Naeswari-2

Darmadi mengacak rambutnya. Berulang kali ia berteriak dan ingin menyelematkan sang gadis, tetapi lagi-lagi ia hanya menyentuh angin belaka.

Melihat kekejian para remaja itu, ingin rasanya ia menghajar semuanya. Tetapi anehnya, ketujuh wajah remaja lainnya tidak terlihat, mereka tertutup kabut dan Darmadi tak dapat melihatnya dengan jelas.

Mereka selesai menggali dan mengangkat tubuh Naeswari yang yang penuh dengan darah dan luka lebam serta tanpa sehelai benangpun.

Tubuh itu diangkat bagaikan seonggok daging hewan yang tak berharga bahkan kepala sang gadis tergantung karena hampir putus, lalu mereka melemparkannya begitu saja ke dalam liang yang telah digali mereka bersama dengan pakaian yang berlumuran darah.

Setelah melemparkannya dengan cara biadab, mereka menguruknya dan mencoba meratakannya meski tak sempurnah.

Agus memungut tongkat pramuka yang terkena semburan darah saat Geo memenggal leher sang gadis dengan menggunakan golok milik Dani. Ia melemparkannya dibalik rimbunan rumpun bambu agar tidak ada yang melihatnya, dan robekan pakaian Naeswari ada yang tertinggal tanpa mereka sadari.

Untuk mengelabui orang-orang, mereka menumpukkan dedaunan kering diatas makam tersebut dan menginjaknya agar terlihat bagaikan tumpukan dedaunan. Mereka berusaha menghapus jejak perbuatan mereka dengan sebaik mungkin.

Hari semakin menggelap, setelah merasa sudah beres, mereka meninggalkan lokasi tersebut dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa.

Darmadi berteriak sekencangnya menyaksikan semuanya didepan mata, tetapi ia tak mampu melakukan apapun untuk menyelamatkan sang gadis.

Andai saja ia tidak lembur malam itu, mungkin nasib tragis tersebut tidak akan pernah terjadi.

"Naees... Naeeswari," ucapnya lirih dengan air mata yang membasahi pipinya. Ia berlutut menatap tumpukan dedaunan kering yang mana tempat mereka mengubur jasad sang gadis dengan terlalu sadis.

"Bajingaaan, kalian semua, Bangsaaat!!" maki Darmadi dengan perasaan hancur lebur.

Baginya Naeswari adalah seorang gadis yang ia rawat dan ia jaga seperti adik sendiri, dan tak pernah sedikitpun ia terbesit dihatinya untuk ia berbuat kotor kepada sang gadis meski acap kali Naeswari menumpang diboncengan motornya.

Dan saat terakhirnya, gadis itu menyebut namanya, meminta tolong kepada dirinya untuk dibebaskan dari para remaja laknat tersebut, tetapi harapan sang gadis tersia-sia dan tidak ada yang menolongnya.

Ia merasakan begitu menyakitkannya saat tubuh itu digarap tanpa belas kasih dan tentunya sangat tersiksanya sang gadis menghadapi kebrutalan mereka.

"Naees... Naees... Maafin abang, Naees.. Huuu...huuu.." isak Darmadi yang tak dapat membendung kesedihannya. Entah mengapa ia merasakan begitu hancur dan betapa sakit hatinya melihat semua itu.

"Uhuuuuk...," Darmadi terbatuk dan mengerjapkan kedua matanya, lalu mencoba untuk menajamkan penglihatannya. Nafasnya memburu karena ia merasakan seolah sedang bermimpi buruk tentang Naeswari.

Ia tersentak kaget saat mendapati dirinya berada diatas tumpukan dedauanan kering dan gundukan tanah yang hampir merata.

Darmadi bergegas bangkit lalu berjongkok sembari mengamati gundukan tanah tersebut. Ia menyipitkan kedua matanya, ia mencoba mengingat peristiwa yang baru saja masuk ke alam bawah sadarnya yang seolah seperti nyata.

Dengan gerakan cepat ia menyingkirkan dedaunan tersebut dan melihat ada tanah basah yang berbeda dengan yang lainnya, tampak baru saja digali.

Darmadi celingkuan mencari sesuatu, dan ternyata mereka tak sepintar yang dibayangkan, karena mereka meninggalkan salah satu cangkul dibalik rerimbunan rumpun bambu tersebut.

Darmadi menggali lubaang dengan cekatan. Otot-otot dilengannya terlihat begitu menyembul dan keringat membanjiri pelipis dan juga otot lengannya.

Setelah cukup dalam ia menggali, ia tak menemukan apapun disana, kecuali robekan rok pramuka yang berwarna coklat gelap.

"Haaah, sepertinya ada yang menggali makam ini dan memindahkan jasadnya, tetapi siapa?" Darmadi mulai menduga-duga.

"Apakah para remaja itu telah memindahkannya untuk menghilangkan jejak?" Darmadi mencoba berfikir, "Agus, ya. Remaja itu salah satu pelakunya dan aku harus segera mengintrogasi, dan ke tujuh lainnya pasti remaja sekitar desa juga, tapi siapa? Wajah mereka tertutup kabut, aku harus segera menemui Agus," gumam Darmadi, lalu kembali menutup liang tersebut dan bergegas pergi.

Pemuda itu mengingat jelas saat malam tadi ia bertemu dengan Agus dengan wajah pucat ketakutan seolah habis melihat hantu.

"Apakah para remaja yang tewas itu adalah akibat balas dendam dari arwah Naeswari yang gentayangan? Tetapi arwah tidak dapat membu-nuh jika tidak diperintah dengan ritual. Dan aku yakin itu bukan arwah Naeswari, melainkan jin Qorinnya dan seseorang yang membangkitkannya ingin membalas dendam akan kematian Naeswari, tetapi siapa?" Darmadi mulai menduga-duga.

Pemuda itu menyusuri jalanan setapak menuju rumah agus. Ia harus segera menemukan remaja itu mengorek informasi darinya.

"Kasihan kamu, Naes. Sudah dilecehkan dan dibu-nuh secara tragis, kini jin Qorinmu pun digunakan seseorang untuk membalas dendam," gumam Darmadi dengan lirih.

Kedua matanya kembali mengalirkan bulir bening yang tanpa ia sadari telah membasahi kedua pipinya.

Ia berusaha menyekanya, dan itu tak dapat menutupi kesedihannya, karena matanya memerah akibat air matanya yang terlalu banyak terkuras.

Ia tiba dirumah Agus yang berbentuk semi permanen. Rumah tampak sepi. Ayah Agus sepertinya pergi melaut, sedangkan ibunya bekerja dikebun cabai.

Ia celingukan kesana kemari. Ia tidak menyadari jika hari sudah siang dan matahari berada tepat diatas kepala. Bahkan Darmadi tidak sadar sudah berapa lama ia berada dialam mimpinya barusan.

"Ternyata sudah tengah hari, begitu lamakah aku yang pingsan tadi?" gumamnya dengan lirih.

Saat bersamaan, tampak Bu Rusmah baru pulang dari kebun dengan menggunakan hijab yang terlihat sudah lusuh karena sering digunakan menutupi kepalanya agar terhindar dari sengatan matahari saat berada dikebun.

Bedak dingin berwarna kuning dan menempel tebal hampi menutupi seluruh wajahnya dan menyisakan dua bola mata dan bibirnya saja.

"Eh, Darmadi. Ada apa, Di?" sapa wanita berusia 40-an tahun tersebut.

Pemuda itu memutarkan tubuhnya untuk melihat siapa yang menyapanya.

"Eh, mbak Rusdah, baru pulang, mbak?" tanya Darmadi berusaha ramah.

"Iya. Cari siapa, Di?"

Darmadi tampak berfikir sejenak. Ini masalah sensitif. Ia harus berhati-hati agar tidak terjadi kesalah fahaman, sebab jika ia gegabah, maka ia yang akan dijadikan tertuduh dan telah mencemarkan nama baik sesorang.

"Anu, Mbak. Mau cari Agusnya ada, mbak?" tanya Darmadi.

"Oh, Agus.. Dia pagi tadi ke luar desa mau ke kota tempat neneknya, katanya mau cari kerja disana," jawab Rusmah.

Deeeeg...

Jantung Darmadi berdesir. Apakah Agus ingin menghindari teror tersebut? Dan kemungkinan ia juga ketakutan akan terbu-nuh dengan cara yang sama seperti Yudi dan juga Geo, serta Budi.

"Oh, ya, Di. Kamu sudah pergi melayat ke rumah Kang Anton, si Dani juga meninggal dengan cara yang sama seperti Yudi. Potongan tubuhnya ditemukan dikebun karet. Sepertinya desa ini sudah tidak aman lagi, kamu hati-hati ya, Di," ucap Mbak Rusmah.

"Haah, Dani juga terbu-nuh?" Darmadi sangat terkejut mendengar penuturan dari Mbak Rusma, mungkin ia tidak tahunkabarnitu karena pagi sekali sudah berjalan ke rumpun bambu dan tak sadarkan diri disana.

"Ya, sudah, saya balik dulu, Mbak, mau melayat ke rumah Kang Anton." lalu berjalan menuju ke rumah duka.

"Iya, Kamu baik, dan temukan siapa pelakunya, ya," ucap Mbak Rusmah sebelum Darmadi jauh melangkah meninggalkannya, dan Ia tak begitu memperdulikan ucap Wanita itu.

Saat diperjalanan, ia berpapasan dengan wanita yang tak lain adalah Mbak Rusmah. "Dari mana, Di. Koq terlihat terburu-buru?" sapa wanita itu yang membuyarkan lamunan Darmadi karena berjalan sembari memikirkan Naeswari.

"Haah, Mbak Rusmah? Bukannya tadi ada dirumah?" ucap Darmadi bingung.

Wanita itu mengerutkan keningnya. " Ngelindur kamu, Di. Mbak baru pulang dari kebun," jawabnya dengan jujur.

Darmadi terperangah dan mencoba melihat sosok Mbak Rusmah untuk memastikan apakah wanita dihadapannya beneran manusia atau setaaan ditengah hari, sebab kata irang tua zaman bahelok, jika tempat setan berkeliaran itu di saat tengah hari, maghrib dan tengah malam.

Terpopuler

Comments

༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐

༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐

Jin Qorin itulah dikira Arwah gentayangan oleh kebanyakan orang.

2023-12-28

0

V3

V3

sungguh Tragis Kematian Naes 😱😱🤦🏻‍♀️

2023-12-16

0

V3

V3

psti Ki Roso yg ngambil jasad nya Naes untuk di bangkitkan lagi tuk balas dendam

2023-12-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!