Kamu

Wajah Agus memucat. Ia menggigil karena rasa takut yang luar biasa bersemayam didalam dirinya.

Darmadi menghentikan motornya, dan ia mencoba menelisik sosok didepannya yang berdiri mematung dengan kondisi yang memprihatinkan.

Pemuda itu itu turun dari motor dan menghampiri remaja yang tak lain ada adalah Agus.

"Gus," sapa Darmadi sembari menepuk pundak remaja itu.

Agus tersentak kaget, lalu menoleh ke arah Darmadi yang berdiri didedapannya.

"Hah! K-kang D-Darmadi?" ucapnya dengan terbata.

"Kamu ngapain berdiri disini sendirian? Lihat tuh mukamu, pucat banget kek baru lihat hantu. Lebih baik kamu pulang, apalagi saat ini desa kita sedang tidak baik-baik saja," ucap Darmadi mengingatkan.

Agus merasakan lutut kakinya sangat gemetar dan tidak dapat digerakkan.

"Anterin Agus pulang, Kang. Agus takut," pintanya dengan memelas.

Darmadi merasa iba. "Ya sudah, ayo akang anterin," jawab Darmadi, lalu memapah tubuh remaja itu dengan perlahan menuju motor.

Wuuuuussshh....

Semilir angin dengan aroma kantil menyeruak melewati mereka. Darmadi dapat merasakan kehadiran sosok tak kasat mata, tetapj sepertinya sosok itu malu-malu mau untuk memperlihatkan wujudnya.

Agus merasakan jika sosok itu datang kembali. "Bang... Agus duduk didepan, ya," pintanya.

Darmadi melongo mendengar permintaan Agus yang aneh.

"Kamu jangan minta yang aneh-aneh, gus. Kalau kamu duduk didepan, abang susah bawa kamu,"

"Please, Kang. Agus takut," rengeknya lagi dengan menghiba.

Darmadi menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia merasa direpotkan oleh ulah remaja itu malam ini, mana ia merasakan tubuhnya sangat lelah karena seharian bekerja.

"Ya, sudahlah, buruan!" ucap Darmadi. Ia terpaksa membonceng Agus yang memaksa untuk duduk didepan.

Dalam perjalanan ke rumah remaja tersebut, Darmadi merasakan jika sesosok makhluk tak kasat mata sedang mengawasinya. Itu dapat ia rasakan dari punggung belakangnya yang terus terasa berat.

Tak berselang lama. Mereka tiba dirumah remaja itu. "Sudah sampai, turunlah," titah Darmadi. Lalu remaja itu turun dari boncengan.

"Akang jangan pergi dulu, tunggu Agus masuk ke rumah," pinta Agus dengan memohon.

Darmadi mengerutkan keningnya. Remaja ini benar-benar menyusahkannya saja.

"Ya, sudah... Buruan. Akang capek, mau buru-buru pulang,"

Remaja itu menganggukkan kepalanya. "Maaak, maaak.. Buka pintunya," teriak remaja itu dengan keras.

Tak berselang lama, pintu terbuka dan ia menerobos masuk.

Melihat remaja itu sudah masuk ke dalam rumah, Darmadi buru-buru pergi, sebab ia merasakan tubuhnya sangat capek sekali.

Ia memacu motornya melewati jalanan sepi. Akhir-akhir ini warga sangat takut beraktifitas dimalam hari karena teror tersebut.

Saat ini ia akan melintasi rumpun bambu, tempat dimana jasad Yudi ditemukan tergantung tanpa kepala.

Takut? Bagi Darmadi hal itu harus dilawannya, sebab jika masalah syetan yang mengganggu, ia harus dapat melawan rasa takut tersebut, tetapi jika perampok, maka ia berfikir ulang untuk melawannya.

Sreeeeeeek... Sreeeeek...

Suara gemerisik ge-sekan dedaunan bambu yang tertiup angin. Darmadi merasakan bulu kuduknya mulai meremang, dan itu menandakan jika sosok itu sedang tak jauh darinya.

"Jangan ganggu, aku lagi capek," gumam Darmadi yang merasakan jika sosok itu semakin dekat.

"Bang... Tolong, Bang. Ini sakit sekali," ucap sosok perempuan dengan nada lirih dan sangat memprihatikan.

Darmadi menghentikan motornya. Ia clingukan kesana kemari mencari sumber suara tersebut.

"Seperti suara Naeswari. Tetapi mengapa ia malam-malam ia berada disini? Bukannya kata Ki Roso gadis itu masih dikota?" gumamnya dengan lirih.

Wuuussss....

Semilir angin menyapa kulitnya, sangat dingin menusuk hingga ke tulang.

"Bang.... Tolongin Naes," Darmadi menoleh ke arah sisi kiri tempat dimana rimbunan rumpun bambu yang tumbuh dengan subur.

