Naeswari-3

Darmadi mencoba menelisik wanita dihadapannya, dan ia memastikan jika itu adalah Mbak Rusmah yang asli, lalu yang dirumah barusan siapa?

Darmadi mengerutkan keningnya karena merasakan sesuatu yang tidak beres.

"Jadi Agus tidak pergi ke kota, Mbak?" tanya pemuda itu lagi.

"Tidak, Dia tiduran dari malam tadi dan tidak membuka pintu kamarnya," jawab Mbak Rusmah.

Darmadi menyisir rambutnya kebelakang dengan ke lima jarinya.

"Mbak, sebaiknya kita periksa si Agus dirumah, saya mencurigai sesuatu," saran Darmadi.

Rusmah terlihat bingung, tetapi ia mencoba untuk mengikuti apa yang dikatakan oleh pemuda tersebut.

"Ya, sudah, Ayo!"

Rusmah dan juga Darmadi bergegas kembali ke rumah untuk melihat kondisi Agus yang saat ini menjadi kunci dari semua apa yang terjadi.

Setibanya didepan halaman rumah, semuanya tampak sepi, tidak ada tanda-tanda seseorang berada didalamnya.

Wanita itu memasuki rumah, sementara Darmadi memilih untuk tinggal didepan teras, ia merasa sungkan jika berada didalam rumah swseorang yang mana suaminya sedang tidaknada dirumah dan ini akan menimbulkan fitnah. Meskipun Rusmah berusia 40 tahun, tetapi ia masih terlihat sangat muda meski wajahnya dipenuhi oleh bedak dingin.

Rusmah mendekati pintu kamar Agus dan mulai mengetuknya. "Gus... Agus.. Buka pintunya ,Nak..." panggil Rusmah sembari terus mengetuk pintu kamar.

tak ada sahutan sedikitpun yang menandakan jika remaja itu berada didalam kamar.

Sementara itu, Darmadi merasakan aroma kembang kantil yang berada jelas diindera penciumannya. "Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres," gumam pemuda tersebut, saat merasakan bu-lu kuduknya meremang. Ia menyadari jika yang tadi ia temui pertama kali bukanlah Rusmah, melainkan sosok tak kasat mata.

"Gus, buka pintunya," suara teriakan Rusmah membuyarkan lamunan Darmadi. Ia semakin merasakan ada sesuatu yang salah.

Ia mencoba ingin mendobrak pintu kamar Agus untuk memastikan remaja itu baik-baik saja. Sebab ada banyak hal yang ingin ia tanyakan.

"Di... Bagaimana ini, apakah tidak sebaiknya kamu dobrak saja?" saran Rusmah yang mulai merasakan kecemasan yang luar biasa. Ia berharap Agus-puteranya baik-baik saja dan tidak terjadi hal buruk yang dibayangkan dan mengerikan.

"Mbak keluar dulu, ya. Saya akan mencoba dobrak pintunya, saya sungkan jika mbak juga berada didalam, takut fitnah," ucap Darmadi sesopan mungkin.

Lalu mbak Rusmah menganggukkan kepalanya dan keluar dari rumah.

Darmadi mendobrak pintu dengan keras dan akhirnya pintu terbuka. Ruangan tampak gelap, aroma anyir darah menyeruak dari dalam kamar yang gelap.

Perasaan Darmadi mulai tak enak.

"Mbak, sini, masuk kedalam," titah pemuda itu lalu menyalakan saklar lampu.

Taaaaak....

Suara saklar saat ditekan dan lampu menyala.

Lalu terlihat jelas pemandangan yang sangat mengerikan terpampang didepan matanya.

"Astaghfirullah...," Darmadi tersentak kaget melihat genangan darah yang berceceran dan mengarah ke jendela kamar yang tertutup tetapi tidak terkunci.

Tidak ada tubuh Agus didalam kamar, melainkan hanya ceceran darah yang terlihat tampak terpecik dimana-mana.

"Aaaaaaaaaa...." teriak Rusmah dengan kencang saat menyaksikan apa yang dilihatnya. Sesuatu yang ditakutkannya benar yerjadi, dan ini bagaikan mimpi buruk yang menjadi nyata.

Suara teriakan Rusmah mengundang orang yang sedang berlalu lalang karena baru saja melayat dari kediaman rumah Dani menjadi curiga dan penasaran.

Mereka menghampiri rumah Rusmah dan mencoba memeriksanya.

"Ada apa, Mbak?" tanya seorang warga yang penasaran ketika melihat Rusmah duduk dengan lemah dan lunglai didepan pintu kamar puteranya.

Aroma anyir darah mulai menyeruak keluar. Terlihat Darmadi keluar dari kamar dengan wajah yang panik.

"Lho, Di. Kamu disini juga? Apa yang terjadi?" tanya warga yang lainnya.

