Apa Yang terjadi?

Ki Roso membaca mantra yang membuat suasana malam itu terasa semakin mencekam.

Darsih yang mengintip dari celah lu-bang dinding kamar semakin membuatnya merasa sangat sedih. Ia tidak ingin Ki Roso terlalu jauh dalam melakukan hal tersebut, akan tetapi, ia tidak memiliki keberanian untuk mencegahnya, sebab sang suami sedang diliputi rasa amarah dan dendam.

Kepulan asap hitam membumbung diudara ruang kamar yang hanya berukuran 2.5m ×2.5m tersebut.

Asap hitam itu meliuk-liuk bagaikan penari ular profesional, dan sesaat berubah wujud menjadi Naeswari yang anggun, dengan wajah memucat, tetapi sesaat saja, karena wajah itu berubah menjadi bentuk yang mengerikan.

"Haah," Darsih kaget melihat hal tersebut. Itu adalah jin Qorin milik Naeswari yang dibangkitkan oleh Ki Roso untuk membalaskan dendam atas apa yang terjadi pada puterinya.

Ia merasa jika Jin Qorin itu bukanlah jin qorin yang sebenarnya, karena sudah dipadupadan dengan ritual dan mantra yang sangat tidak patut untuk ditiru.

"Bangkitlah... Bangkitlah.. Balaskan semua dendamu! Habisi mereka sebagaimana mereka menghabisimu," terdengar Ki Roso mengucapkan kalimat perintah kepada jin tersebut sembari menaburkan serbuk kemenyan dan minyak puteri duyung ke atas bara api yang berada pada sebuah anglo.

Aroma khas dari minyak duyung dan kemenyan yang begitu kuat terasa semakin membuat kesan mistis dan negatif yang begitu kental.

Darsih merasakan lututnya bergetar dan lemas saat melihat sosok mengerikan tersebut menyeringai, lalu menghilang dan pergi entah kemana.

Wanita paruh baya itu bergegas pergi dari tempat pengintaiannya. Debaran didadanya semakin kuat dan tak menentu. Pagi ini ia memastikan akan mendengar kembali kabar jika ada remaja lelaki yang tewas.

Angin malam berhembus kencang. Dani dan Agus masih berada disebuah pondok tempat biasa mereka berkumpul.

Mereka terlihat sedang menunggu rekan lainnya. "Mengapa mereka begitu terlalu lama sekali?" ucap Agus yang tampak gelisah dan perasaan yang sangat begitu takut.

Sesekali ia berjalan mondar-mandir didepan pondok yang menjadi base camp mereka untuk nongkrong bareng.

Dani hanya tampak diam, tetapi ia juga tak kalah khawatirnya. Bahkan mereka tidak bertakziah ke rumah rekan mereka yang mengalami kematian tragis.

Dari kejauhan tampak lampu sorot sepeda motor menuju ke arah mereka. Sepertinya ke enam rekan mereka memenuhi perjanjian untuk berkumpul ditempat itu lagi, setelah kejadian yang mengerikan beberapa minggu yang lalu.

Mereka sepakat untuk menutup rapat kisah itu, hingga akhirnya dari mereka harus mati satu persatu dengan cara yang mengerikan.

Tampak tiga sepeda motor melaju ke arah mereka dan ada enam orang diatasnya.

"Ayo, buruan, naik keatas!" titah Agus yang tampak tak sabar.

Ke enam remaja itu tampak menyetujui apa yang dititahkan oleh Agus dan bergegas naik ke atas pondok.

Setelah berada diatas pondok, mereka masih tampak saling tatap dan bingung untuk memulai apa.

"Bagaimana ini? Pak Rusli meminta remaja dikumpulkan dibalai desa untuk dimintai keterangan agar dapat mengungkap kasus ini," ucap Dani dengan berbisik yang hanya dapat didengar oleh mereka saja.

Sementara itu, Darmadi baru saja selesai dari bekerja. Hari ini ia lembur karena memperbaiki mesin kapal yang rusak dan akan digunakan esok hari, sehingga membuatnya harus bekerja lembur.

Ia bergegas membereskan semua peralatan kerjanya dan menyimpannya dalam kotak yang memudahkannya untuk esok jika diperlukan.

"Kang Juman, saya pulang dulu, ini mesinnya sudah selesai. Kalau pak Joko mau ambil sudah bisa dipergunakan," ucap Darmadi sembari mengelap sisa oli dan juga solar yang menempel dikulitnya.

Seorang pria berusia sekitar 50 tahunan tampak keluar dari rumahnya. Lalu berjalan menghampiri pemuda yang menjadi salah pekerja terbaiknya.

