Aku

Darmadi tiba dirumahnya dalam kondisi lelah. Ia terpaksa lembur malam ini karena mesin kapal yang diperbaikinya akan digunakan untuk berlayar mencari ikan.

Desa Karang termasuk wilayah pesisir yang mana masyarakatnya masih kebanyakan sebagai nelayan, namun sebagian petani dan juga pedagang.

"Bu... Ibu," panggil Darmadi sembari mengetuk pintu rumahnya.

Terdengar sunyi. Tiada suara sahutan dari dalam rumah. "Kemana ibu? Apa pergi ke warung berbelanja?" gumam pemuda itu lirih.

Wuuuuuusss....

Desiran angin yang sangat lembut dan sedingin es menyapa tubuhnya. Darmadi mengusap tengkuknya yang terasa meremang.

Wuuuussss....

Sekelabatan bayangan melintas ke arah samping rumahnya.

"Haah!" Darmadi terkejut akan apa yang baru dilihatnya. Ia merasa begitu sangat penasaran, lalu berjalan perlahan keluar dari teras rumahnya yang terbuat dari tembok batu.

"Siapa, sih?" gumamnya sembari menuju ke arah samping rumah, tempat dimana ia melihat sosok bayangan putih melintas.

"Huuuuu.... Huuuuuu...," terdengar suara tangisan yang sangat memilukan. Terlihat pemilik tangisan sedang mengalami suatu permasalahan atua kesulitan yang sangat pelik.

Darmadi mengedarkan pandangannya dikegelapan malam yang sepi. Rumah-rumah tetangganya sudah tertutup rapat, sedangkan malam masih menunjukkan pukul 9 malam, tetapi warga seperti merasa dalam ketakutan akan teror yang akhir-akhir ini sangat menggemparkan.

Warga tidak berani beraktivitas diluaran saat malam hari, kecuali hal yang sangat mendesak, dan itu juga tidak dapat dilakukan seorang diri, harus ditemani oleh beberapa warga lainnya.

Dalam kegelapan malam, Darmadi melihat sosok bayangan putih dengan kepala nyaris putus dan tergantung dilehernya sedang berdiri menghadapnya.

"Haaah! Astaghfirullah,"

Darmadi teesentak kaget melihat apa yang berdiri dihadapannya, hingga membuatnya mundur beberapa langkah.

"Bang... Tolongin, Bang. Sakit..." ucap sosok itu dengan lirih.

"Naes... Kamukah itu?" tanya Darmadi memberanikan diri, meski ia sedikit gugup. Siapa juga yang berani jika berhadapan dengan sosok mengerikan seperti itu.

"Iya, Bang... Ini Naes... Rasanya sakit sekali," jawabnya dengan nada pilu.

Darmadi mencoba melangkah mendekati sosok tersebut, memastikan apakah itu benar Naeswari atau hanya halusinasinya.

Setelah jarak mereka cukup dekat, sontak Darmadi terkejut dan hampir terjungkal. Degub jantungnya berpacu lebih cepat dan ini sangat diluar apa yang difikirkannya.

"N-Naes... Apa yang terjadi padamu?! M-Mengapa kamu seperti ini? Bukankah Bapakmu bilang kamu pindah sekolah ke kota?" ucap Darmadi terbata, ia merasa hancur melihat kenyataan yang ada.

Bagaimana mungkin Naeswari si gadis remaja kembang desa yang begitu lugu dan pendiam ia temui dalam wujud yang sangat mengenaskan.

"Bapak bohong, Bang. Tolongin Naes, Bang... Ini sakit sekali," pinta sosok yang mengaku sebagai Naeswari.

"Apa yang bisa abang bantu untuk kamu, Naes?" tanya Darmadi mencoba untuk terus memberanikan dirinya.

Sosok itu mendekati Darmadi. Tentu saja pemuda itu gemetaran, dimana wujud Naeswari dengan kepala yang tergantung seperti itu.

Melihat Darmadi gemetar, ia merubah wujudnya menjadi sosok Naeswari yang berseragam pramuka, seragam.yang ia kenakan terakhir kali mereka bertemu dengan rambut kucir ekor kudanya.

Sosok itu mendekat dan mendekap tubuh Darmadi dengan erat. Tubuh itu terasa dingin, bahkan sangat dingin bagaikan es.

Pemuda itu mematung, diam tak bergerak.

"Bang... Tolong temukan tubuh Naes, Bang... Bebaskan Naes dari rasa sakit ini," pinta sosok itu penuh harap dan masih dalam dekapannya.

"S-siapa yang melakukan ini padamu, Naes. Dimana tubuh kamu mereka sembunyikan?" tanya Darmadi dengan perasaan berkecamuk.

Ia masih tak percaya dengan apa yang terjadi, dan ia berharap ini hanyalah mimpi dan tidak nyata.

"Tubuh Naes ada di.....," sosok itu menghentikan ucapannya, lalu tiba-tiba menghilang.

Darmadi tersentak kaget, ia mendapati Naeswari sudah tak lagi dalam dekapannya dan pergi entah kemana.

Pemuda itu clingukan kesana kemari mencari sosok remaja nan ayu jelita yang kini sudah menjadi arwah gentayangan.

"Naes... Naes.. Kamu dimana?" panggil Darmadi dalam kesunyian malam nan mencekam.

