Sesuatu

Darmadi merasakan desiran angin yang terasa panas menerpa kulitnya. Meski ini malam hari, dan sangat aneh hawa itu begitu panas.

Ia terus berjalan menyusuri kebun pisang. Ia merasa jika sesuatu tengah mengikutinya dari arah belakang. Berulang kali ia mencoba untuk mengusir rasa takutnya, tetapi tetap saja tak jua kunjung pergi.

"Dasar setaaan, awas saja kamu kalau coba gangguin terus, aku getok palamu pakai balok," gerutunya dengan kesal. Ia membawa sebatang balok untuk berjaga-jaga andaikan kepergok ki Roso untuk menghalau golok pria gemoy tersebut.

Langkahnya semakin dipercepat menyusuri kebun pisang, dan kini ia akan memasuki jalanan menuju kebun karet milik juragan Jali yang mana akan terhubung ke rumah tua milik Ki Roso.

Saat berada dipertengahan kebun karet, ia melihat cahaya lampu minyak dikejauhan, dan Darmadi mengira itu adalah penerangan milik gubuk tua Ki Roso yang tampak temaram.

Saat mendekati cahaya tersebut, Pemuda itu menghentinkan langkahnya, sebab cahaya itu seolah terbang melayang menuju ke arahnya.

Wuuuuussshhh...

"Haaah." Darmadi merundukkan kepalanya untuk menghindari benda melayang yang menyasar pada lehernya. Ia tercengang saat melihat benda yang ia kira adalah cahaya lampu, ternyata sebuah keris yang mengeluarkan cahaya kemerahan.

Benda itu berputar arah dan kembali ingin menyerangnya dengan gerakan yang sangat kencang.

Darmadi menggunakan balok kayunya untuk menangkis benda berbentuk keris itu, namun saat keris itu mendekat, ia merubah wujudnya menjadi kepala buntung yang menampilkan dua bola mata bercahaya dengan gigi taring yang meruncing menyeringai, ditambah dengan rambut panjang gimbal seolah tidak pernah disisir bertahun-tahun lamanya.

Buuuuuuk...

Darmadi mengayunkan balok kayunya saat sosok kepala itu menyerangnya.

Kepala itu memental dan menghantam pohon karet yang tumbuh berbaris rapi bagaikan pasukan kesatuan yang sedang apel pagi.

Buuuuk....

Taaring makhluk itu tertancap dipohon karet, dan kesempatan itu digunakan oleh Darmadi untuk menggetoknya sekali lagi, hingga taring itu semakin tertancap habis dipohon karet.

Melihat makhluk itu kesusahan, Darmadi meninggalkannya begitu saja. Ia membaca berbagai doa yang ia tau dan setengah berlari menuju rumah Ki Roso yang hampir saja didepan matanya.

Ia memperlambat jalannya dan mengendap-endap untuk mencapai sisi kiri gubuk tua yang ia yakini sebagai kamar Naeswari.

Tetapi ia meraskan suatu pergerakan yang sangat cepat dari arah belakang dan sedang menuju ke arahanya. Ia bersiap mengayunkan baloknya untuk menghalau sosok yang akan menyerangnya, tetapi saat ia memutar tubuhnya kebelakang, ia tak melihat apapun, hanya kegelapan yang nyata.

Gemuruh didadanya sangat terasa begitu kuat, tetapi rasa pensarannya tak dapat ia tahan.

Ia kembali melanjutkan langkah kakinya untuk mencapai dinding bilik bambu yang memendarkan cahaya lampu minyak melalui celah-celah setiap lu-bang bilik.

Aroma khas dupa dan juga kemenyan tercium begitu kuat. Ia menduga jika malam ini Ki Roso melakukan ritual untuk pemujaan terhadap jin Qorin Naeswari untuk mencari tujuh pelaku lainnya.

Dan malam ini Juned sudah menjadi korban dari pembalasan dendam tersebut.

Darmadi memilih celah yang sedikit besar dan menempelkan sebelah matanya untuk melihat apa yang dilakukan oleh Ki Roso.

Terlihat didalam ruangan kamar yang sangat temaram buku-buku pelajaran sekolah Naeswari masih tersusun rapi di rak-rak yang dipaku dengan menggunakan sekeping papan yang betingkat menjadi tiga bagian.

"Itu buku-buku Naeswari, dan tandanya jika gadis itu tidak pergi ke kota. Berarti Ki Roso berbohong mengenai Keberadaan gadis itu, gumam Darmadi dalam hatinya.

Ia terus menyipitkan sebelah matanya untuk mempertajam penglihatannya pada ruangan yang berpencahayaan temaram.