"Oh, Iya, Di. Kamu pulangnya hati-hati ya. Apalagi ini banyak teror menakutkan yang kita tidak tahu apa tujuannya," pesan Kang Juman dengan perasaan khawatir. Apalagi teror mengerikan itu berada dilingkungan Darmadi dan jalan menuju kesana jika malam hari sangat menyeramkan karena masih banyak kebun warga yang luas.

Disisi lain, ke delapan remaja yang saat ini sedang berkumpul dipondok base camp terlihat raut wajah penuh kegelisahan.

"Jangan ada yang buka mulut tentang apa yang sudah kita lakukan. Kita harus menjaga rahasia ini apapun yang terjadi," ucap Jojo dengan nada penuh penekanan, meskipun kini degub dijantungnya berpacu lebih cepat.

"Iya. Kita tidak boleh membuka mulut tentang peristiwa itu," ucap Agus menimpali, meskipun saat ia merasakn jika punggung belakangnya terasa ada yang menempel.

Mereka semakin merasakan jika rahasia mengerikan yang mereka simpan menjadi boomerang bagi diri sendiri.

Saat bersamaan, desiran angin yang sangat dingin menyapa kulit mereka. Aroma kembang kantil tercium menyeruak diindera penciuman mereka.

Seketika bulu kuduk mereka meremang, namun sepertinya mereka saling menyembunyikan rasa takut itu sendiri.

"Huuuuu... huuuuuu...." suara tangisan perlahan terdengar tak jauh dari tempat mereka berkumpul.

Sontak mereka saling pandang dengan tubuh yang menggigil ketakutan.

Tanpa berfikir panjang ke delapan remaja itu berhamburan dan melarikan diri.

Agus yang begitu sangat ketakutan, hingga melupakan motornya dan berlari menuju ke rumahanya melewati jalanan yang lumayan sepi dengan kebun karet luas milik juragan Jali.

Nafasnya tersengal karena rasa takut dan juga berlarian dengan langkah yang begitu kencang.

Perlahan ia melihat sesuatu melayang diudara dengan wajah hancur dan juga rambut panjang terurai.

"Aaaaguus...," ucapnya dengan suara parau sembari terbang melayang dibelakangnya, lalu sosok itu melewati Agus yang berlari kencang ketakutan.

Sosok itu duduk diatas dahan pohon mangga dan memandangi remaja yang saat ini berlari dengan kencang.

Remaja itu merasa ia sudah berlari sejauh mungkin dengan nafasnya yang tersengal melewati kebun karet. Akan tetapi Agus merasa aneh, sebab ia masih melihat sosok mengerikan tersebut masih ditempat yang sama, dan itu artinya jika Agus sedang lari ditempat.

Remaja itu membolakan matanya dengan mulut yang ternganga dan saat ia melirik kebawah, ternyata ia hanya berlari ditempat dengan tenaga yang terbuang sia-sia.

"Haah!" Agus semakin memucat saat ia melihat sosok itu terbang melayang menuju ke arahnya. Sementara ia kini diam mematung dan tidak dapat menggerakan tubuhnya.

Keringat membanjiri tubuhnya, wajah memucat dengan nafasnya yang memburu.

Tiba-tiba sosok itu merubah wujud menjadi wanita cantik dengan keanggunan yang sangat luar biasa. Tiba-tiba saja ia menyeret sebilah golok yang sangat tajam dan berjalan menuju ke arahnya dengan seringai yang mengerikan.

Agus semakin memucat dan keringat dingin terus membanjiri tubuhnya.

Ia merasakan lidahnya keluh dan untuk mengucapkan kata tolong saja ia tak mampu.

Ditempat lain, Darmadi mengendarai motornya menuju pulang. Ia sebenarnya merasa takut untuk pulang malam-malam, tetapi ia juga butuh uang untuk biaya kehidupan dirinya dan juga ibundanya.

Suara deru mesin motor Darmadi terdengar menuju ke arah Agus yang saat ini dalam kondisi pasrah dan dan ketakutan.

"Bang Darmadi," ucap sosok itu lirih, lalu tiba-tiba saja melesat dan pergi menghilang.

Setelah sosok itu menghilang, Agus dapat menggerakkan tubuhnya dan ketika melihat motor Darmadi semakin dekat, ia melambaikan tangannya untuk meminta tolong.

Terpopuler

Comments

Andini Andana

Andini Andana

hhh..selamet selamet si Agus 😌 berterimakasihlah kepada Darmadi, etaan nya sungkan sama dia 🤭

2023-12-12

5

Matthias Von Herhardt

Matthias Von Herhardt

😁😁😁😁😁 weekkk gagal maning toh

2024-02-04

1

Syahrudin Denilo

Syahrudin Denilo

Joss gandos
wah gagal nih bunuh Agus

2024-01-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!