*
*
Begitu sampai di rumah, Karina langsung memasuki dapur untuk menata semua hal yang dibelinya. Tapi ketika ia membongkar semuanya, ia terbengong sendiri, karena di dapur tidak banyak wadah dan toples. Alhasil ia menghela nafas karena tidak melihat apa yang dibutuhkan dulu sebelumnya.
Serena menggandeng Deraga ke dalam, lalu memanggil Ganika dan ketiganya akhirnya berkumpul di ruang tengah. Setelah Deraga memberikan satu roti pada setiap orang, Ganika pun menarik Deraga untuk melihat keadaan Ayahnya.
Deraga tertegun. Sampai akhirnya Ganika menjelaskan semuanya, Deraga bukannya lega, tapi ia malah menguatkan kecurigaan pada ibu tiri yang tiba-tiba berubah baik tersebut.
Di pikirannya, sekarang hanya ada apa yang akan dilakukan wanita jahat ini sampai ia rela berbuat baik pada kami. Apakah wanita jahat ini bersiap menjual ketiganya, makanya ketiganya akan di urus dengan baik agar harga jualnya nanti tinggi? Dan masih banyak lagi pemikiran-pemikiran negatif yang Deraga pikirkan.
Sejak awal ketiganya selalu disiksa dan dipukul, lalu dia tiba-tiba saja berubah. Pantas bukan jika Deraga merasa curiga.
"Kakak, sebelumnya dia melukai kepalanya. Apa mungkin dia berubah gara-gara luka itu? Dia bahkan sempat tidak sadarkan diri selama dua hari." Jelas Ganika membuat Deraga kembali terdiam, mencerna informasi tersebut.
Tapi akhirnya Deraga menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu, mari awasi dia dulu selama beberapa waktu ini. Jangan lengah sedikitpun." Ucap Deraga pada Ganika.
"Tapi, kakak, Serena sepertinya sudah sangat menyukai ibu tiri kita. Bahkan pagi ini menangis karena ibu tiri ini tidak kunjung kembali sampai waktunya makan siang." Jelas Ganika lagi, membuat Deraga mengerutkan keningnya.
"Kemana dia pergi?" Tanya Deraga.
"Berburu, maka dari itu ia ke kota. Menjual hasil buruannya yang banyak." Bisik Ganika. "Dia banyak uang, tidakkah kau mau mengambilnya untuk membeli obat Ayah?" Tanya Ganika lagi.
Mendengar kata curi, Deraga langsung mengetuk dahi Ganika sedikit keras, membuat sang empu dahi mengaduh. "Apa ini, kakak?" Keluhnya.
"Jangan coba-coba! Meski kita kekurangan, jangan sampai mencuri." Dengusnya. Bukan merasa sok suci, tapi, cukup dirinya saja yang rusak, kedua adiknya, ia enggan ikut membuat keduanya rusak juga. Biarlah dirinya yang berkorban.
"Kalau begitu, kakak jangan pergi ke kota lagi. Temani kami disini untuk mengawasi. Aku takut tidak bisa melawannya jika sendirian." Ucap Ganika akhirnya, ia menghela nafas. "Lagipula sekarang banyak makanan, kakak tidak perlu lagi ke kota untuk mencari pekerjaan." Lanjutnya.
"Ya, aku akan tetap di rumah." Ucap Deraga setelah terdiam selama beberapa saat. "Dimana Serena?", Tanya Deraga.
"Di belakang, kita punya kelinci sekarang untuk di urus, dia mungkin pergi melihat keadaannya." Ucap Ganika yang lagi-lagi membuat Deraga terkejut.
*
Di sisi lain, Karina kebingungan menyimpan setiap hal yang dibelinya. Akan disimpan dimana beberapa bumbu, tepung dan beras ini. Tidak mungkin selalu dalam bungkusan dari toko, akan berjamur jika terus-menerus disimpan disana.
"Ganika!" Teriak Karina akhirnya, hanya bisa meminta bantuan bocah pemarah satu itu.
Ganika yang hendak ke halaman belakang langsung menghentikan langkahnya, menatap Deraga sebentar sebelum akhirnya menghampiri Karina setelah mendapat persetujuan.
"Ada apa? Aku sibuk!" Balas Ganika begitu sampai di depan Karina.
"Aku ingat di desa ada tukang kayu. Bantu aku membeli beberapa toples dan tong kayu untuk menampung ini semua." Ucap Karina seraya menunjukkan belanjaannya pada Ganika.
