kembali terjadi-2

Sosok pembawa kepalq itu melesat dalam kegelapan malam melewati perkebunan singkong.

Tak jarang kepala yang dibawanya berbenturan dengan batang singkong yang tumbuh rapat.

Hingga tiba disebuah rumah yang terbuat dari batu semi permanen, ia melayang turun dan melemparkan kepala yang dibawanya dihalaman rumah tersebut.

buuuuug....

Sebuah kepala menggelinding diatas tanah nan lembab dengan wajah penuh penderitaan.

Sosok itu kembali melayang dan melesat meninggalkan rumah tersebut.

Sementara itu, Darmadi bergelung dengan selimutnya. Ia mencoba untuk tertidur, tetapi enatah apa yang membuatnya untuk terus terjaga, ia begitu gelisah.

Panggilan suara Naeswari membuatnya terfikirkan tentang sang gadis, entah apa yang begitu mengusiknya.

Pemuda itu mengingat betul bagaimana setiap kali mereka berpapasan setiap pagi. Wajah ceria gadis remaja selalu tersungging dibibirnya.

"Bang, boncengin," teriaknya manja setiap pagi lmeminta tumpangn kepada Darmadi. Ia gadis yang sedikit pendiam, dan jarang berbicara kepada para pria dikampungnya. Tetapi dengan dirinya, ia terlihat berani untuk sekedar meminta tumpangan, sebab sekolahnya berjarak cukup jauh, sekitar tiga kilometer melewati perkebunan dan juga jalanan yang belum tersentuh pembangunan.

"Ayo cepat, abang sudah terlambat ke rumah Pak Dhe Julham, ada mesin kapal yang mau Abang mau perbaiki," titah pemuda itu dengan pakaiannya yang penuh noda solar dimana-mana.

Gadis itu dengan sigap naik ke boncengan, dan tidak perduli jika pakaiannya harus terkena aroma noda sisa solar yang menempel.

"Kamu minta belikan motor sama, Bapak, Naes. Jadi kalau pulang sekolah gak was-was, soalnya jalanan disini sangat jauh, abang takutnya kamu kenapa-napa jika pulang sendirian," ucap Darmadi sembari mengemudikan motornya.

"Bapak gak punya uang, Bang. Bisa makan sehari-hari saja sudah syukur," jawabnya dengan lirih.

Darmadi terdiam sejenak. "Oh, ya. dirumah ada motor butut yang sudah lama tidak abang pakai, nanti abang perbaiki, kamu mau?" tanya pemuda itu mengingat ada satu motornya yang tidak terpakai.

"Mau, mau--bang. Tapi nanti abang ajarin cara pakainya, ya?" sahut gadis itu cepat.

Darmadi menganggukkan kepalanya. Ia merasa senang melihat gadis itu yang penuh dengan kesederhanaannya. Bahkan ia tidak malu menerima motor butut yang akan diperbaikinya nanti.

Pemuda itu mengenal benar akhlak para pemuda desa yang kebanyakan sebagai pengangguran dan berbuat maksiat. Bahkan tak jarang mereka mencuri barang-barang rumah tangga dan hasil kebun milik warga yang mana hasilnya mereka gunakan untuk pesta miras dan narkotika.

Mungkin hal itu juga yang membuat Naeswari tidak pernah menyapa para remaja pria di desanya. Ia lebih terkesan berani kepada Darmadi dan itu juga membuat beberapa remaja merasa iri.

Hingga tiba saatnya pemuda itu telah memperbaiki motor yang dijanjikannya, tetapi sang gadis hilang lenyap tak terlihat batang hidungnya hingga kini.

******

Murni menggeliatkan tubuhnya. Ia harus bangun dan segera menanak nasi untuk bekal suaminya yang akan pergi mencangkul dikebun.

Ia keluar dari kamarnya menuju dapur yang masih terbuat dari tungku batu bata dan menggunakan kayu bakar sebagai media memasak. Dikampung mereka, hampir sebagian warga menggunakan kayu bakar untuk memasak, dan penggunaan gas hanya dilakukan oleh warga tertentu saja.

Wanita berusia 45 tahun itu melintasi kamar puteranya--Budi saat akan menuju dapur, tampak pintu kamar masih tertutup rapat, ia menduga jika puteranya masih tertidur karena bertakjiah malam tadi dirumah pak Kades.

Ia berjalan menuju dapur, lalu menghidupkan kayu bakar untuk menanak nasi. Ia akan memasak menu gulai pepaya muda yang banyak tumbuh dipekerangan belakang rumahnya, dan ia berniat untuk memetik salah satunya.

Ia memilih keluar dari pintu depan, sebab sendalnya tertinggal diteras.

Ia berjalan bergegas membuka pintu depan untuk memetik pepaya muda dan beberapa butir cabai yang tumbuh dengan subur ditempat yang sama.

Kreeeeek....

Terdengar handle pintu dibuka. Seketika arkma udara pagi yang seharusnya segar berubah menjadi amis dan anyir.

