Ki Roso-2

Darmadi terkejut melihat Ki Roso menga-cungkan goloknya dengan penuh amarah.

Meja kayu itu rusak dan patah akibat gebrakan keras dari sang pemiliknya.

Pemuda itu bergegas bangkit dan berusaha untuk menghindari amukkan pria tua yang terlihat tersulut emosinya. Tetapi ia semakin meyakini jika pria itu menyimpan sebuah rahasia besar yang ia sembunyikan.

Kemudian Ia memilih pergi dan meninggalkan rumah yang penuh dengan misteri. Tetapi ia akan mencari tau tentang rasa penasarannya. Ia merasakan ada sesuatu dibalik kamar Naeswari. Hawa panas keluar dari celah jendela yang tertutup, dan aroma khas dupa serta kemenyan terasa begitu ken-tal menyeruak dan itu sepertinya seseorang yang baru saja melakukan sebuah ritual.

Darmadi merundukkan kepalanya dan keluar dari teras tersebut.

"Lho, kenapa buru-buru, nak? Ini teh-nya belum diminum," ucap mbok Darsih yang menatap aneh padanya. Ada sesuatu yang berbeda dari tatapannya.

"Makasih, Mbok. Lain kali saja saya mampir," jawab Darmadi.

"Tidak perlu kamu mampir ke rumah ini, dan cepatlah pergi sebelum kesabaranku habis," ucap Ki Roso dengan suara menggelegar.

Seketika suara petir berdentum kuat dilangit bersama dengan ucapan Pria bertubuh gemoy tersebut.

Pemuda itu menatap langit yang terlihat mendung dengan tiba-tiba. Awan menggelap dan tampak hujan akan segera turun disiang yang cerah dan panas menyengat, namun kini berubah seketika.

Duuuuaaar...

Kembali suara petir menyambar dan ini membuat Darmadi harus segera pergi. Ia setengah berlari menyusuri jalanan setapak dan hujan mulai mengguyur. Ia mengatupkan kedua telapak tangannya diatas dan memayungi kepalanya, meski tak berguna dan tetap saja ia harus basah.

Dikejauhan ia mendengar suara sirene polisi yang baru saja pulang membawa jasad Budi untuk diautopsi, dan ini sudah beberapa kali dilakukan polisi untuk pekan terakhir karena banyaknya teror yang mengerikan.

Andi Darmadi, yang mana kata Andi adalah gelaran yang diberikan oleh masyarakat Bugis karena memiliki darah bangsawan diraja Bugis. Karena Almarhum Ayah Darmadi memiliki darah bangsawan, maka ia menyematkan kata Andi pada nama depan puteranya, sedangkan untuk kata Daeng pada anak perempuannya.

Darmadi bersembunyi dibalik pepohonan untuk menghindari polisi yang mana ia pasti orang yang sangat dicari, sebab dirinya menjadi saksi pertama yang menemukan kamar Budi dalam kondisi mengerikan.

Tampak mobil polisi meraung-raung dengan sirene yang sangat kuat dan melintas pergi. Pemuda itu mencari jalan pintas untuk menuju rumahnya dan ia menghindari warga yang lalu lalang dijalan utama.

Darmadi menyusuri perkebunan pisang warga. setengah kilo lagi ia akan sampai dirumahnya. hujan masih saja mengguyur dan membuat ia basah kuyup.

Pemuda itu merasakan sepasang mata sedang mengawasinya. Diantara pepohonan pisang yang sedang tumbuh berjejer dengan rimbunnya.

Ia melihat sekilas sosok wanita berambut panjang yang sedang menatapnya tak bersahabat. Ada rasa tak suka tersirat dengan jelas dari binar matanya.

"Hah.." Darmadi terkejut melihat sosok tersebut, lalu dengan kerlingan mata saja menghilang.

Darmadi mempercepat langkahnya menuju ke rumah. Ia merasa jika itu bukanlah jin Qorin Naeswari yang sesungguhnya, sebab jin Qorin gadis malang itu selalu menemuinya dengan tatapan iba, tetapi sosok itu seperti berbeda.

Setibanya dirumah, ia memilih masuk melalui pintu belakang dan menggedor cukup keras, sebab suara gedorannya terbias oleh suara hujan yang turun cukup deras.

"Bu.. Bu.. Buka pintunya," ucap Darmadi dengan tubuh tampak menggigil.

Laras mengerutkan keningnya, ia mendengar suara pintu belakang digedor seseorang. Lalu ia bergegas ke belakang, dan mengintai dari tirai jendela untuk memastikan siapa tamunya.

Setelah melihat Darmadi puteranya, ia segera membuka pintu dan membiarkan pemuda itu masuk.

"Ya, Allah, Nak. Kenapa main hujan? Gak puas apa waktu kecil sering hujan-hujannan," omel Laras yang melihat tubuh puteranya basah kuyup.

"Kehujanan, Bu. Bukan main hujan," jawab Darmadi sembari menggigil.

Laras menggelengkan kepalanya, lalu mengambil handuk dan memberikannya kepada Pemuda tersebut. "Buruan mandi. Kepalanya dikeramas, biar tidak demam," titah Laras, lalu mengepel lantai yang basah akibat tetesan air yang berasal dari pakaian puteranya yang basah.

Pemuda itu mengangguk, lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

****

Darmadi duduk ditepian ranjang. Ia masih memikirkan siapa pencuri jasad Naes yang terkubur dirumpun bambu. Ia harus menemukan jasad tersebut. Kemungkinan jasad itu digunakan untuk membalas dendam semua remaja yang terlibat.

Sialnya ia tak dapat melihat siapa ketujuh remaja lainnya. Jika saja ia mampu menembusnya, kemungkinan ia dapat mencegah pembantaian itu lagi.

Sreeek... Sreeeek...

Suara gese-kan dedaunan dan benda yang diseret terdengar dari balik jendela kamarnya.

Pemuda itu mempertajamkan pendengarannya. Ia merasa penasaran dan mencoba mengintai dari balik tirai jendela.

"Haaah...!" Darmadi tersentak kaget saat melihat sosok mengerikan sedang menyeret benda berbentuk bulat dan ia yakini itu adalah kepala manusia.

"Siaal, mengapa ada lagi? Tetapi itu berambut panjang? Siapa remaja berambut didesa ini?" Darmadi mencoba mengingat dengan memorinya.

"Juned? Astagfirullah," Pemuda itu terkejut saat berhasil mengingat siapa remaja berambut panjang di desanya yang saat ini menjadi korban pembu-nuhan oleh sosok tersebut.

Darmadi mencoba mengintai kembali, dan ia tak menemukan sosok itu disana.

Pemuda itu beranjak dari kamarnya. Ia mencari ibunya dikamar. Terlihat sang ibu baru saja selesai shalat Isya dan sedang melipat sajadahnya.

Wanita bertubuh tinggi dengan kulit putih berbecak coklat, manik mata kecoklatan dan hidung yang bangir terlihat begitu anggun.

"Bu, Adi keluar bentar, ya. Ada urusan," pamit Pemuda itu kepada ibunya, agar tidak mencarinya.

"Ini sudah malam, Di. Jangan keluyuran, kamu tidak tahu apa pura-pura tidak melihat apa yang terjadi akhir-akhir ini," ucap Laras sang ibu mengingatkan.

"Iya, Bu. Sebentar saja,"

Laras mendenguskan nafasnya dengan berat. Apapun yang diucapkannya tidak berarti bagi puternya, jika sudah begini, ia akan berusaha mengijinkannya, meski hatinya merasa berat.

"Jangan lama-lama," pesannya.

Pemuda itu menganggukkan kepalanya.dan nyelonong keluar dari pintu belakang rumahnya.

Pemuda itu berjalan kembali menyusuri kebun pisang. Ia tahu jika sosok itu telah membalaskan dendamnya kepada Juned yang pastinya merupakan salah satu pelaku yang menodai Naeswari.

Seringnya ia melihat pembantaian itu, semakin membuatnya terbiasa, sedangkan para remaja desa semakin ketakutan.

Darmadi menuju gubuk tua milik Ki Roso. Ia merasakan rasa penasaran yang sangat kuat untuk mengetahui siapa yang membuat sosok Naeswari menjadi sangat semenakutkan itu.

Buuuuukk...

Sebuah benda terjatuh dan menggelinding tepat dihadapannya. hal itu membuatnya sangat terkejut.

"Haaah.." Darmadi terlonjak saat melihat benda bulat dengan rambut panjang tergeletak didepannya setelah menggelinding sesaat bagaikan bola kaki.

"Dasar syetaan siaalan!" makinya dengan kwsal. Kali ini ia tak memperdulikan benda tersebut, karena terlalu muak melihatnya hampir setiap saat.

Darmadi mempercepat langkahnya menuju rumah Ki Roso. Ia ingin melihat apa yang sedang dilakukan oleh pria gemoy tersebut.

Terpopuler

Comments

Ai Emy Ningrum

Ai Emy Ningrum

mendung menebal..langit pun gelap...pertanda ...ada genteng yg bocor...missbaar ..gerimis bubar
⛈️⛈️⛈️⛈️☔🌧️🌨️ 🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️

2023-12-19

4

Andini Andana

Andini Andana

ya ampun gemoy, jadi inget yg joget gemoy 🤣🤣🤣

2023-12-19

3

༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐

༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐

Seharusnya Darmadi ada teman, kalau sendirian terus siapa jadi saksinya.

2023-12-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!