Ganika membuka mulutnya dan wow tanpa suara keluar. Takjub melihat pemandangan di depannya, banyak barang dan makanan. Apa ini artinya keluarga tidak akan kelaparan lagi?
Karina membuka dompet kainnya, kemudian mengambil 50 tembaga untuk pembelian pada Ganika. "Pesan 5 toples kecil, 15 toples sedang, tong sedang 3, tong besar 2, sekalian pesankan bak mandi kayu besar dan sedang masing-masing 1. Minta antarkan kemari, dan berikan semua uangnya sebagai jaminan, kurangnya akan diberikan ketika barangnya datang. Mengerti?" Tanya Karina panjang lebar.
Sebetulnya tidak ingin memesan banyak, tapi rasanya ke depannya akan membutuhkan banyak toples. Jadi, sekalian saja. Tapi kini ia ragu, akankah Ganika menghafal semua yang telah dipesannya barusan.
"Mengerti." Balas Ganika ringan, meski awalnya sedikit tertegun karena banyak sekali barang yang dipesannya.
"Hafal semua pesananku?" Tanya Karina lagi.
"Kalau tidak percaya padaku, pergilah sendiri." Dengus Ganika membuat wajah Karina suram.
"Pergilah, jika kurang satu barang, kau yang bertanggung jawab." Balas Karina tegas.
"Hm." Dehem Ganika cuek. Mengabaikan tatapan tajam Karina padanya, dan langsung pergi keluar rumah setelah menyapa kakak laki-lakinya yang ternyata menguping.
"Kau, kemarilah." Panggil Karina pada Deraga. "Bantu rebus obat untuk Ayahmu."Lanjut Karina.
Membuat Deraga yang awalnya hendak pergi dan mengabaikannya, seketika berhenti dan berbalik menuruti perintah Karina.
Setelah memberikan herbal, Karina kemudian berkutat dengan sayur dan ayam pegar yang sejak awal dipisahkan. Mencuci sayur, dan memotongnya kecil, begitupun dengan ayam pegar yang dipotong dadu olehnya. Bersiap membuat makan malam.
Begitu selesai, bertepatan dengan Deraga yang juga selesai merebus obat. "Bantu aku mencuci berasnya, sampai obat menjadi lebih hangat." Celetuk Karina tanpa melihat Deraga yang memiliki wajah suram, karena disuruh-suruh.
Karina tersenyum kecil. Meski terdengar dengusan, pada akhirnya ia patuh. "Taruh di atas api setelah selesai. Aku melihat adikmu dulu." Ucap Karina lagi.
Kemudian ia berlalu dan pergi ke halaman belakang. Terlihatlah Serena yang sedang bermain dengan 3 ekor anak kelinci. Tangannya memegang rumput, memberi makan salah satu kelinci secara langsung.
"Sudah sore, cepat masukkan kelincinya ke kandang, dan ikut aku." Ucap Karina seraya membukakan kandang.
Serena terlihat sedikit cemberut, tapi pada akhirnya ia patuh dan memberikan kelincinya. Setelahnya, Karina membawa Serena membersihkan diri, memandikannya seraya menunggu nasi matang.
"Deraga! Bantu aku melihat nasi, jangan sampai gosong!" Teriak Karina. Kamar mandi berada di halaman belakang, hanya gubuk jerami kecil.
Deraga berdecak kesal, apa ini? Bukankah jika begini sama saja dengan dirinya yang memasak dari awal sampai akhir?
Meski ia sudah sering memasak sebelumnya, tapi ketika ia disuruh-suruh oleh ibu tiri jahat ini, tetap saja rasanya kesal dan enggan.
"Jika sudah diangkat, matikan dulu saja apinya, sisanya akan aku lanjutkan setelah selesai memandikan adikmu." Teriak Karina lagi. Membuat Deraga kembali mendengus sebal.
Setelah beberapa saat, Karina menyelesaikan kegiatannya. Serena juga sudah bersih dan segar saat ini.
"Obatnya sudah diberikan?" Tanya Karina tanpa melihat Deraga, ia kembali berkutat dengan masakannya.
"Um." Balas Deraga, saat ini berada di samping Karina, sedang menyalakan api lagi. Inisiatif membantu meski Karina tidak memintanya.
"Pergilah, tunggu saja di ruang tengah." Titah Karina. Bukan enggan melihat Deraga, tapi ia berhari-hari di kota, lalu hampir dipukuli karena mencuri, seorang anak tidak akan begitu kuat, sampai tidak merasakan lelah, bukan?
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments