kembali terjadi-3

"Tooooloong..." teriak Jarwo yang berlari dengan wajah memucat menuju arah ke kerumunan warga.

Warga bengong melihatnya yang berlari dengan wajah pucat pasi.

"A-ada potongan tubuh dikebun singkongku," ucap Jarwo sembari terbata dan menenteng sebilah golok ditangannya.

Ia sejak pagi buta sudah turun ke kebun untuk memeriksa kebun singkongnya yang sering dicuri oleh orang-orang jahil.

Saat ia menyusuri gulutan kebun singkongnya, ia melihat banyak batang singkong yang patah dan rusak, tetapi isinya tidak hilang. Rasa penasaran membuatnya semakin ingin melihat apa yang sedang terjadi.

Hingga akhirnya ia dikejutkan oleh tubuh yang tergelatak digulutan singkongnya dengan tanpa kepala.

Sontak hal itu membuat warga sangat terkejut mendengar laporannya dan menatap pada Jarwo yang saat ini sedang menenteng sebilah golok.

"Astagfirullah," Jarwo tersentak kaget saat melihat potongan kepala Budi yang tergeletak didepannya.

Tak berselang lama, terdengar raungan dari sirene polisi yang mendapat laporan dari warga.

"Jadi potongan tubuh itu milik Budi?" tanya Jarwo dengan wajah kagetnya.

"Lalu mengapa kamu membawa golok dan kekebun ubi sepagi ini?" tanya seorang warga yang mulai mencurigainya.

Jarwo membolakan matanya karena ia merasa dicurigai.

"Aku setiap pagi memang kek kebun untuk memeriksanya. Sebab akhir-akhir ini kebun singkongku banyak yang mencurinya," jawab Jarwo tak ingin menjadi tertuduh.

"Dan kamu menemukan Budi disana ingin mencuri singkongmu?" cecar warga lainnya yang mulai terprovokasi.

Tetapi aksi mereka terhenti saat mobil polisi sudah tiba dan berhenti didekat kerumunan warga.

Seketika warga memberikan jalan untuk para kepolisian mengidetifikasi potongan kepala Budi, lalu police line dpasang diarea tersebut.

"Pak, potongan tubuhnya terdapat dikebun singkong milik Jarwo, Ia yang pertama kali menemukannya," ucap seorang warga dengan cepat. Mereka berharap dapat menemukan pelakunya secepat mungkin, agar teror kematian tersebut tidak lagi terjadi.

Polisi melirik tangan Jarwo yang memegang golok dan tampak gemetar. Tentu saja ia merasa takut karena lirikan mata para warga dan juga polisi seolah ingin mengulitinya.

"Tunjukkan dimana jasadnya,"titah salah satu polisi tersebut kepada Jarwo dan pria itu mengangguk dengan lemah.

Lalu ia berjalan menyusuri jalanan setapak menuju kebun singkong miliknya yang tak jauh dari kediaman rumah Budi yang saat ini sudah meninggoy.

Seluruh warga yang berkerumun bergegas menuju area tempat ditemukannya jasad cungkring Budi yang berada dikebun Singkong milik Jarwo.

Setibanya disana, mereka melihat banyaknya batang singkong yang patah. Sepertinya Budi berlari kesana-kemari untuk menghindari seseorang yang ingin menghabisinya.

Namun anehnya, ditempat tersebut hanya ditemukan satu jejak kaki saja, dan sepasang sendal milik remaja itu, dan tidak ada jejak lainnya.

Hal tersebut membuat spekulasi yang bermunculan dengan begitu banyak dan ini semakin menyulitkan pihak kepolisian untuk mengungkap pelakunya, sebab dari kejadian Yudi dan Geo, tidak ada jejak sidik jari yang mengarahkan kepada sipelaku.

Pihak polisi kembali memasang police line dan memasukkan jasad Budi ke dalam kantong orange dan disatukan dengan potongan kepala yang ditemukan dihalaman rumah.

Luka tebasannya selalu sama, rapih dan hanya sekali tebas saja. Sepertinya senjata yang digunakan pelaku sangat tajam dan itu terlihat dari cara melakukannya.

Polisi meninggalkan area lokasi kejadisn dan membawa serta Jarwo untuk dimintai keterangan.

Sementara itu, Ki Roso masih begitu dalam menghirup potongan kain berwarna coklat yang kini berada digenggamannya. "Hutang nyawa dibalas dengan dengan nyawa. Setiap perbuatan akan ada balasannya, dan ini tidak akan berhenti sampai semua yang merenggut sesuatu yang kumiliki kalian rampas," gumamnya dengan lirih.

Darsih berdiri diambang pintu kamar Naeswari. Ia menatap pada pria yang kini tengah berdiri didepan lemari pakaian puterinya.

"Apa yang sudah kamu lakukan, Kang? Hentikan semua ini, dan apakah kamu merasa puas dengan semua yang terjadi?" ucapnya dengan lirih dan penuh kesedihan.