Ia merasakan perasaannya tidak enak, sebab beberapa kejadian yang menimpa remaja desa ditandai dengan aroma anyir tersebut.

Perasaan Murni sebagai seorang ibu mulai tak nyaman. Ia tiba-tiba saja merasakan sesuatu yang buruk terjadi.

Deeeeeeg....

Jantungnya berdetak kencang saat melihat sesuatu yang bulat tergeletak didepan halaman rumahnya dengan lumuran darah yang sangat banyak dan mengental.

Dalam keremangan pagi, ia dengan jelas memastikan jika itu kepala Budi-puteranya, nalurinya begitu kuat untuk mengatakan hal itu.

"P--Paaaak," teriaknya dengan suara yang sangat parau dan hampir tak mampu keluar dari tenggorokannya.

Seketika Syamsul terlonjak dari peraduannya mendengar suara teriakan istrinya.

"Ada apa, Bu?" jawabnya dengan mata yang masih sangat berat untuk buka, sebab ia tiba-tiba terbangun.

Ia berjalan dengan sempoyongan dan menuju ke arah ambang pintu tempat dimana Murni sang istri tampak terduduk lemah memandangi sesuatu.

"Ada apa Bu?" Tanyanya dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.

Wanita itu mengarahkan telunjuknya kepada sesuatu yang tergeletak didepan halaman rumahnya dengan kondisi yang lemah.

Syamsul bergegas menuju ke arah yang ditunjuk istrinya dan mencoba memeriksanya.

Degub jantungnya berpacu lebih kencang saat melihat benda bulat dengan lumuran darah yang mengental.

"Astagfirullah... Buuudiii," teriaknya dengan kencang saat mendapati jika tergeletak dihalaman rumahnya adalah potongan kepala puternya.

"Paaaak, Budi, pak," tangis wanita itu dengan isakan yang memilukan.

Seketika raungan kedua suami istri itu memecahkan kesunyian dipagi hari.

Mendadak warga yang tak jauh dari rumah mereka keluar dari rumah dan mencoba melihat apa yang terjadi.

"Astaghfirullah... Budi? Mengapa bisa begini, Kang? Apa yang sebenarnya terjadi pada remaja-remaja didesa kita?" ucap salah seorang warga yang melihat potongan kepala Budi tergelatak begitu saja dihalaman depan rumah orangtuanya.

Syamsul tampak lemah dan tak mampu untuk mengatakan apapun, sedangkan Murni tak sadarkan diri karena terlalu syok melihat apa yang terjadi.

"Panggil polisi. Sepertinya pelaku memiliki unsur dendam, dan ia tidak akan berhenti sebelum dendamnya terbalaskan. Kita harus mengumpulkan para remaja yang ada didesa dan untuk dimintai keterangan, kesalahan apa yang mereka perbuat sehingga terjadi hal seperti ini," usul salah seorang warga.

"Mengapa remaja desa yang dicari kesalahannya? Ini jelas-jelas pembunuhnya memiliki jiwa psikopat dan harus segera ditangkap dan diadili. Jika sampai pelakunya tertangkap dan terbukti, maka kuta harus membakarnya hidup-hidup," seseorang menyela ucapan warga tadi.

"Ya..ya...pelakunya kita bakar hidup-hidup saja, biar ia tahu rasanya sakit saat menjelang kematian dengan cara dibakar," yang lain menyetujui.

Lalu mereka memanggil polisi untuk melakukan identifikasi.

Diantara kerumunan warga, tampak Ki Roso sedang ikut memandangi kepala Budi yang tergeletak dengan sangat mengenaskan. Tatapannya yang dingin menambah dinginnya udara pagi ini.

Pria bertubuh tambun itu bergerak pulang menuju rumahnya. Ia tiba dirumahnya dusambut dengan tatapan intimidasi dari sang istri, namun tidak tanpa beryanya. Ia memasuki rumah reotnya dan menuju kamar tempat dimana biasanya sang puteri tidur dan menghabiskan waktunya untuk belajar.

Ia memandangi sisa buku-buku tulis dan buku pelajaran yang tersusun rapih pada sebuah rak yang terbuat dari sekeping papan yang dibuat khusus oleh Ki Roso untuk Naeswari meletakkan bukunya.

Ia membuka lemari pakaian yang tampak usang dan itu milik Naeswari yang mana lemari itu juga hasil karya tangannya untuk sang puteri menyimpan pakaian.

Ki Roso meraih sehelai robekan pakaian yang ia simpan didalam lemari tersebut. Ia membuka robekan pakaian yang terdapat bercak darah yang sudah mengering dan ia menghirupnya dengan dalam saat ada remaja yang tewas dengan cara terpenggal.

Terpopuler

Comments

Fiya Kamila

Fiya Kamila

kok gak ditindaklanjuti sih darmadi

2024-03-12

0

Matthias Von Herhardt

Matthias Von Herhardt

Gpp lah habisin aja para remaja yg tak bermoral... itu sangat meresahkan

2024-02-04

3

Syahrudin Denilo

Syahrudin Denilo

mantab nih seru habisin remaja yg tak bermoral

2024-01-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!