Itukah

Darmadi menatap sosok didepannya yang kini juga menatapnya dengan sorot mata yang sangat tajam.

Deru degub dijantungnya semakin kencang dengan nafas yang tersengal.

Balok kayu yang dipegangnya terlepas karena sangat kagetnya.

Sosok yang tadi mengintainya dari balik bilik bambu telah berada tepat didepannya, dan entah bagaimana caranya sosok itu tiba-tiba sudah muncul.

"Aaarrrggghh..." suara erangan yang dibarengi dengan taring runcingnya menyeringai tajam.

"Dasar, Setaaan laknaat!" makinya dengan sisa keberaniannya.

Ia berjalan mundur dan menginjak balok kayunya yang terlepas. Ia berhenti sejenak, lalu menyungkit balok dengan menggunakan ujung jemari kakinya yang hanya beralaskan sendal jepit.

Makhluk itu menyerangnya dan dengan gerakan cepat, Darmadi menggerakkan ujung kakinya untuk membuat balok tersebut terangkat dan melayang diudara. Lalu dengan cekatan ia menangkap balok itu dan memutarkan tubuhnya sembariengayunkan balok yang digenggamnya ke arah sosok tersebut.

Wuuusss...

Sosok itu melesat tinggi dan melayang, sehingga membuat Darmadi hanya mengenai angin saja. Sosok itu melayang diudara dan menyeringai penuh kengerian.

"Eh, Syeetaan, sini, Lu! Gak lucu kamu nyengar-nyengir diatas sana," omel Darmadi. Sebenarnya ia juga takut, tetapi semua sudah terlanjur.

Sosok itu melayang dan kembali menyerang Darmadi dengan mata merah menyala serta mulut yang melebar siap menerkam.

Wuuuuussshh..

Ssssstt...

Sosok itu melayang cepat ingin memyambar wajah sang pemuda dengan gigi taringnya.

Saat jarak mereka begitu dekat, Darmadi mengayunkan balok kayu yang dipegangnya,

Wuuusss..

Craaaaaaas...

Gigi taring itu berhasil menggores lengan sang pemuda.

"Aaaarrgghh..." Erangnya kesakitan.

Luka membiru bekas goresan itu mengalirkan darah segar. Darmadi melirik lengannya, rasa sakit seperti digigit gorilla yang kini menjalar ke seluruh bagian lengannya mengalahkan rasa sakit saat ia putus cinta dengan sang mantan.

"Siaal," makinya. Balok ditangannya kembali terlepas dan tidak terlihat lagi entah dimana karena terhalang gelapnya malam.

Ia mendengar sosok itu mentertawakannya, dan ia memilih untuk segera menghindarinya, sebab saat ini bukan waktu yang tepat untuk berhadapan dengan setaan.

Darmadi berjalan menuju pulang sembari memegangi lengannya yang mengalirkan darah.

Ia setengah berlari menuju jalanan setapak untuk menuju rumahnya. Saat ini, sosok bertubuh tambun sedang memperhatikannya dari balik celah jendela kamar yang menghadap ke jalan.

Saat pemuda itu berada dikebun karet, ia merasakan kakinya seolah sangat sulit digerakkan dan langkahnya melamban.

Nafasnya tersengal dan ia mewaspadai setiap pergerakan yang ada.

Hingga saatnya sosok itu melayang berada tepat dihadapannya dan menghalangi langkah pemuda itu.

Darmadi menghentikan langkahnya. Nafasnya tersengal dengan segala perasaan yang bercampur menjadi satu.

"Ku ingatkan padamu, jangan ikut campur urusan majikanku. Jika Kau terus mencampurinya, maka jangan salahkan jika ia akan menghabisimu juga," ancam suara tersebut.

"Heei, setaan Laknat! Kau telah menyesatkannya. Maka aku berkewajiban mengingatkannya. Biarkan para pelaku merasakan jeruji besi, bukan dengan dendam yang membuat Ki Roso semakin terjerat dengan ibliis seperti mu," ucap Darmadi dengan segala keberanian yang tersisa.

"Kau terlalu sangat keras kepala. Apakah aku perlu membuatmu harus mengalami nasib yang mengerikan? Hentikan semua keingintahuanmu!" ancam makhluk itu dengan penuh penekanan.

"Kau yang harus menghentikan semua ini, sudahi nalas dendam yang hanya menyesatkan Ki Roso," balas Darmadi dengan geram.

Makhlul itu menyeringai, melayang menghampiri sang pemuda dan bersiap menyerangnya.

Wuuusss...

Buuugh...

Sosok itu menghantam Darmadi hingga membuat pemuda tersebut terjungkal kebelakang dan mendarat ditanah basah yang baru saja tertimpa hujan siang tadi.

"Aaasrrgh..." erang Darmadi, saat bokongnya mendarat datanah, "Siaaal," makinya.

Belum sempat ia ingin membenahi posisinya, sosok itu kembali menyerangnya. Tampaknya kali ini dengan penuh minat membu-nuh.

Darmadi tak sempat menghindar saat taring runcing itu bersiap menyasar pada lehernya, dan ia hanya dapat menghalangi serangan itu dengan melintangkan lengannya agar makhluk itu tak merobek lehernya.

Wuuusssh...

Buuugg...

Darmadi pasrah dengan apa yang terjadi. Ia memejamkan kedua matanya. Suasana hening, dan sepi. Ia meeakasn sesuatu yang aneh. Sepertinya ada sesuatu yang berbeda.

Ia membuka matanya. Lalu tak mendapati apapun didekatnya, hanya kegelapan yang ada.

"Hah, kemana makhluk itu? Siapa yang telah menyelamatkanku?" gumam Darmadi dengan lirih.

Ia bergegas bangkit. Lalu berjalan dengan sempoyongan sembari memegangi lengannya yang membiru dan setengah berlari menuju pulang.

Sementara itu, pria bertumbuh tambun tersebut berjalan menghampiri sudut kamar yang mana selembar kain hitam terbentang sebagai alasnya.

Ia melihat keris miliknya bergetar hebat dan seketika sosok asap keluar dari benda pusaka tersebut.

"Ki... Dia ikut campur dengan urusan kita," seru sosok dibalik asap hitam tersebut.

"Jika bukan karena ia selalu menolong puteriku semasa hidupnya, maka aku sudah memastikan akan menghabisinya," seru Ki Roso dengan sebuah kebimbangan.

Ia tahu Darmadi sosok yang selalu memberikan tumpangan kepada puterinya dan juga menganggap Naeswari sebagai adiknya, tetapi ini adalah misi balas dendam, dan ia harus menuntaskannya, serta tidak ada yang boleh menghalanginya.

Darmadi berjalan sempoyongan menuju rumahnya. Ia kembali mengetuk pintu belakang dengan keras. Laras yang sudah menantinya sejak tadi bergegas membuka pintu dapur dan alangkah terkejutnya ia saat mendapati puteranya dalam kondisi yang mengenaskan.

"Adi," ucapnya lirih dan bergegas menarik tubuh puteranya untuk segera masuk dan dengan cepat menutup pintu kembali.

"Kamu gak dengerin apa kata ibu," omelnya saat melihat sejumlah luka disekujur tubuh Darmadi. Tetapi luka yang paling parah berada pada bagian lengannya.

Laras membawa Darmadi ke ruang tengah, lalu duduk dikursi tamu. Ia menatap luka lebam.

tersebut. Sesuatu yang menarik perhatiannya.

Ia mengambil kunyit dan kapur, lalu membelah dua bagian, dan mengoleskan kapur sirih ke bagian kunyit yang terbelah, lalu dengan membaca shalawat ia menggosokkan pada luka tersebut.

"Sudahlah, kamu jangan lagi ikut campur dengan urusan mereka, karena ini sangat membahayakan nyawamu," saran Laras kepada puteranya.

Darmadi mengerutkan keningnya. Rasa penasaran menyelimuti benaknya. Bagaiamana ibunya tahu jika ia sedang menyelidiki kasus yang sedang terjadi.

"Kenapa ibu bisa tahu?" tanyanya dengan penuh selidik.

Wanita itu tampak diam dan fokus mengobati luka puteranya. "Tidak perlu kamu tahu darimana ibu mendapatkan informasi tersebut. Jangan terlalu jauh ikut campur urusan seseorang,"

"Tidak, Bu. Ini bukan ikut campur. Tetapi tidak mungkin membiarkan Ki Roso terus terbelenggu pada dendamnya," jawab Darmadi dengan berapi-api.

"Biarakan polisi yang meneyelesaikannya," sanggah sang ibu.

"Polisi tidak akan pernah menemukan 0elakunya, sebab hal ini sudah menyangkut ranah ghaib,"

"Kamu jangan keras kepala,"

Darmadi gak ingin berdebat dengan sang ibu, ia juga takut akan dosa, tetapi ia akan terus mencari kebenaran dimana Ki Roso menyembunyikan jasad Naeswari, sebab arwahnya tidak tenang dan meminta pertolongannya.

Terpopuler

Comments

Syahrudin Denilo

Syahrudin Denilo

dasar Darmadi keras kepala ga mau dengerin orang tua tar kualat Lo anak durhaka

2024-01-31

0

Mata Peña_✒️

Mata Peña_✒️

Selamat tahun baru 2024 utk semuanya..

2023-12-31

2

༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐

༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐

Jooosssss 👍👍

2023-12-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!