Pria itu menitikkan air matanya. "Aku tidak akan berhenti sampai tanda kematian dari semua pelaku itu habis. Apakah Kau tidak terluka dengan kepergiannya?" ucap Pria tambun itu dengan hatinya yang lara.

"Aku yang melahirkannya. Tentu aku yang paling kehilangannya. Apakah Akang fikir aku tidak kehilangan? Tetapi bukan ini caranya. Kasihan puteriku jika sampai Bapqknya berbuat keji seperti ini" ucap Darsih dengan penuh penekanan.

Ki Roso menatap tajam pada sang istri. Tatapannya penuh dendam dan kebencian. "Aku akan berhenti, setelah semuanya habis!" jawabnya dengan nada gemetar.

Ia menyelipkan robekan kain yang digenggamnya ke dalam saku celananya.

Sementara itu, para warga berkumpul dikediaman orangtua Budi untuk mempersiapkan pemakaman remaja tersebut dan menantikan jenazahnya setelah dokter forensik melakukan autopsi

"Ini sangat mengerikan. Mengapa teror ini menjadi ancaman semua remaja laki-laki didesa? Kepolisian juga tidak dapat mengungkap siapa pelakunya," ucap salah seorang warga.

"Sepertinya ada sesuatu yang salah. Bukankah aku mengatakan kita harus mengadakan rapat untuk mengumpulkan para remaja laki-laki agar terungkap apa titik permasalahannya," jawab yang lainnya.

Warga saling pandang. Mereka mencoba untuk mempertimbangkankan saran tersebut. Terlihat Dani dan juga Agus sedang berada diantara warga. Mendengar hal tersebut, keduanya terlihat ketakutan. Mereka tidak mungkin akan mau dipanggil dalam musyawarah dibalai desa.

Keduanya berjalan menghindari warga dan berada menjauh.

"Bagaimana ini, Gus? Jika kita dikumpulkan, maka akan terungkap apa yang telah kita lakukan," ucap Dani dengan wajah yang terlihat ketakutan.

"Iya. Apa kita pergi saja dari desa ini untuk menghindari musyawarah dan juga teror tersebut," Agus menimpali.

Wuuuuuusssshhh...

Sebuah hembusan angin yang terasa sangat dingin menerpa kulit kedua remaja tersebut.

"Aku koq merasa merinding, ya Gus," ucap Dani sembari menyapu tengkuknya.

"Iya. Aku juga merasa merinding," jawab Agus. Ia merasa punggung belakangnya ada sesuatu yang menempel.

Tak berselang lama. Tampak Ki Roso berjalan dengan tertatih menuju sembari membawa golok menuju ke arah mereka.

Kedua remaja itu tampak terlihat bingung. Entah darimana datangnya pria tambun tersebut, dan itu membuat keduanya semakin memucat.

"Gus, dia datang," ucap Dani, sembari menyenggol lengan Dani.

Tanpa menunggu lama, Dani memilih ngacir dan tentu hal itu diikuti oleh Agus yang berlari dibelakangnya.

"Dan, tungguin," teriak Agus yang mempercepat langkahnya.

Keduanya berlari secepat mungkin untuk menghindari sosok pria tersebut.

Malam menjelma. Ki Roso memasuki kamar Naeswari dengan hati penuh dendam. Ia menutup pintu tersebut dan menuju sebuah sudut ruangan.

Ia membuka kain hitam yang menutupi sesuatu. Saat kain hitam disingkap, terlihat dupa dan beberapa peralatan ritual lainnya.

Ia duduk bersila. Lalu membakar dupa dan kemenyan. Setelah itu ia mengambil segenggam tanah yang terlihat tampak darah yang mengering didalm gumpalan tanah tersebut.

Perlahan ia mengambil kembang sesaji dan sebuah asam limau yang telah ia belah menjadi 4 bagian.

Lalu tangannya dengan cekatan memeras air limau ke atas tanah kering dengan bercak darah tersebut.

"Bangkitlah, Naeswari. Bangkitlah. Balaskan dendammu kepada siapa saja yang telah melakukan dosa itu! Habisi mereka dengan cara yang sama!" ucap Ki Roso dengan penuh dendam.

Seketika asap hitam mengepul dan aroma kantil menyeruak ke dalam ruangan kamar.

Terpopuler

Comments

Matthias Von Herhardt

Matthias Von Herhardt

Huhuhuuuuuuu..... gpp habisin aja yg bunuh Naes itu, emang bnr sih nyawa di bayar nyawa, KARENA PERPISAHAN YG PALING MENYAKITKAN ITU ADALAH KEMATIAN.... TAK KAN PERNAH BERTEMU LAGI...

2024-02-04

1

Syahrudin Denilo

Syahrudin Denilo

mantab nih bagus ceritanya
aku setuju dengan cara balas dendamnya

2024-01-27

1

Josss

Josss

Jossss

2023-12-31

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!