Sesaat jantungnya berdebar kencang saat mendengar langkah kaki seseorang memamasuki bilik tersebut.

Kain penutup pintu tersingkap. Darmadi hanya dapat melihat bagian betis kaki sosok itu saja, sebab pandagannya terhalang oleh akses untuk pengintainnya.

Tampak kaki tambun dengan celana pangsi berwarna hitam legam berjalan menuju sebuah sudut bilik yang mana berada tepat ditempat Darmadi sedang mengintai.

Pria yang tak lain adalah Ki Roso, duduk bersila menghadap sesaji yang telah disediakan.

Ia meraih keris yang tergeletak diatas sebuah anglo yang mana didilamnya terdapat prmbakaran arang dengan kemenyan yang menebarkan aroma kuat dan khas.

Ia meraih keris tersebut. Lalu mero-goh saku celananya dan mengeluarkan robekan kain berwarna kecoklatan dengan darah yang sudah mengering, dan Darmadi memastikan jika itu milik Naeswari.

"Hahhh! Berarti Ki Roso mengetahui peristiwa kematian Puterinya. Itu adalah kain yang sama seperti yang ku temukan diliang tempat jasad gadis itu dikubur," gumam Darmadi dengan lirih dalam hatinya.

Ia merasakan degub jantungnya semakin kencang. Ia menduga jika Ki Roso yang menggali dan memindahkan jasad Neswari, lalu membangkitkannya kembali dengan menggunakan jin qorinnya.

Ki Roso menggulung kain tersebut, lalu meraih jeruk limau yang sudah dibelah menjadi empat bagian.

Ia mengambil sepotongnya, lalu memeraskan airnya pada darah yang telah mengering dirobekan kain tersebut sembari merafalkan mantra dan juga mengasapi keris beserta kain tersebut.

Seketika sesuatu yang mengerikan keluar dari keris tersebut. sosok hitam dengan rambut gimbal dan taring runcing yang panjang, serta dua bola mata merah menyala menggeliat bagaikan penari ular.

"Haah, bukannya tadi giginya tertancap dipohon karet? mngeapa sekarang berada disini?" Darmadi menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Apakah Kau sudah mendapatkan orang yang telah mencelakai puteriku?" tanya Ki Roso dengan suara paraunya.

"Sudah Ki... Tinggal enam orang lagi yang akan menjadi target pembalasanku," jawabnya dengan seringai tajam.

"Bagus... Habisi mereka semua yang telah membuat jantung hatiku tersakiti dan pergi dengan cara biadab," ucap Ki Roso dengan air mata yang tak dapat ia tahan.

"Berarti Ki Roso benar-benar tahu akan kematian Naeswari. Tetapi mengapa ia tidak melaporkannya ke polisi? Mengapa harus membalas dengan cara keji seperti ini?" Darmadi mencoba menerka-nerka.

Ia kembali mencoba mengintai dari balik bilik bambu tersebut. Ia ingin memastikan dimana kira-kira jasad Naeswari disembunyikannya. Apakah jasad itu belum disempurnakan, sehingga jin qorin yang asli meminta tolong padanya.

Darmadi kembali menempelkan sebelah matanya untuk mengintai apa yang dilakukan oleh Ki Roso. Saat bersamaan, dua bola mata yang memerah juga sama mengintai dari celah bilik tempat Pemuda itu.

"Haaah...!" Darmadi tersentak kaget dan segera menutup mulutnya karena takut ketahuan oleh si pemilik rumah.

Debaran didadanya terlihat begitu menderu. Ia berjalan mundur untuk memilih kabur, hingga langkahnya terhenti saat ia menabrak seseorang yang berada tepat dibelakangnya.

Darmadi merasakan detak jantungnya berpacu cepat. Ia menarik nafasnya yang memburu dan tersengal.

Ia memberanikan diri untuk menoleh ke arah belakang dan melihat siapa yang sedang menghalangi.

Dengan gerakan lamban, ia memutar pandangannya dan melihat sosok tersebut.

"Haaah!" ia tersentak kaget hingga terlonjak dan hampir saja terjatuh karena rasa takut yang kini menyergapnya saat melihat sosok yang berada dihadapannya.

Terpopuler

Comments

Matthias Von Herhardt

Matthias Von Herhardt

😁😁😁😁 bawa temen kee gtu bang jgn sendiri lah woyyy

2024-02-04

0

Syahrudin Denilo

Syahrudin Denilo

Ki ROSO pinter

2024-01-30

0

Ulun Jhava

Ulun Jhava

Trll gegabah bang aji berani boleh tp otak hrs jalan

2024-01-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!