Rania menatap uang pemberian Dave dengan perasaan cemas bercampur takut. Bayang-bayang suami tuanya menggerayangi tubuhnya pun kian membuat merinding bulu roman Rania.
Rania pikir, uang ini tidak boleh ada bersamanya. Rania harus segera mengembalikan agar tak ada alasan pria tua itu meminta hak nya nanti malam.
"Rania...."
Saat Rania hendak beranjak menyusul Dave keruangan meeting, Renata memanggil namanya. Tak hanya Renata, ternyata Risa pun ikut menyusul. Melihat kehadiran kedua teman yang mendesaknya untuk pergi ke tempat karoke, Rania memalingkan wajahnya kebelakang." Bagaimana ini Rania?Apa yang harus kamu lakukan?" Gumam Rania, sambil mengetuk-ngetuk jidatnya menggunakan kepalan tangannya.
"Kamu lama banget sih. Terus ngapain kamu disini?" Tanya Renata rada ketus, saat mereka sudah berada didekat Rania. Kepergian Rania yang tidak memberitahu tujuannya dan juga dalam waktu yang lama membuat gadis itu cukup kesal pada Rania.
Melihat wajah bete Renata, Rania tersenyum nyengir." Sorry ya, tadi aku kebelet pi pis terus ngantri."
Jidat Risa mengkerut mendengar alasan Rania. Masalahnya, keberadaan Rania bukan di sekitar area toilet melainkan di area yang mengarah ke ruang VIP. Tadi saja mereka sempat kebingungan mencari Rania. Sampai akhirnya, Risa dan Renata bertanya pada manager cafe plus resto tersebut.
"Tapi tadi kata manager cafe ini, kamu sedang bertemu dengan Om kamu di ruang VIP. Terus sekarang mana Om mu?"
Pertanyaan Risa yang tak disangka membuat raut wajah Rania berubah tegang. Tapi, hal itu tak berlangsung lama. Rania segera mengubah mimik wajahnya dan bersikap santai agar kedua temannya itu tak lagi memberikan pertanyaan berlanjut.
"Om ku sudah pergi. Sudahlah yuk! katanya kalian mau karoke." Rania segera menggiring tubuh kedua temannya itu secara paksa. Renata dan Risa terpaksa mengikuti gerak langkah Rania, meskipun sebenarnya mereka masih penasaran pada Om yang dimaksud oleh Rania.
Satu jam berlalu. Rania dan ke tiga temannya sudah tiba di sebuah tempat karoke. Bisa dikatakan tempat karoke itu sudah menjadi tempat karoke langganan mereka. Karena hampir seminggu sekali mereka ber-karoke di sana.
"Tempat biasa ya, mba!" ucap Risa pada seorang staf karoke ketika sedang mendaftar. Setelah itu, Rania dan ketiga temannya digiring ke ruangan yang sudah dipesan oleh seorang pemandu pria.
I was fine before I met you
I was broken but fine
I was lost and uncertain
But my heart was still mine
Rania berduet dengan Renata menyanyikan lagu 'make me like you' lagunya Gwen Stefani. Wilona sibuk pacaran online dengan pacar sultan Dubai nya di pojokan sofa. Sementara Risa sibuk memesan makanan via telpon yang ada di ruangan itu tanpa sepengetahuan teman-temannya.
"Yeeeeee" Rania dan Renata bersorak gembira sambil bertepuk tangan ketika muncul skor 100 sebagai skor tertinggi kemampuan menyanyi setelah selesai membawakan lagu milik Gwen Stefani, salah satu idola Rania.
Tepat kedua gadis itu bersorak, pintu ruang karoke terbuka dan munculah tiga sosok wanita berseragam sambil masing-masing membawa nampan.
"Permisi, kami membawa pesanan atas nama Risa."
Risa yang disebut namanya langsung berdiri." Benar sekali. Silahkan masuk," ucap Risa, menyambut kedatangan ketiga wanita itu dengan senyuman lebar.
"Kamu pesan makanan, Ris?" Tanya Renata.
"Iya dong."
"Pesanan buat kami juga?" Tanya Renata kembali.
Risa mengangguk anggukan kepalanya sambil melihat ke arah tiga wanita yang sedang berjalan masuk. Renata pun tersenyum. Sementara Wilona hanya melirik saat ketiga wanita itu meletakkan bermacam-macam makanan ke atas meja, hingga dalam hitungan menit meja itu sudah penuh oleh makanan. Tak hanya makanan saja, tapi juga beberapa gelas jus dan berikut dua botol minuman beralkohol.
Hal itu memang sudah biasa, memesan makanan ketika mereka ber-karoke. Hanya saja masalahnya, siapa yang akan membayar pesanan makanan sebanyak itu jika tidak dilimpahkan pada Rania.
Rania berulang kali menelan air ludahnya. Tapi, bukan berarti Rania ingin segera menikmati hidangan yang nampak menggiurkan itu, melainkan Rania tidak tahu bagaimana caranya nanti dia membayar semua makanan yang harganya pastinya tidak lah murah. Sedangkan uang yang Rania ambil dari dompet suaminya itu, paling hanya cukup untuk membayar ruangan selama empat jam ke depan. Tahu begini, Rania mengambil semua uang Dave sekalian sama dompet-dompetnya.
"Ayok, ayok kita nikmati dulu biar semangat nyanyinya," seru Risa, sambil mencomot cemilan lalu dimasukan kedalam mulutnya. Seruan Risa tentu saja diikuti oleh Renata dan juga Wilona.
Tapi tidak dengan Rania. Rania hanya menatap diam teman-temannya sambil memegang mic. Dalam keadaan keuangan yang terbatas, ada rasa kesal pada mereka terutama pada Risa. Diam-diam Risa memesan makanan tanpa persetujuan Rania dan dalam jumlah yang tak nanggung.
Rania berpikir kenapa semua temannya itu memiliki perut karet. Padahal baru dua jam yang lalu mereka sudah menghabiskan makanan di cafe. Semua tubuh teman-temannya itu tidak lah gendut malah cenderung kurus terutama Risa. Risa paling kurus diantara mereka tapi kenapa porsi makannya lebih banyak?
Tak
"Bengong mulu. Nih minuman kamu. Baik kan aku tanpa disuruh ku pesankan jus kesukaanmu."
Rania menatap diam ke arah jus mangga yang diletakkan oleh Risa tepat dihadapannya.
Glek
Rania menelan air ludahnya melihat jus mangga kesukaannya. Rania pikir pasti segar kalau meminumnya. Tapi saat Rania memegang gelas itu, dia teringat ucapan menyebalkan seseorang.
"Saya boleh dong, meminta hak saya nanti malam."
Sontak Rania menyingkirkan gelas itu dengan kasar hingga isinya tumpah ruah kemana-mana. Dan saat itu pula semua mata melototi Rania.
"Raniaaa...kamu apa-apain sih! lihat nih celanaku basah," teriak Wilona yang tak terima celananya terkena tumpahan jus milik Rania.
"So-sorry, aku tidak sengaja," ucap Rania. Wilona tidak merespon ucapan maaf Rania. Bahkan, raut wajahnya saja berubah jadi cemberut.
Begitu pula dengan Risa dan Renata. Mereka berdua menunjukan wajah yang tak kalah manyun dari Wilona, karena sebagian makanan yang tengah mereka nikmati terkena tumpahan jus milik Rania.
Melihat ketiga wajah temannya yang tak enak dipandang mata, Rania mencoba membujuk." Gimana kalau kita pesan lagi saja makanannya?"
Ketiga temannya itu pun langsung menyorot ke arah Rania." Kamu serius?" Tanya Risa. Rania mengangguk. Risa tersenyum lebar, begitu pula dengan Renata. Tapi tidak dengan Wilona. Dia tetap cemberut sambil membersihkan celananya dengan tisu.
Empat jam berlalu. Acara karoke telah selesai bersamaan dengan waktu sudah menjelang malam.
"Aku mau pulang duluan ya!" Pamit Wilona pada kedua temannya selain Rania. Wilona masih kesal pada Rania gara-gara insiden tadi.
Setelah Wilona, menyusul Renata. Dia juga pamit pulang duluan dengan alasan letak rumahnya lebih jauh dari pada rumah Rania dan Risa.
Sekarang, tinggal lah Rania dan Risa. Akan tetapi, Risa juga sedang bersiap-siap hendak meninggalkan tempat itu.
"Risa!"
Risa menoleh ke arah Rania yang sedang berdiri ber-sedekap.
"Apa?"
"Bisa tidak kita bagi dua bayarnya?"
Kening Risa mengernyit." Maksud mu?"
"Ya, minimal kamu bayar makanan yang kamu pesan dan aku bayar pesanan yang aku pesan."
"Lho, tidak bisa gitu dong, Ran. Bukannya pesanan pertama dirusak sama kamu."
"Tapi kan sudah diganti sama pesanan kedua."
"Ya tetap saja dong, kamu..."
"Kamu sendiri kan yang maksa karoke? Lalu pesan makanan banyak tanpa ijin dulu sama aku?"
Risa terdiam dan mengalihkan pandangannya kearah lain. Entah mengapa kali ini Rania berani protes. Biasanya Rania hanya manggut-manggut saja apapun yang dipinta oleh teman-temannya.
"Aku mengajak kalian ketemuan dan mentraktir kalian di cafe, tapi bukan berarti aku juga harus membayar semua tagihan disini atas keinginan kamu sendiri."
"Terus mau kamu apa?" Tanya Risa mulai kesal dan menantang.
"Aku maunya kamu bayar makanan yang kamu pesan. Biar aku yang bayar sewa ruangan ini sama pesanan kedua."
Risa mendengus, lalu membuka tas dan mengambil dompetnya.
"Lihat isi dompetku." Memamerkan dompetnya yang sudah dibuka pada Rania. Rania pun melihat ke arah dompetnya. Di dalam dompetnya nampak dua lembar uang warna biru serta beberapa kartu. Entah kartu apa.
"Uangku tidak sebanyak uangmu. Ini saja buat ongkos taksiku. Gimana cara aku membayar makanannya?"
Pernyataan Risa yang terdengar memprihatinkan itu, Rania hanya menghela nafas besar. Kalau sudah seperti ini, mau tidak mau terpaksa Rania yang harus bertanggung jawab.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
RizQiella
wkwkkw makanya jangan So🤣
2024-06-12
0
Siti Yuliani
rania bodoh bgt sih
2024-01-23
0
꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂
aduhhhh Rania tinggalin aja shbt yg begitu...mereka hnya menfaatin kamu utk kesenangan mereka... Kala susah kamu sendirian...
2023-12-29
2