Seumur hidup Dave, baru kali ini membentak seorang wanita, dan wanita itu yang tak lain adalah istrinya sendiri. Jika ada yang bertanya, apakah Dave merasa menyesal? Jawaban nya adalah "ya" tentu saja Dave menyesal atas kekasaran yang dia lakukan pada Rania. Sikap kasar yang tak pernah Dave lakukan pada siapa pun sebelumnya.
Tadi, Dave tak bisa mengontrol emosinya saat menghadapi istrinya yang bersikap seperti bocah tantrum. Dan Kini, Dave menjadi gusar setelah melihat Rania tidak ada di kamarnya.
"Bi, dimana Rania?" Tanya Dave, berjalan tergopoh-gopoh mendekati bi Arum yang sedang menata makanan di atas meja makan.
"Lho, bukannya non Rania belum turun, Tuan?" Bi Arum justru malah balik bertanya, membuat Dave semakin gelisah saja.
Dave menggeleng lemah. Tadi saat Dave keluar dari walk in closet, Rania sudah tidak ada di kamarnya. Bahkan, Dave sudah mencarinya ke segala penjuru lantai atas, tapi Dave tetap tidak menemukan keberadaan Rania.
"Apa bibi serius tidak melihat Rania?"
Bi Arum mengangguk ragu." Betul, bibi sama sekali tidak melihat Non Rania, Tuan."
Dave mengusap wajahnya dengan kasar, lalu bertolak pinggang sambil berpikir, kemana lagi dirinya harus mencari Rania?
Ditengah kegusarannya, tiba-tiba ponsel Dave berdering. Dave langsung menerima panggilan telpon dari seseorang.
"Halo Lidya, ada apa?"
"Oh, Om pikir ada apa. Ya sudah kamu tunggu saja. Nanti Om bawakan ke apartemen mu."
"Haha, apa sih yang engga buat kamu."
"Iya, Om datang sekarang. Tenang saja ya cantik. Tunggu Om dalam setengah jam lagi."
"Okey, bye sayang."
Dave menutup telponnya setelah urusan dengan orang itu selesai. Lalu, Dave menoleh ke arah bi Arum yang belum beranjak dari meja makan.
"Eem bi, maaf ya! saya sepertinya akan sarapan diluar saja dan harus pergi sekarang."
Bi Arum menatap tercengang Dave yang sudah bergerak menjauhinya.
Seseorang yang berbicara dengan Dave di telpon tadi seolah mengalihkan perhatian Dave pada pencarian Rania. Dave pun pergi begitu saja tanpa berpesan apapun pada bi Arum.
Setelah Dave tak nampak lagi, Bi Arum mendekati sebuah kitchen set, lalu mengetuk-ngetuk lemari bawah.
"Non, non Rania. Tuan Dave sudah pergi."
Kali ini, bi Arum membantu persembunyian putri majikannya saat melihatnya memohon sambil mengurai airmata. Sebagai orang yang ikut andil membesarkan Rania, tentu saja bi Arum tidak tega melihat Rania bersedih. Dan mau tak mau bi Arum terpaksa berbohong pada Dave.
Sementara di dalam lemari, Rania tergugu plus menangis. Rania mendengar dengan jelas semua pembicaraan mesra Dave dengan sosok yang bernama Lidya.
"Jadi pacar pria tua itu bernama lidya! Ck secantik apa wanita itu sampai tega ngebandingin istrinya sendiri sama wanita itu."
Setelah perasaan Rania agak tenang, Rania pun keluar dari dalam kitchen set.
"Em, Non maaf. Kalau bibi boleh tau, memang Non Rania ada masalah apa sama tuan Dave?"
Mendapat pertanyaan dari bi Arum, Rania hanya bergeming. Meskipun bi Arum sudah merasa bukan sosok orang lain lagi bagi Rania, tapi Rania masih enggan bercerita tentang masalah pribadinya padanya.
"Maaf bi, aku belum bisa bercerita. Tapi sebelumnya terima kasih ya! sudah membantu ku bersembunyi." Setelah berucap, Rania langsung ngeloyor pergi, sampai bi Arum yang hendak membuka mulutnya pun terpaksa menutup mulutnya kembali.
Dibilang senang sih tidak. Namun, Rania agak lega rasanya saat mama Amira mengabarkan padanya akan menambah waktu sehari lagi di rumah Eyang.
Setidaknya, Rania masih ada waktu untuk bernafas atau mencari solusi sebelum papa Hamid tahu tentang mobil harga milyaran yang dia belikan untuk Rania sudah dalam keadaan menjadi barang rongsokan yang tak berguna.
Drrtt
Baru saja Rania tersenyum membaca pesan dari mama Amira. Kini, Rania tersenyum kembali saat membaca sebuah pesan dari seorang detektif yang Rania sewa. Detektif itu minta bertemu dengannya untuk membahas soal Kevin. Rania jelas tidak menolak, karena memang itu yang selama ini Rania tunggu-tunggu.
"Non Rania mau kemana?" Tanya Bi Arum saat melihat Rania yang sudah berpenampilan modis sedang melangkah hendak keluar rumah.
Rania sejenak menghentikan langkahnya, menoleh ke arah Bi Arum." Saya ada keperluan di luar, bi," balas Rania.
"Memang nya tidak mau sarapan dulu, Non?"
"Maaf, bi. Kayaknya tidak sempat. Aku duluan ya, bi."
Rania bergegas mempercepat langkahnya. Sementara Bi Arum menatap pada makanan di atas meja dengan tatapan sendu. Tidak putri majikannya, tidak pula menantu majikan nya. Keduanya pagi ini cukup mengecewakan bi Arum. Bi Arum sudah capek-capek membuatkan sarapan nasi goreng untuk mereka, eh keduanya malah pergi begitu saja. Akhirnya, Bi Arum memberikan makanan itu kepada seorang satpam jaga.
Dengan mengendarai mobil milik papa hamid, Rania bergerak menuju tempat yang telah di sepakati bersama sebagai tempat pertemuan antara dirinya dengan detektif itu.
Tiba di tempat itu, Rania langsung memarkirkan mobilnya diantara jejeran mobil di halaman sebuah restauran.
Rania culingak culinguk mencari sosok orang yang hendak Rania temui. Saat Rania sedang mencari sosok itu, sebuah tangan melambai ke atas. Rania pun tersenyum melihat lambaian itu, lalu bergegas menghampirinya.
"Gimana? sudah ada titik terang tidak dimana keberadaan Kevin sekarang?" Tanya Rania. Padahal Rania baru saja duduk, tapi langsung bertanya dengan rasa tidak sabar.
"Itu dia masalahnya, Ran. Sulit banget mencari si Kevin."
"Lah, terus kamu minta bertemu untuk apa kalau belum ada kejelasan, Marioooo," ucap Rania yang mulai kesal.
Pria yang bernama Mario itu tersenyum nyengir dan garuk-garuk kepala.
"Habis gimana, kami kehabisan dana untuk mencari si Kevin."
"Maksud mu?"
"Mencari si Kevin itu butuh dana yang besar Rania. Aku kan harus mendanai orang-orang yang ikut terlibat mencari si Kevin juga."
"Sudah. Ngomong nya jangan bertele-tele. To the point saja, kamu mau perlu apa minta bertemu denganku?"
"Minta dana lagi, hehe." Mario terkekeh.
"What! Are you kidding me?" Bola mata Rania membesar menatap kesal Mario. Mario adalah teman Kevin dan juga teman Rania. Mario pada waktu itu menawarkan diri untuk membantu Rania mencari Kevin tapi tidak dengan secara cuma-cuma. Tentu saja Rania membayar Mario dengan jumlah yang besar. Karena Mario tak hanya bekerja sendiri, melainkan satu tim.
"Im so serious. Kami tidak bisa bergerak kalau tidak ada dana."
"Mariooo, dimana-mana orang itu kerja dulu baru dapat gaji. Nah, kamu belum dapat hasilnya main minta upah saja seenak jidatmu. Lagian aku sudah kasih uang banyak di muka lho. Masa belum ada titik terangnya kamu minta uang lagi. Sebenarnya kamu ini detektif beneran atau detektif boongan yang cuma pengen meras aku doang sih!"
"Buset dah, kamu Ran. Meras gimana? Orang aku beneran detektif kok. Kasus yang sudah terungkap sama tim kami saja banyak."
"Oke gini saja. Pokoknya aku akan kasih kamu bayaran kalau kerja mu sudah membuahkan hasil. Tapi kalau belum aku......." Rania menggantung ucapan kalimatnya kala tanpa sengaja, sorot matanya mengarah pada sosok pria yang amat Rania kenal sedang berjalan bergandengan tangan dengan seorang gadis cantik seusianya. Tak hanya itu, pria itu juga menarik kursi untuk diduduki oleh wanita muda itu. Perlakuan pria itu seperti perlakuan romantis pada pasangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂
Rania nmpk Dave bersama Lydia... walahh satu tamparan yg hebat buat Rania, suami bisa bergandengan sama cewek yg seusia Rania
2023-12-30
0
Yani
Kayanya Rania liat suaminya
2023-12-29
2
amilia amel
emang rania tingkahnya suka² makanya nggak salah dave kl membentak
2023-12-21
2