Saat bersamaan ia melihat sosok Ki Roso berjalan perlahan dengan tubuh tambunnya, dan entah sejak kapan ia berada disana.

Darmadi tercengang, dan tampak Ki Roso melihat ke arahnya sekilas dengan tatapan tak suka, lalu berjalan menuju pulang.

Deeeegh...

Jantung pemuda itu berdegub kencang. Ingin rasanya ia berlari dan mengejar pria paruh baya itu dan memberi informasi tentang puterinya, tetapi sesuatu seperti ada yang mencegahnya, dan ia sangat sulit untuk membuka mulutnya dan menggerakkan kakinya.

Setelah Ki Roso menghilang dari pandangannya, ia tersadar dan bergegas menuju teras.

"Naes? Apa sebenarnya yang terjadi padamu? Apakah kamu sudah meninggal? Sepertinya kamu dibunuh? Tetapi siapa yang melakukannya?" gumam Darmadi sembari mempercepat langkahnya.

"Bu... Bu..." panggil Darmadi dengan ketukan pintu yang sangat kencang.

"Iya, sebentar," sahut Laras dari dalam rumah. Ia sudah sempat tertidur saat Puteranya membangunkannya. Langkah kakinya sedikit sempoyongan menuju depan untuk membuka pintu.

******

Kukukukuruyuuk...

Suara ayam jantan berkokok memecah kesunyian pagi. Warga yang masih menjunjung nilai-nilai agama terbangun dan bergegas untuk melaksanakan ibadah shalat subuh.

Darmadi terbangun, meski rasa kantuk masih menggelayut manja dipelupuk matanya. Ia baru saja tidur beberapa jam karena malam tadi terus memikirkan pesan dari Naeswari.

Ia melirik jam dinding yang ada dikamarnya. Waktunya shalat subuh, tetapi adzan subuh tidak berkumandang dari Surau, tampaknya warga lebih takut dengan sosok teror itu dibanding dengan Sang Rabb.

Pemuda itu mengambil wudhu, lalu melaksanakan kewajibannya. Setelah selesai shalat, ia membantu ibunya menanak nasi di magic com, dan menggoreng telur mata sapi untuk ia jadikan sebagai lauk sarapan.

Hari semakin benderang. Pemuda itu libur bekerja hari ini, dan ia ingin bersantai seharian dirumah. Setelah bersarapan, ia berniat ingin lari pagi menyusuri desa.

"Bu, Adi mau olahraga dulu, ya" ucapnya ke pada sang ibu.

"Hati-hati, Di. Akhir-akhir ini desa kita sudah tidak aman," pesan Laras dari dalam dapur. Ia sedang mencuci piring.

Laras sangat beruntung mendapatkan anugerah seorang putera seperti Darmadi, sebab selain tidak banyak tingkah, ia juga seorang pemuda yang rajin bekerja dan membantunya di dalam urusan dapur. Bahkan Darmadi adalah seorang pemuda yang baik, rajin menabung dan tidak sombong.

Pemuda itu menyusuri jalanan desa. Ia berlari-lari kecil untuk membuat tubuhnya berkeringat. Akhir-akhir ini berat badannya bertambah dan ia merasa itu mengganggu pergerakannya.

Entah apa yang membuat langkahnya mengarah ke rumpun bambu yang berada ditepi hutan dengan aliran sungai yang mengarah ke laut.

Pemuda itu tercengang karena tiba-tiba saja sudah berada ditempat itu. "Mengapa aku sampai kemari? Aku tadi berniat mau lari pagi di dekat pantai, tapi malah nyasar ke tepi hutan," gumamnya lirih.

Kreeeeeeseeek...

Suara gese-kan dedaunan bambu mengalihkan perhatiannya. Ia melirik rimbunan pohon bambu yang menarik perhatianny.

Malam itu ia melihat sosok Naeswari melintas dibalik rimbunannya. Darmadi berdiri dengan mengacak pinggang sembari mengamati sekitarnya.

Deeeeg...

Jantung Darmadi seolah terhenti saat ia melihat ujung tongkat pramuka yang saat itu dibawa oleh Naeswari tergeletak diantara rimbunan rumpun bambu.

Dengan rasa penasaran yang kuat, Darmadi mendekatinya dan menarik ujung tongkat tersebut yang sepertinya sengaja dilemparkan untuk menghilangkan jejak.

Saat pemuda itu berhasil menariknya keluar, Darmadi terlonjak kaget karena menemukan banyak bercak noda darah yang sudah mengering , dan ia merasa jika ini kuat dugaannya ada hubungannya dengan kematian Naeswari.

Terpopuler

Comments

Matthias Von Herhardt

Matthias Von Herhardt

Darmadi buat we aja bisa gak sih gpp tinggal di kampung juga biar we yg nafkahin asalkan dia baik dan ganteng😁😁😁😁

2024-02-04

1

༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐

༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐

Darmadi sering didatangi sosok Naes.

2023-12-28

1

V3

V3

kasihan ich nasib Naes ,, psti nya di lecehin dulu tuh baru di bunuh 😔
Darmadi hebat bgt , berani berhadapan dg arwah Naes 😱
dan Darmadi pemuda idaman bgt tuk para wanita 🤣🤣

2023-12-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!