Seeeeerrr....

Darah Darmadi berdesir saat melihat sosok wanita berdiri memunggunginya. Ia tahu jika itu bukanlah manusia.

"Siapa, Kamu?" tanya Darmadi dengan sisa keberaniannya.

"Sakit, Bang... Huhuuuuu...," tangisannya terdengar memilukan.

Darmadi mencoba turun dari motornya, lalu berusaha mendekati sosok itu. Tetapi semakin ia dekati, sosok itu berjalan melayang menuju belakang rimbunan bambu, lalu menghilang.

Darmadi kehilangan jejak sosok tersebut. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Ada apa dibalik rimbunan bambu itu? Mengapa ia selalu menghilang dibalik sana?" Gumam Darmadi.

"Ya sudahlah, besok pagi coba aku cek, mungkin saja ada petunjuk disana," gumamnya, lalu beranjak menjauh dan menuju motornya.

Pemuda itu menghidupkan motornya, lalu meninggalkan rumpun bambu tersebut dan menuju pulang.

Sementara itu, seorang remaja berlari dengan nafas tersengal gemuru didadanya memburu.

Remaja itu tak lain adalah Dani. Ia terus berlari sekencang memasuki area perkebunan karet milik juragan Jali.

Ia terpisah dari teman-temannya yang juga berlarian entah kemana. Ia berhenti diantara pohon karet dan menyapu pandangannya

tak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat sosok gadis cantik yang sedang memandanginya. "K-kamu... Bukannya kamu sudah mati? Mengapa kamu dapat hidup lagi," ucap Dani terbata.

Tampak sosok itu berjalan perlahan menuju ke arahnya.

Remaja itu berjalan mundur, dengan wajah yang memucat. "Kemarilah. Mengapa takut? Bukankah kalian menyukaiku," ucap sosok itu dengan seringai dan tatapan membu-nuh. Seketika wajah nan ayu rupawan berubah menjadi sosok mengerikan dengan wajah hancur yang membuat nyali remaja itu ciut seketika.

"Pergi, jangan dekati.aku," teriak Dani yang kini merasakan tubuhnya kaku seketika.

Sosok itu menggerakkan kepalanya, lalu tiba-tiba kepala itu terlepas dan menggantung dengan sisa kulit yang sedikit saja sebagai penahan agar kepalanya tidak jatuh.

Dani membolakan matanya, ia merasakan jika kematian semakin dekat.

Sosok itu tiba-tiba menyeret sebuah golok ditangannya. Remaja itu ingin berlari, tetapi kakinya sulit sekali untuk digerakkan, dan ia terjebak dipohon karet dengan tubuh yang menggigil ketakutan.

"Bukan waktu itu kamu begitu menyukaiku? Marilah ikut denganku, dengan cara yang sama waktu itu," ucapnya dengan nada yang membuat bulu kuduk sang remaja meremang seketika.

Sosok mengerikan itu semakin mendekat. Pakaiannya lusuh, kali ini pakain itu berubah dengan seragam pramuka yang robek dibagian sana sininya, hingga dua bongkahan daging kenyal didadanya terlihat begitu menggiurkan, tetapi tidak dengan kali ini, sebab sosok itu terlihat dengan wujud yang sangat menakutkan.

Tanpa menunggu lama, sosok itu mengayunkan goloknya, dan....

Craaaaaas....

Dengan satu kali tebasan saja, kepala Dani terpisah dari tubuhnya, lalu bergelinding dengan darah mengen-tal yang mengalir deras.

Dedaunan kering pohon karet menempel dipotongan kepala tersebut. Lalu sosok itu meraihnya, membawanya dan melesat terbang melayang.

Saat ia tiba disebuah rumah yang lumayan mewah, ia melemparkannya dihalaman rumah, lalu melesat menghilang.

Sosok itu kembali ke sebuah kamar dengan bilik bambu yang terlihat begitu tua. Sosok itu merubah wujud menjadi asap hitam dan perlahan masuk ke dalam sebuah keris yang sedang diasapi oleh kemenyan dan minyak duyung.

Terpopuler

Comments

Matthias Von Herhardt

Matthias Von Herhardt

OOHHH AKU SUDAH FAHAM ALURNYA....😁😁👍👍👍👍 HIIII ngeriii cuuuyyy

2024-02-04

2

CHY

CHY

sampah masy spt ini emg pantes dibinasakan krn merusak sesama generasi muda.

sdh bertindak kriminal pasal berlapis tp msh aja pengecut utk tgg jwb, mgkn gak dididik baik2 oleh ortunya

2024-01-20

2

༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐

༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐

Ternyata Makhluk yang meneror bersemayam disebilah Keris.

2023-12-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!