin aku terus, sih! Gak punya kerjaan banget," ucapnya dengan nada kesal sembari menangkupkan wajahnya dikedua lututnya yang ditekuk.

"Bang.... Tolooong, aku," ucap sosok itu dengan sangat lirih dan menggema.

Darmadi tersentak kaget mendengar suara dari sosok tersebut.

*****

Empat orang remaja sedang berkumpul dibelakang rumah Pak Kades. Keempatnya tampak memucat dan sedang membahas sesuatu.

Wajah-wajah mereka tampak memucat dan sepertinya ada rahasia yang sedang mereka sembunyikan.

"Yudi tewas dengan cara mengenaskan dan begitu juga dengan Geo dan cara kematian yang sama pula. Apa yang harus kita lakukan sekarang?" ucap Dani membuka suara.

Keempatnya saling pandang satu sama lain.

Sorot mata mereka menyiratkan sebuah kengerian yang sangat dalam.

"Apakah Ki Roso pelakunya? Sebab ia yang selalu membawa golok kemanapun ia pergi, dan ia juga bersikap aneh selama ini," Agus menimpali ucapan Dani.

"Bagaimana jika bukan, Dia? maka siapa pelaku sebenarnya?"kini Budi ikut menimpali ucapan kedua sahabatnya.

Terpopuler

Comments

Min Mey

Min Mey

buset pelakunya masih bocah bocah tengil

2024-03-04

0

Humaira Putri

Humaira Putri

buseddd yg namanya Dani meresahkan wae sihhh/Smug//Smug/

2024-02-15

1

Matthias Von Herhardt

Matthias Von Herhardt

😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁 setannya jatuh cintrong Ama Lo Adi .

2024-02-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!