Malam itu, bersama teman-teman sekolahku, kami memutuskan untuk mencari bantuan dari Ki Ageng Dharma Pasek. Rangga, yang memiliki pengalaman mistis sebelumnya, memandu kami menuju tempat tinggal Ki Ageng.
Setelah menempuh perjalanan yang tidak begitu jauh, kami tiba di tempat yang disebut Rangga sebagai kediaman Ki Ageng Dharma Pasek. Suasana sekitar terasa hening, dan aku merasa ada aura kehadiran yang berbeda di tempat ini.
"Kita harus menghormati Ki Ageng. Berdoa sejenak dan lakukan salam hormat," kata Rangga sambil memimpin kami berdiri di depan pintu gerbang.
Setelah sejenak berdoa, kami memasuki halaman rumah Ki Ageng. Tanpa menunggu lama, Rangga langsung mengetuk pintu rumah Ki Ageng dengan hati-hati. Setelah beberapa saat, pintu terbuka, dan seorang pria tua dengan penampilan yang khas keluar dari dalam.
"Selamat malam, Ki Ageng. Maaf telah mengganggu di malam hari ini, namun kami butuh bantuan dan petunjuk dari Anda," ucapku dengan penuh rasa hormat.
Ki Ageng melihat kami dengan tatapan yang tajam, seolah-olah dapat merasakan keperluan kami. "Apa yang membawa kalian ke sini, anak muda?" tanyanya dengan suara yang tenang namun penuh kebijaksanaan.
Aku menjelaskan dengan hati-hati mengenai kejadian yang menimpa ibuku. Ki Ageng mendengarkan dengan serius, dan tatapannya terasa begitu dalam, seakan membaca lebih dari apa yang kami sampaikan.
"Kalian membawa energi yang berbeda. Ada kejadian mistis yang melibatkan keluarga kalian," kata Ki Ageng setelah beberapa saat. "Ayo, masuklah ke dalam. Saya akan mencoba membantu sejauh yang bisa."
Kami semua masuk ke dalam rumah Ki Ageng, merasa tegang dan penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ki Ageng menuntun kami ke ruang tamu, tempat kami duduk dan Ki Ageng duduk di hadapan kami.
Ki Ageng menatapku, "Kalian mengalami sesuatu yang melibatkan dunia gaib, bukan hanya kecelakaan biasa. Energi yang kalian bawa membawa aura kejadian yang luar biasa."
Aku mengangguk, "Kami membutuhkan bantuan Anda, Ki Ageng. Ada sesuatu yang tidak wajar terjadi pada ibu saya, dan kami tidak tahu apa penyebabnya."
Ki Ageng menghela nafas dalam, "Saya bisa merasakan kehadiran sesuatu yang tidak terlihat di sekitar kalian. Dan... saya merasakan ini Ulah dari dukun yang lebih sakti daripada saya," ucapnya menghela nafas.
Aku terkejut mendengar pernyataan Ki Ageng. "Apa maksudnya, Ki Ageng? Apa yang terjadi pada ibu saya?" tanyaku dengan penuh kekhawatiran.
Ki Ageng menjelaskan, "Ada entitas atau kekuatan gaib yang mencoba terhubung dengan keluargamu. Dan entitas ini terlihat sangat kuat, seperti memiliki agenda tersendiri. Singkatnya, ini ilmu hitam yang mencoba merongrong keluargamu."
Kami setuju untuk bekerja sama dengan Ki Ageng, memberikan semua informasi yang mungkin membantu dalam menganalisis dan mengatasi kejadian ini. Ki Ageng kemudian memulai proses meditasi dan memasuki dunia gaib untuk mencari petunjuk lebih lanjut.
Beberapa saat kemudian, Ki Ageng membuka mata dan menghela nafas. "Ini lebih rumit dari yang saya bayangkan. Kemampuanmu dibawah kemampuannya dan aku sama sekali tidak mampu melawan kekuatan gaib ini. Dukun itu terlalu sakti, sepertinya dia dibayar oleh seseorang untuk mencelakai ibumu."
Aku merasa kebingungan dan khawatir. "Apa yang harus kita lakukan, Ki Ageng? Bagaimana kita bisa melawan dukun tersebut dan melindungi keluargaku?"
Ki Ageng berpikir sejenak sebelum menjawab, "Dewi Rubah. Ya, aku rasa sang Dewi mampu menolong situasi ini. Anak muda, bukankah kau terikat dengannya, mengapa kau tidak memanggilnya?"