"Agus dalam masalah, sepertinya ia diseret keluar dari jendela jika melihat dari jejak darah tersebut," Darmadi menjelaskan.

Warga melongok ke dalam kamar untuk melihat apa yang dikatakan oleh Darmadi.

"Haaaah!" sontak warga terkejut dengan apa yang mereka lihat. Baru saja mereka dikejutkan oleh kematian Dani, kini Agus pula yang mengalaminya.

"Ayo kita cari," saran warga lainnya.

"Ayo," sahut yang lainnya.

Kemudian mereka keluar dari kamar dan mencoba menyusuri jejak ceceran darah teraebut yang mengarah ke aliran sungai

"Mengapa desa ini sangat mengerikan? Apa salah para remaja desa, sehingga teror ini terus beruntun terjadi?" gumam seorang warga sembari celingukan mengikuti ceceran darah yang menempel didedaunan dan pasir.

Darmadi hanya diam tak ingin menimpali apa yang menjadi polemik saat ini. Ia harus menemukan keterlibatan Agus dan ke tujuh remaja lainnya untuk menghentikan semua yang terjadi.

Jasad Naeswari harus ditemukan untuk mengungkap pelaku lainnya tetapi yang menjadi masalah adalah jasad itu juga menghilang dan entah siapa yang mencurinya.

Mereka menyusuri jalanan menuju tepi sungai yang dengan petunjuk yang mengarah sebuah padang ilalang.

"Ggggģgrrrrr...," suara erangan terdengar tak jauh dari pada ilalang yang tampak merunduk karena baru saja dilalui oleh seseorang.

"Suaranya berasal dari sana," seru seorang warga yang terlihat sangat tak sabar dan berlari menuju ke tempat yang dicurigainya.

"Haah!" pria itu terkejut melihat sesuatu yang mengerikan didepan matanya, "ini.... Disini, cepat kemari!" teriaknya dengan nafas yang tersengal.

Semua warga yang turut mencari berhamburan ke arah pria yang menemukan sesuatu yang membuatnya panik.

"Haaah!" mereka berteriak dengan kencang saat melihat Agus dengan leher tergorok tetapi masih dapat mengorok untuk menghabiskan nafasnya yang tersisa.

Kedua matanya menengadah ke atas, terduduk dengan tubuh penuh luka, dan saat Darmadi mendekatinya, ia menghembuskan nafas terakhirnya dengan mata terbeliak.

Semua yang berada disana terpekik ketakutan dan ini sudah diluar nalar karena dalam semalam sudah dua remaja yang tewas sekaligus.

"Bagaimana ini? Panggil saja polisi, kita tidak mungkin menyentuhnya sebelum polisi datang," ujar salah seorang warga.

Darmadi bergegas menghubungi polisi, dan ia kehilangan saksi atas kematian Naeswari.

pemuda itu menatap tubuh Agus yang tampak mengerikan. Ini merupakan pembunahan yang sangat mengerikan dan tentunya dilakukan oleh mereka yang sudah kehilangan akal sehat.

"Aku harus menemukan jasad Naeswari," gumam Darmadi dalam hatinya. "Sepertinya Ki Roso orang yang harus ku temui," Darmadi menarik nafasnya dengan dalam dan menghelanya.

tak berselang lama, terdengar suara sirene polisi menuju lokasi kejadian, dan Darmadi memyelinap diantara warga yang berkerumun dan bergegas pergi.

Ia berselisih dengan mobil polisi dan mencoba tidak melihatnya. Ia sangat terburu-buru dan harus segera ke rumah Ki Roso untuk mencari informasi yang dibutuhkan

Darmadi mempercepat langkahnya melewati jalanan yang terlihat ramai lalu lalang oleh orang yang melayat dari rumah dan juga ingin melihat kejadian yang menimpa Agus.

Tak lama kemudian, ia melihat rumah Ki Roso di tepi hutan yang terbilang jauh dari rumah penduduk lainnya.

Ia berhenti sejenak mengamati rumah tersebut dan terlihat bangunan yang sangat-sangat sederhana dan juga sudah sangat tua.

Ia memberanikan dirinya untuk melangkah dan menemui si pemilik rumah.

Terpopuler

Comments

༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐

༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐

Ceritanya sudah bagus tapi perhatian masih ada typo, Pembunuhan bukan Pembunahan.

2023-12-28

0

V3

V3

psti .... ini mah psti Ki Roso yg ngambil jasad nya Naes ,, tp yg mjd masalah nya adalah ... dari mana Ki Roso tahu ttg nasib Naes yg tragis itu ❓❓❓🤔🤔🤔

2023-12-16

3

kinoy

kinoy

jasad naes kyknua diambil ki roso x y

2023-12-16

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!