Bab 9. !!!

Senyumnya mengembang sempurna, melihat kedua orangtuanya yang semakin hari semakin bertambah usianya, namun mereka tetap dengan semangat menjalani kehidupan yang penuh warna di dunia yang fana ini.

4 tahun lamanya, perpisahan mereka membawanya menuju ke puncak kerinduan yang sangat mendalam. Apalagi, seorang orang tua yang harus merelakan buah hatinya menimba ilmu di benua yang berbeda dengannya.

Perasaan berat hati sebelumnya, menjadikan keihklasan demi buah hatinya mendapatkan kesukaan.

Hingga, buliran air mata yang tidak dapat lagi di bendung. Dengan deras membasahi wajah cantiknya yang kian bertambah tua, mendapati bidadari surganya kembali lagi di dekapan mereka.

Dengan langkah tergesa, Khanza sedikit berlari menyeret kopernya membawanya menuju sang malaikat tercantik nya.

" Ummi...!!" mendekap dengan erat, sosok yang paling ia rindukan. Wanita hebat, yang telah mengandungnya 9 bulan lamanya, dengan kasih sayangnya yang tiada batasnya.

Pelukan mereka terjadi cukup lama, hingga dimana sang cinta pertamanya tidak dapat lagi membendung kerinduannya.

" Ummi, gantian lah. Abi juga sama rindunya terhadap bidadari kecil Abi yang satu ini,." ucapan spontan itu membuat dua wanita yang sedang dalam dunia mereka tersadar.

Khanza dengan tersenyum lebar, beralih menghadap sang panglima kehidupan di keluarganya, sang cinta pertama dalam hidupnya. Membalas tatapan kerinduan terhadap Abi nya, beralih berpelukan erat antara Abi dan gadis kecilnya.

Diciumnya pucuk kepala Khanza, sebagai tanda rasa cintanya yang tak pernah pudar kepada peri cantiknya ini.

Mereka, bergegas memasuki kendaraan dan melanjutkan perjalanan menuju ke kediaman mereka.

Dan semua itu, juga tidak luput oleh perhatian seseorang yang tengah berdiri memberikan jarak aman. Ia tersenyum samar, melihat keluarga yang saling melengkapi sesama lainnya, yang penuh kehangatan, kebahagiaan didalamnya.

Pancaran kebahagiaan di wajahnya, tak luntur sedikitpun, setelah kepergiannya.

🌼🌼🌼

" Nak, sudah mau isya'. Suami kamu belum pulang juga..??" pernyataan yang di lontarkan ibunda suaminya, sedikit membuatnya kikuk.

Padahal kenyataan yang sebenarnya, suaminya tidak mungkin pergi bekerja. Kerena mengingat dia meninggalkan rumah ketika waktu adzan ashar berkumandang.

" Maaf sebelumnya bunda, mungkin mas Azzam lagi banyak pekerjaan yang harus diselesaikan." jawabnya memberi alasan.

Dirinya terpaksa untuk berbohong kepada bunda, karena itu demi keamanan dirinya dan agar mereka tidak mengetahui pernikahan sebenarnya yang dijalani oleh putra semata wayangnya.

" Manusia tidak punya perasaan, yang tega meninggalkan istrinya sendirian di rumah ketika fajar telah tenggelam." ucapan itu dilontarkan dengan tajam oleh ayah mertuanya.

Dirinya (Zalfa), hanya bisa menunduk mendengar penuturan pria paruh baya itu.

Zalfa sedikit terkejut akan perkataan mertuanya, dimana beliau sangat amat tidak menyukai perilaku suaminya yang seenaknya sendiri.

Dalam lubuk hatinya sedikit menghangat, ayah mertuanya begitu mengetahui isi hatinya. Sekarang kepercayaan dirinya sedikit demi sedikit bangkit, melihat kedua orang tua suaminya yang menunjukkan kasih sayangnya pada dirinya.

Namun, perasaan takut semakin membuatnya gelisah, ayah dan ibu mertuanya sudah menunggu cukup lama kedatangan Azzam yang bahkan sampai sekarang pukul 8 malam, masih juga belum terlihat akan tanda-tanda kedatangannya.

Hingga dimana ayah dan bunda akan meninggalkan rumah mereka, mobil yang dikendarai Azzam terlihat memasuki pekarangan rumahnya.

Yang membuat, pasangan paruh baya itu menunda kepulangannya. Beliau berdua, kembali pada tempat semula dan menunggu kedatangan Azzam putra mereka.

Melihat pergerakan kedua orang tuanya kembali duduk dengan tenang, Zalfa bergegas untuk membukakan pintu rumah itu untuk suaminya. Dengan harapan, kedua orang tua itu, tidak melihat sesuatu yang tidak diinginkan dihadapan mereka.

" Kalau begitu, Zalfa pamit kedepan dulu nggeh. Untuk membuka pintu,." pamitnya .

" Iya, nak." jawaban itu, diberikan oleh bunda Ghina.

Langkahnya sedikit gugup, setelah dimana kejadian semalam sedikit membuat Zalfa takut akan suaminya. Dan salah satunya, adalah menampakkan wajahnya yang sangat tidak diinginkan oleh Azzam.

Belum sempat pintu itu dibuka olehnya, Zalfa lebih dahulu membukakan pintu untuknya.

Wanita itu tertunduk kaku, terkesan merendahkan dirinya sendiri dihadapannya. Yang dimana, itu sungguh menjijikkan baginya.

Namun, semuanya tidak perlu dirinya tanggapi. Azzam dengan tanpa berperasaan melewati Zalfa disana tanpa adanya kata yang terucap dari mulutnya.

Sampai, dimana dirinya mengetahui akan keberadaan kedua orang tuanya disana.

Ketenangan yang semula terlihat pada wajah Azzam, sekarang memudar sepenuhnya. Berganti oleh ekspresi tegang, dan sedikit rasa takut disana.

" Pekerjaan apa yang membuat kamu lembur sampai semalam ini ...?"

" Dan, ayah tahu. Bahkan, kamu hari ini sama sekali tidak pergi ke perusahaan...!!!" ungkapan itu terlontarkan, oleh sang ayah. Yang masih dengan tenang berada di posisi duduknya, memandang ke arah depan tanpa menoleh kehadapan putranya.

Pembawaan beliau yang tenang, terkesan menambah suasana mencekam disana.

Bunda, yang sejak awal telah menunjukkan ketidak senangannya. Menjadi semakin ketar, setelah suaminya mengucapkan kata demi kata terhadap putra mereka.

Jika suaminya telah berbicara, maka Azzam telah melakukan suatu kesalahan.

" Jangan berpura-pura ayah tidak mengetahui apapun, Muhammad Azzam Ashraf Yazdan."

" Dan jika kamu, akan mengambil langkah itu. Jangan berharap, untuk bertemu dengan bunda mu."

Perkataan itu berakhir, dan kedua orang tua itu beranjak. Berjalan kearah mereka, seraya berpamitan kepada menantunya yang cantik nan lugu itu.

" Zalfa, ayah pamit dulu ya. Jaga baik-baik dirimu sendiri, dan jangan pernah merasa kesepian disini." perkataan ayah Hadi begitu lembut terhadapnya.

Seakan, kasih sayangnya begitu besar yang ada padanya.

" Bunda, juga pamit dulu ya nak. Jaga diri kamu baik-baik, bunda gak mau menantu cantik bunda ini kenapa-napa." senyumannya yang begitu tulus, membuat Zalfa tidak bisa untuk tidak membalasnya.

Dan beliau pergi meninggalkan mereka berdua, tanpa berpamitan dengan Azzam, suaminya. Yang masih mematung, setelah mendengar tuturan ayahnya.

Perkataan ayah mertuanya sebelumnya, sama sekali tidak dirinya mengerti. Ada apakah diantara ayah dan anak itu, apakah terjadi sebuah pertengkaran...?? Tetapi, walaupun itu adalah sebuah masalah besar, itu semua bukan ranahnya untuk ikut campur. Jadi, biarkan mereka yang menyelesaikannya sendiri tanpa dirinya harus mengetahui masalah apa itu.

🌼🌼🌼

Khanza telah tiba dimana dia dibesarkan, rumah yang sangat dirinya rindukan. Suasana kekeluargaan yang sangat membuatnya rindu akan rumah ini, kebahagiaan, kenyamanan, dan keharmonisan yang selalu mewarnai tempat ini sehari hari.

" Assalamualaikum," salam Khanza, seraya memasuki rumah yang tetap sama suasananya seperti sebelumnya.

" Waalaikumsalam warahmatullah,."

Suara tidak asing untuk Khanza, ketika salamnya di balas oleh seseorang didalam sana.

Senyumannya semakin mengembang, mendengar suara itu. Seseorang yang juga sangat dirinya rindukan, setelah kedua orang tuanya.

Beliau adalah seorang yang sedari tumbuh kembangnya merawatnya dengan kasih sayang yang begitu besar. Sosok ibu nomer 2, setelah ummi.

" Ibu, Khanza pulang Bu!!" langkahnya sedikit cepat, untuk menghampiri seseorang yang tengah disibukkan dengan pekerjaannya.

Khanza memeluk dengan erat wanita paruh baya itu, menyalurkan rasa kerinduan terhadap orang tersayang nya sekali lagi.

" Ibu sehat kan, kenapa ibu masih bekerja...? Untuk diwaktu sekarang, seharusnya ibu sudah menikmati masa senja ibu."

" Jangan dipaksakan untuk terus bekerja, ibu harus menjaga kesehatan ibu."

Ungkapan Khanza pada ibu Ratna, seakan lebih hangat daripada dengan ummi nya. Walaupun begitu, bagi Khanza dua wanita ini, adalah permata dalam hidupnya.

Yang sampai kapanpun, tetaplah akan bertempat di lubuk hatinya. Yang akan selalu dirinya jadikan pedoman dalam kehidupannya, sekarang ataupun dimasa yang akan datang.

Tangisan pecah menyelimuti ruangan itu, Ibu Ratna tidak dapat menghentikan tangis kerinduannya. Karena beliau, sangatlah terharu dengan pertumbuhannya sekarang.

...------------------------------------------------...

...Kejar target, bismillah semoga bisa cepat mencapai 20 chapter di akhir bulan ini. Ya... Walaupun agak GK mungkin, mengingat aku yang tukang mager ini😴😤....

...Tapi, bismillah aja dulu gk sie...?...

...Yawis lah ngene wae, dilanjut besok lagi ....

...Good night, and happy reading 😘....

...🌼🌼🌼...

...Ig: ffyyynn_...

Terpopuler

Comments

aqil siroj

aqil siroj

nah lohhhh authornya ngilang

2024-01-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!