"Itu.... Aku belum menguasai Telepati. Bahkan aku baru mempelajari teknik pengumpulan energi," jawabku sambil menggaruk kepala.
Ki Ageng mengerutkan keningnya, lalu menghela nafas. "Masih di tahap fondasi, huh? Tidak masalah, itu masih terhitung cukup cepat. Dahulu, aku di hari kedua pelatihan, hanya bisa dipukuli karena tidak mampu bersila dengan benar. Sementara kau sudah memiliki pemahaman persepsi dan mendeteksi Aura disekitarmu. Hanya saja soal ibuku, auranya terlalu tipis sehingga kau tidak dapat mendeteksinya. Sebagai sesama murid dewi Rubah, Aku iri kepadamu."
"Ah, maaf melenceng dari tujuan. Seharusnya Kau bisa mendatangi Hutan terlarang, tepatnya di Goa tempat tinggal beliau. Sayangnya ini adalah malam purnama, beliau tidak ada di tempatnya karena ini adalah hari dimana dia menikmati keindahan malam entah dimana. Jika kau bisa memanggilnya, it hanya akan membuat Dewi Rubah marah kepadamu karena mengganggu ketenangannya. Aku pikir, mungkin kau baru bisa mendatanginya besok malam dan seorang diri seperti biasa," lanjutnya.
Setelah mendapatkan arahan dari Ki Ageng, kami berpamitan dan meninggalkan tempat tersebut. Saat melangkah keluar dari kediaman Ki Ageng, aku merasa campuran antara harap dan kegelisahan. Misi untuk melindungi ibu dan menghadapi kekuatan gaib ini tampak semakin kompleks.
Rangga, yang tetap tenang sepanjang pertemuan, memberikan dukungan. "Kita harus tetap fokus dan bersiap menghadapi apa pun yang akan terjadi besok malam. Semoga Dewi Rubah bersedia membantu."
Kami kembali ke rumah sakit dengan hati yang penuh pertanyaan, namun tekad untuk melindungi keluarga tetap kuat. Besok malam akan menjadi momen krusial, dan aku harus siap menghadapi tantangan tersebut. Aku memang tidak memutuskan untuk pulang, sebab aku ingin menemani ibuku sepanjang malam
Aku merenung tentang apa yang telah terjadi, entah keberapa kalinya aku menghembuskan nafas pelan di depan ruang tunggu ini. Sampai ditangani sangka seseorang datang untuk menyentuh bahuku.
"Duh, muridku ini terlihat tertekan sekali!" ucap gadis itu yang membuatku menoleh dan kemudian terkejut setengah mati. Gadis itu tidak lain adalah sosok Dewi Rubah dengan wujud manusia nya yang tampak sempurna. "Dewi? Ah, salam dewi!"
Mendapati Dewi Rubah dengan wujud manusianya di ruang tunggu rumah sakit membuatku terkejut, namun juga merasa bersyukur akan kedatangannya. Tatapan mata kami bertemu, dan aku merasakan kehangatan serta kebijaksanaan dalam pandangan Dewi Rubah.
"Sang Dewi, terima kasih atas kehadiranmu. Kami mengalami masalah yang melibatkan kekuatan gaib, dan Ki Ageng menyarankan untuk mencarimu," ucapku dengan penuh rasa hormat.
Dewi Rubah tersenyum lembut. "Aku telah mendengar sedikit tentang situasimu. Kekuatan gelap yang melibatkan dukun yang lebih kuat dari Ki Ageng memang sedikit memerlukan perhatian khusus."
Aku menjelaskan secara singkat tentang kejadian yang menimpa ibuku dan upaya kami untuk mencari bantuan. Dewi Rubah mendengarkan dengan serius, dan ekspresinya tampak memikirkan solusi.
"Sebenarnya ini adalah hari bersenang-senang dan menikmati malam, namun aku pikir melakukannya sendirian terlampau membosankan. Jadi aku datang kemari untuk membawamu bersamaku. Siapa sangka kau mengalami musibah yang tidak biasa?" ucap Sang dewi menjelaskan apa yang dia inginkan. "Tetapi jangan Khawatir, aku dapat membantumu, tetapi sebagai balasannya, temani aku menikmati malam purnama, ya!"
Aku tersenyum lega mendengar bahwa Dewi Rubah bersedia membantu. "Terima kasih, Sang Dewi. Aku sangat bersyukur atas bantuannya. Aku siap menemanimu menikmati malam purnama, sekaligus mengucapkan terima kasih atas kebaikan hatimu."
"Humm... kalau begitu, biarkan aku melihat ibumu dulu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments